Berita Makalam

Karya Jurnalis Tribun Jambi Rifani Halim Masuk Nominasi 10 Besar Anugerah Jurnalistik Komdigi 2025

Karya Jurnalis Tribun Jambi, Rifani Halim, masuk nominasi 10 besar Anugerah Jurnalistik Komdigi (AJK) 2025 kategori Liputan Media Online.

Penulis: tribunjambi | Editor: asto s
Tribun Jambi
AJK 2025 - Jurnalis Tribun Jambi, Rifani Halim, dengan karyanya "Asih Ingin Jadi Dokter, Paradoks Digital Orang Rimba di Pedalaman Jambi", masuk nominasi 10 besar Anugerah Jurnalistik Komdigi (AJK) 2025 kategori Liputan Media Online. 

Dalam liputan berjudul "Asih Ingin Jadi Dokter, Paradoks Digital Orang Rimba di Pedalaman Jambi", Rifani Halim menuliskan sosok anak SAD di Bungo yang mulai mengenal gawi ponsel dan internet. 

Melalui gawai itu, Asih Permata Hati anak delapan tahun yang tinggal di komunitas Orang Rimba di Bungo, mulai mengenal dunia digital.

Dia memperluas pengetahuannya untuk meraih cita-cita menjadi dokter.

Rasa ingin tahu Asih terhadap teknologi tumbuh pesat sejak bersekolah.

Sesekali, Asih menggunakan ponsel orang tuanya untuk bermain gim dan sesekali menjelajahi TikTok serta YouTube. 

Gawai menjadi jendela baru yang menunjukkan berbagai hal yang tak pernah ditemui di kesehariannya di kampung.

Gawai memperluas imajinasinya sebagai anak rimba yang kini hidup berdampingan dengan masyarakat desa.

Dampak internet bagi Asih semakin terasa ketika ia bercita-cita menjadi dokter. 
Informasi mengenai profesi tersebut ia dapatkan dari internet, membuatnya memahami bagaimana seorang dokter bekerja dan seperti apa dunia pendidikan yang harus ditempuh untuk mewujudkan mimpinya.

Tapi, di komunitas Orang Rimba, kepemilikan gawai masih terbatas. 

Satu keluarga, biasanya hanya memiliki satu ponsel yang dipakai bersama. 

Anak-anak seperti Asih hanya meminjam milik orang tua, dan belum diberi akses media sosial sendiri. Literasi digital mereka masih rendah dan penggunaan gawai belum terarah.

Komunitas Suku Anak Dalam (Orang Rimba) di Jambi menghadapi tantangan besar dalam akses pendidikan dan teknologi. 

Infrastruktur jaringan yang tidak merata serta keterbatasan pendidikan dasar membuat mereka berada dalam tahap sangat awal dalam memahami dunia digital.

Inilah paradoks yang muncul ketika dunia digital kian menembus hutan, sementara kemampuan memahami dan menyaring informasi masih minim. 

Tanpa literasi digital, Orang Rimba rentan terhadap misinformasi, eksploitasi, hingga potensi masalah hukum. Mereka masih berposisi sebagai penonton pasif di ruang digital, bukan pengguna aktif yang sadar.

LINK Asih Ingin Jadi Dokter, Paradoks Digital Orang Rimba di Pedalaman Jambi.

(Tribun Jambi)

Sumber: Tribun Jambi
Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved