Polemik di Papua
Tantangan Berat KSAD Maruli Tumpas Jaringan Pemasok Senjata KKB Papua, 2 WN Australia Ditangkap
KSAD Jenderal TNI Maruli Simanjuntak mengakui adanya tantangan besar untuk menelusuri dugaan penyelundupan senjata api ke KKB Papua.
Penulis: Darwin Sijabat | Editor: Darwin Sijabat
TRIBUNJAMBI.COM - Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Maruli Simanjuntak mengakui adanya tantangan besar dalam upaya menelusuri dugaan penyelundupan senjata api ke Kelompok Kriminal Bersenjata di Papua atau KKB Papua.
KSAD Jenderal TNI Maruli Simanjuntak mengakui adanya tantangan besar untuk menelusuri dugaan penyelundupan senjata api ke KKB Papua.
Sebelumnya seperti diketahui adanya kabar penangkapa dua warga negara Australia yang disebut sebagai pemasik senjata api ke organisasi yang disebut juga TPNPB-OPM itu.
Kedua WNA itu memasok senjata api dari Australia ke Tanaha Papua untuk KKB Papua.
Namun di lain sisi dari penangkapan itu, Jenderal Maruli Simanjutak mengungkapkan Keterbatasan pengawasan di wilayah laut dan udara yang luas menjadi kendala utama.
Pernyataan ini disampaikan Maruli kepada awak media usai menghadiri rapat tertutup dengan Komisi I DPR di Gedung Parlemen, Jakarta Pusat, pada Selasa (16/09/2025).
"Nanti kita coba, apakah itu masuknya dari laut, udara, darat. Ya kita evaluasi terus-lah," kata Maruli, menunjukkan keseriusan TNI AD dalam menyikapi isu ini.
Jenderal Maruli Simanjuntak secara terbuka mengakui bahwa pengawasan jalur masuk senjata ilegal ke Indonesia adalah pekerjaan yang rumit.
Baca juga: KKB Papua Tuding TNI Tembak Pelajar di Yalimo, Kapendam Cendrawasih: Itu Hoaks, Propaganda OPM!
Baca juga: Ijazah Wapres Gibran Dianggap Palsu, Penggugat Rp125 Triliun Punya Bukti Seterang Monas di Jakarta
Baca juga: Harta Kekayaan Arlan, Wali Kota Prabumulih Copot Kepsek Viral Gegara Anak Capai Rp 17M
Luasnya wilayah perairan dan udara Indonesia membuat para penyelundup memiliki banyak celah untuk bersembunyi.
Kendati demikian, ia menegaskan bahwa pihak TNI akan terus berupaya keras untuk mengungkap kebenaran di balik informasi pasokan senjata tersebut.
Isu ini mencuat setelah sebuah akun media sosial, @isds.indonesia, pada Senin (15/09/2025) mengunggah foto dengan tulisan "Dua Pria Australia didakwa Pasok Senjata ke KKB."
Akun tersebut menjelaskan bahwa kedua pria, yang berasal dari Queensland dan New South Wales, diduga berkonspirasi memasok senjata ke kelompok KKB Papua pimpinan Egianus Kogoya, yang sebelumnya dikenal karena menyandera pilot asal Selandia Baru, Kapten Phillip Mehrtens.
Hingga saat ini, pihak TNI masih terus berkoordinasi dengan instansi terkait untuk memastikan validitas informasi tersebut.
Kasus ini menjadi bukti nyata bahwa pasokan senjata untuk kelompok separatis di Papua tidak hanya berasal dari dalam negeri, melainkan juga melibatkan jaringan internasional.
Langkah selanjutnya akan ditentukan setelah TNI berhasil mengidentifikasi secara pasti modus dan jalur yang digunakan para pelaku.
Untuk diketahui, penangkapan dua warga negara Australia yang diduga terlibat dalam penyelundupan senjata untuk KKB Papua bukan terjadi dalam waktu singkat.
Kasus ini merupakan hasil dari investigasi gabungan yang berlangsung selama dua tahun oleh otoritas keamanan Australia, yang dipicu oleh kasus penculikan pilot Susi Air, Phillip Mehrtens.
Baca juga: KKB Papua Minta Australia dan Selandia Baru Tak Campurkan Isu Penyelundupan Senjata dan Kasus Pilot
Baca juga: Sepak Terjang Erick Thohir, Menteri BUMN yang Dikabarkan Jadi Menpora, Kekayaan Nyaris Rp2,5 Triliun
Pada awal tahun 2023, KKB pimpinan Egianus Kogoya menculik pilot Phillip Mehrtens di Paro, Papua. Insiden ini memicu investigasi besar-besaran, tidak hanya oleh aparat keamanan Indonesia, tetapi juga oleh Polisi Federal Australia (AFP) dan kepolisian Selandia Baru, negara asal pilot tersebut.
Selama penyelidikan, tim gabungan menemukan bukti-bukti yang mengarah pada jaringan internasional yang memasok senjata kepada kelompok separatis.
Dalam kurun waktu dua tahun, investigasi ini berhasil mengidentifikasi dua pria Australia, seorang berusia 64 tahun dari New South Wales dan seorang berusia 44 tahun dari Queensland. Keduanya dicurigai berkonspirasi untuk menyelundupkan senjata dan amunisi dari Australia ke Papua.
Polisi menduga bahwa salah satu dari mereka bahkan sempat melakukan perjalanan ke Indonesia pada awal tahun 2024 untuk bertemu dengan anggota KKB dan membawa teropong senapan optik secara ilegal.
Puncak dari investigasi ini terjadi pada November 2024, ketika tim gabungan menggerebek rumah kedua pria tersebut di Urunga, New South Wales, dan Eagleby, Queensland.
Dari penggerebekan itu, ditemukan sejumlah barang bukti mencurigakan, termasuk 13,6 kg logam merkuri.
Meski identitas mereka tidak diungkap secara resmi oleh Polisi Federal Australia, keduanya telah didakwa dengan berbagai tuduhan, termasuk konspirasi untuk mengekspor senjata ilegal.
Mereka dibebaskan dengan jaminan dan dijadwalkan akan menjalani sidang di Pengadilan Magistrat Brisbane pada 17 Oktober 2025.
Kasus ini tidak hanya menunjukkan sejauh mana jangkauan jaringan KKB dalam mendapatkan pasokan senjata, tetapi juga menyoroti pentingnya kerja sama antarnegara dalam memerangi terorisme dan kelompok separatis.
Bagi TNI AD, seperti yang disampaikan KSAD Jenderal Maruli Simanjuntak, penangkapan ini menjadi penguat dugaan adanya jalur pasokan senjata dari luar negeri, yang selama ini menjadi salah satu tantangan terbesar dalam operasi keamanan di Papua.
Apa kaitannya dengan kasus penyerangan terhadap anggota Satgas Cartenz?
Baca juga: Jurnalis Gelar Aksi Tutup Mulut, Protes Penghalangan Liputan di Polda Jambi
Baca juga: Demo di Jakarta, Ojol di Jambi Tetap Narik: Tak Ada Info
Kasus ini menjadi semakin relevan karena sebelumnya, pada Rabu (13/8/2025), anggota Satgas Cartenz menjadi korban penyerangan oleh KKB Papua.
Penembakan terjadi sekitar pukul 08.45 WIT dan dipimpin oleh tokoh KKB Papua Aibon Kogoya.
Para pelaku dibagi menjadi tiga kelompok. Kelompok pertama yang terdiri dari YM, YW, dan KM bertugas menembak Brigpol M Arif Maulana.
Kelompok kedua, yaitu TG dan Suplianus Bagau (yang sudah ditangkap), menembak Briptu Nelson C Runaki.
Sementara kelompok ketiga dipimpin langsung oleh Aibon Kogoya dan HM, yang bertugas memantau situasi di sekitar lokasi pembangunan jalan dan ekskavator.
Usai melakukan penembakan, para pelaku merampas senjata api jenis AK-101 dan AK-47 serta body vest milik korban.
Tak hanya itu, mereka juga sempat membuat video pernyataan sikap di sebuah camp darurat, yang direkam oleh Suplianus Bagau.
Video ini menjadi bukti tambahan terkait aktivitas bersenjata kelompok tersebut.
Pihak aparat telah melakukan rekonstruksi peristiwa dengan pengamanan ketat.
Rekonstruksi melibatkan 15 kendaraan taktis, 24 pucuk senjata laras panjang, serta perlengkapan body vest dan helm tempur.
Simak berita terbaru Tribunjambi.com di Google News
Baca juga: Ratusan Sopir Truk Demo di Depan Gedung DPRD Bungo, Protes Kelangkaan Solar Subsidi
Baca juga: Ingat Hakim yang Vonis Mati Ferdy Sambo? DPR RI Tak Loloskan Alimin Jadi Hakim Agung
Baca juga: 10.428 Siswa di Batang Hari Terima Bantuan Seragam Sekolah, Tas, dan Sepatu
Baca juga: Dinkes Muaro Jambi Maksimalkan Dana BOK, Tingkatkan Pelayanan Kesehatan
Kepala Staf Angkatan Darat
KSAD
pemasok
senjata api
Maruli Simanjuntak
KKB Papua
TPNPB-OPM
Australia
Tribunjambi.com
KKB Papua Tuding TNI Tembak Pelajar di Yalimo, Kapendam Cendrawasih: Itu Hoaks, Propaganda OPM! |
![]() |
---|
KKB Papua Minta Australia dan Selandia Baru Tak Campurkan Isu Penyelundupan Senjata dan Kasus Pilot |
![]() |
---|
Jaringan Internasional di Balik Konflik Papua: Pemasok Senjata ke KKB, Wartawan Australia Terlibat? |
![]() |
---|
Perang Klaim di Balik 2 Pemasok Senjata KKB Papua Ditangkap: Dibantah Sebby Sambom dan Tudingan Ali |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.