Opini
Analisis Sentimen dan Framing Media terhadap Suku Anak Dalam atau SAD dalam Kasus Penculikan Bilqis
Pada tanggal 3 November, sentimen negatif terhadap SAD berada pada angka 25 persen, dengan mayoritas publik (65 persen) masih bersikap netral.
Kedua, media lokal memiliki akses langsung ke narasumber di lapangan, termasuk tokoh masyarakat adat, aparat setempat, dan saksi mata yang memberikan perspektif lebih berimbang.
Ketiga, media nasional cenderung menggunakan angle sensasional untuk menarik perhatian audiens yang lebih luas, sementara media lokal lebih mempertimbangkan dampak jangka panjang pemberitaan terhadap harmoni sosial di wilayah mereka.
Korelasi antara volume pemberitaan dan sentimen publik menunjukkan hubungan yang sangat erat sepanjang periode analisis. Setiap kenaikan volume artikel dengan framing negatif diikuti oleh peningkatan sentimen negatif publik yang hampir proporsional. Ketika volume artikel mencapai 110 pada tanggal 8 November, sentimen negatif publik juga mencapai puncaknya di 88 persen.
Hal yang menarik, penurunan sentimen negatif publik berlangsung lebih lambat dibandingkan penurunan volume pemberitaan. Pada tanggal 16 November, volume artikel turun menjadi 18 (penurunan 84 persen dari puncak) sementara sentimen negatif hanya turun menjadi 18 persen (penurunan 80 persen dari puncak).
Fenomena ini mengindikasikan bahwa efek dari narasi media memiliki inersia—prasangka yang terbentuk tidak serta-merta hilang ketika stimulus negatif berkurang. Pola ini mengonfirmasi teori agenda-setting dalam komunikasi massa, di mana media tidak hanya memberitahu publik tentang apa yang harus dipikirkan, tetapi juga bagaimana cara memikirkannya, dan efek ini bertahan bahkan setelah intensitas pemberitaan menurun.
Distribusi platform dengan sentimen negatif menunjukkan dinamika yang konsisten di berbagai ruang digital sepanjang periode analisis. Twitter menempati posisi teratas sejak awal hingga akhir periode, mencapai puncak 92 persen konten negatif pada tanggal 8 November sebelum turun menjadi 24 persen pada tanggal 16 November. Facebook mengikuti dengan pola serupa, dari 25 persen pada tanggal 3 November menjadi 85 persen pada puncaknya, lalu turun ke 23 persen di akhir periode.
Instagram dengan 78 persen pada puncaknya menunjukkan bahwa platform visual juga tidak luput dari narasi negatif, terutama melalui caption dan komentar pada postingan terkait kasus ini. Forum online mencapai 73 persen dan portal berita 68 persen pada tanggal 8 November.
Yang mengkhawatirkan adalah kecepatan penyebaran sentimen negatif di semua platform ini—dari tingkat yang relatif rendah pada tanggal 3 November, semua platform mengalami lonjakan eksponensial dalam lima hari. Twitter yang dikenal dengan karakteristiknya yang cepat dan reaktif menjadi ruang di mana spekulasi, rumor, dan generalisasi berkembang paling pesat.
Facebook dengan algoritma grup dan komunitas memperkuat echo chamber yang memperkuat bias negatif. Meskipun semua platform menunjukkan tren penurunan setelah tanggal 9 November, pola ini tetap menunjukkan bahwa ekosistem digital Indonesia sangat rentan terhadap penyebaran prasangka kolektif dalam waktu singkat.
Fenomena yang terjadi dalam kasus Balqis ini adalah cerminan dari masalah struktural yang lebih besar dalam jurnalisme Indonesia dan literasi media publik.
Pertama, kecenderungan media untuk menggunakan framing yang sensasional demi meningkatkan engagement dan traffic, tanpa mempertimbangkan dampak sosial jangka panjang terhadap kelompok minoritas seperti SAD.
Kedua, kurangnya verifikasi dan pendalaman dalam pemberitaan, di mana kecurigaan dan spekulasi diperlakukan sejajar dengan fakta yang telah terverifikasi.
Ketiga, bias kultural yang masih mengakar dalam cara media mainstream memandang komunitas adat, yang seringkali direduksi menjadi objek eksotis atau dianggap terbelakang dibandingkan masyarakat urban.
Keempat, algoritma platform media sosial yang cenderung memprioritaskan konten yang memicu emosi kuat, termasuk kemarahan dan ketakutan, sehingga narasi negatif mendapat amplifikasi yang jauh lebih besar dibandingkan klarifikasi atau konten yang berimbang.
Hal yang lebih mengkhawatirkan adalah dampak jangka panjang dari konstruksi narasi ini. Meskipun Balqis telah kembali dengan selamat dan investigasi tidak menemukan keterlibatan SAD dalam penculikan, stigma yang telah tertanam dalam benak publik tidak mudah dihapus.
| Kejari Tebo Terima Uang Titipan 2 Perkara Tipikor yang Sedang Disidangkan |
|
|---|
| Tetap Santai Dihina, Kaesang Pangarep Samakan PSI dengan Gajah: Kita Ini Kuat! |
|
|---|
| Diduga Hindari Truk CPO, Minibus Nyungsep di Perbatasan Mendalo-Simpang Rimbo Jambi |
|
|---|
| Kronologi Penemuan Motor di Sungai Batanghari Jambi: Berkat Air Surut dan Sentuhan Kaki |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jambi/foto/bank/originals/17112025-Ade-Novia-Maulana.jpg)