Berita Makalam

Karya Jurnalis Tribun Jambi Rifani Halim Masuk Nominasi 10 Besar Anugerah Jurnalistik Komdigi 2025

Karya Jurnalis Tribun Jambi, Rifani Halim, masuk nominasi 10 besar Anugerah Jurnalistik Komdigi (AJK) 2025 kategori Liputan Media Online.

Penulis: tribunjambi | Editor: asto s
Tribun Jambi
AJK 2025 - Jurnalis Tribun Jambi, Rifani Halim, dengan karyanya "Asih Ingin Jadi Dokter, Paradoks Digital Orang Rimba di Pedalaman Jambi", masuk nominasi 10 besar Anugerah Jurnalistik Komdigi (AJK) 2025 kategori Liputan Media Online. 

TRIBUNJAMBI.COM - Karya Jurnalis Tribun Jambi, Rifani Halim, masuk nominasi 10 besar Anugerah Jurnalistik Komdigi (AJK) 2025 kategori Liputan Media Online.

"Asih Ingin Jadi Dokter, Paradoks Digital Orang Rimba di Pedalaman Jambi", bersaing dengan ratusan karya dari jurnalis berbagai daerah di Indonesia.

Sejak 2018, Anugerah Jurnalistik Komdigi (AJK), sebelumnya bernama Anugerah Jurnalistik Kominfo, menjadi ruang apresiasi bagi insan pers di seluruh Indonesia. 

Setiap tahun, ratusan karya dari berbagai pelosok negeri ikut serta, mengabarkan perkembangan sektor komunikasi dan digital beserta ekosistem pendukungnya melalui kebijakan strategis, program berkelanjutan, hingga langkah afirmatif yang dijalankan Kementerian Komdigi bersama para mitra.

Pada penyelenggaraan AJK 2025, Kementerian Komunikasi dan Digital mengusung tema “PP Tunas: Membangun Ruang Digital Ramah Anak, Sehat, dan Berkeadilan.” 

Sebanyak 328 karya dari 209 jurnalis berpartisipasi pada tahun ini, menunjukkan tingginya perhatian media terhadap isu pelindungan anak di ruang digital. 

Tema “tunas” sendiri melambangkan pertumbuhan, harapan, dan masa depan yang harus dijaga bersama, sekaligus mempertegas komitmen lintas sektor untuk mewujudkan ruang digital yang aman, inklusif, dan berpihak pada generasi penerus.

Dari ratusan karya yang masuk, sejumlah media di bawah Tribun Network berhasil mencatat prestasi. 

Tribun Jambi, Tribun Pekanbaru, Tribun Medan, dan Tribun News masuk dalam 10 besar nominasi berita terbaik berdasarkan penilaian dewan juri. 

Di antara empat media tersebut, Tribun Medan meraih juara 2 kategori media cetak melalui tulisan Anisa Ramadhani berjudul “Semangat Membangun Kampung Internet Mewujudkan Mimpi Anak Bangsa hingga ke Pelosok Desa.” 

Sementara Tribun Pekanbaru, Tribunnews, dan Tribun Jambi turut masuk dalam daftar nominasi 10 besar kategori Liputan Media Online.

Rifani Halim, jurnalis Tribun Jambi yang ikut berpartisipasi, mengangkat isu Suku Anak Dalam di Kabupaten Bungo melalui karya berjudul “Asih Ingin Jadi Dokter, Paradoks Digital Orang Rimba di Pedalaman Jambi.” 

Karya ini menandakan Tribun Jambi punya concern lebih terhadap isu anak, masyarakat adat dan minoritas. 

Ini merupakan kali kedua Tribun Jambi masuk nominasi, yaitu AJK 2024 dan 2025.

Kehadiran karya-karya ini menegaskan peran jurnalis dalam menghadirkan informasi yang berpihak pada anak dan kelompok rentan, sekaligus memperkuat upaya bersama membangun ruang digital yang lebih sehat dan berkeadilan.

Asih Anak Suku Anak Dalam, Cita-cita Dokter dan Gawainya

Dalam liputan berjudul "Asih Ingin Jadi Dokter, Paradoks Digital Orang Rimba di Pedalaman Jambi", Rifani Halim menuliskan sosok anak SAD di Bungo yang mulai mengenal gawi ponsel dan internet. 

Melalui gawai itu, Asih Permata Hati anak delapan tahun yang tinggal di komunitas Orang Rimba di Bungo, mulai mengenal dunia digital.

Dia memperluas pengetahuannya untuk meraih cita-cita menjadi dokter.

Rasa ingin tahu Asih terhadap teknologi tumbuh pesat sejak bersekolah.

Sesekali, Asih menggunakan ponsel orang tuanya untuk bermain gim dan sesekali menjelajahi TikTok serta YouTube. 

Gawai menjadi jendela baru yang menunjukkan berbagai hal yang tak pernah ditemui di kesehariannya di kampung.

Gawai memperluas imajinasinya sebagai anak rimba yang kini hidup berdampingan dengan masyarakat desa.

Dampak internet bagi Asih semakin terasa ketika ia bercita-cita menjadi dokter. 
Informasi mengenai profesi tersebut ia dapatkan dari internet, membuatnya memahami bagaimana seorang dokter bekerja dan seperti apa dunia pendidikan yang harus ditempuh untuk mewujudkan mimpinya.

Tapi, di komunitas Orang Rimba, kepemilikan gawai masih terbatas. 

Satu keluarga, biasanya hanya memiliki satu ponsel yang dipakai bersama. 

Anak-anak seperti Asih hanya meminjam milik orang tua, dan belum diberi akses media sosial sendiri. Literasi digital mereka masih rendah dan penggunaan gawai belum terarah.

Komunitas Suku Anak Dalam (Orang Rimba) di Jambi menghadapi tantangan besar dalam akses pendidikan dan teknologi. 

Infrastruktur jaringan yang tidak merata serta keterbatasan pendidikan dasar membuat mereka berada dalam tahap sangat awal dalam memahami dunia digital.

Inilah paradoks yang muncul ketika dunia digital kian menembus hutan, sementara kemampuan memahami dan menyaring informasi masih minim. 

Tanpa literasi digital, Orang Rimba rentan terhadap misinformasi, eksploitasi, hingga potensi masalah hukum. Mereka masih berposisi sebagai penonton pasif di ruang digital, bukan pengguna aktif yang sadar.

LINK Asih Ingin Jadi Dokter, Paradoks Digital Orang Rimba di Pedalaman Jambi.

(Tribun Jambi)

Sumber: Tribun Jambi
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved