Berita Jambi

Dari Genset ke Penerangan Desa: Listrik yang Mengubah Takdir Masyarakat Transmigrasi

Dari Genset ke Penerangan Desa: Listrik yang Mengubah Takdir Masyarakat Transmigrasi

|
Penulis: Heri Prihartono | Editor: Heri Prihartono
Tribunjambi/Heri Prihartono
LISTRIK. Potret seorang anak yang memegang lampu. Energi listrik yang berkesinambungan mampu menghidupi seluruh lapisan masyarakat. 

Listrik membawa tren kota ke desa. "Minuman berbagai macam yang viral di kota juga tersedia. Anak-anak muda di sini kreatif, mereka buka usaha Thai tea, kopi susu kekinian, lengkap dengan mesin cup sealer-nya. Dulu, blender saja barang mewah."

Bengkel, usaha air isi ulang, jasa cuci motor steam, hingga toko kelontong kini menjadi pemandangan jamak. "Ini adalah wujud nyata energi berkeadilan. Listrik menghidupkan mereka," tegas Dedek.


Dedek menegaskan, listrik yang stabil menjadi fondasi bagi lompatan peradaban berikutnya yakni konektivitas digital.

"Dulu, anak-anak kami berhenti belajar jam 7 malam. Sekarang, mereka bisa belajar kapan saja. Tapi bukan itu saja. Dampak turunan dari energi listrik ini terus bergulir," jelas Dedek.

Karena listrik sudah andal 24 jam, infrastruktur digital yang rakus energi akhirnya berani masuk.

"Sejak setahun terakhir, layanan WiFi rumahan mulai tersedia.

Warga bisa berlangganan internet. Puncaknya, sebulan terakhir ini, sebuah tower telekomunikasi baru dibangun di desa kami. Sinyal 4G jadi kuat," paparnya bangga.

Listrik, tegas Dedek, adalah prasyaratnya. "Tanpa listrik stabil, WiFi dan tower itu tidak mungkin beroperasi.

Warga tak perlu ke puncak bukit untuk mendapatkan sinyal, kini semuanya tersedia di genggaman.

Sekarang anak-anak kami benar-benar setara, mereka bisa belajar online, dan UMKM kami mulai bisa jualan di media sosial."

Kisah Desa Kehidupan Baru adalah bukti nyata bagaimana sebatang kabel listrik bukan sekadar mengalirkan setrum.

 Ia mengalirkan keadilan, menumbuhkan keberanian, dan membuka gerbang masa depan.

"Listrik bagi kami bukan sekadar infrastruktur," tutup Heri.

"Itu adalah keadilan. Itu adalah bahan bakar yang akhirnya membuat kami benar-benar bisa memulai 'kehidupan baru', persis seperti nama desa ini."


Energi di Ruang Kelas

Halaman 3/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved