Opini

Analisis Sentimen dan Framing Media terhadap Suku Anak Dalam atau SAD dalam Kasus Penculikan Bilqis

Pada tanggal 3 November, sentimen negatif terhadap SAD berada pada angka 25 persen, dengan mayoritas publik (65 persen) masih bersikap netral. 

|
Editor: Suci Rahayu PK
Istimewa
Ade Novia Maulana, M.Sc, Dosen pada Prodi Jurnalistik Islam dan Prodi Sistem Informasi di UIN STS Jambi 


 
Volume pemberitaan mulai menurun secara signifikan setelah tanggal 9 November. Pada tanggal 16 November, hanya tersisa 18 artikel dengan framing negatif, menunjukkan penurunan hampir 85 persen dari puncaknya. 

Namun, penurunan volume ini tidak serta-merta menghapus dampak dari ratusan artikel yang telah tersebar selama periode sebelumnya. Narasi negatif yang telah terbentuk memiliki efek jangka panjang dalam membentuk persepsi kolektif masyarakat terhadap SAD.

Ketika mengkaji lebih dalam kategori framing negatif yang digunakan media sepanjang periode analisis, terungkap empat pola dominan yang secara konsisten muncul dalam pemberitaan. Framing "keterbelakangan" menjadi yang paling masif dengan akumulasi 53 artikel yang secara eksplisit atau implisit menggambarkan SAD sebagai kelompok primitif, terisolasi, dan tidak beradab.

 Kategori "kecurigaan" menghasilkan 46 artikel yang membingkai keberadaan Balqis di tengah SAD sebagai indikasi keterlibatan mereka dalam penculikan, meskipun tidak ada bukti forensik yang mendukung. Framing "eksotisasi" muncul dalam 30 artikel yang memperlakukan SAD sebagai objek wisata antropologis.

 Fakta yang menarik, framing "viktimisasi" yang menempatkan SAD sebagai korban diskriminasi justru mengalami peningkatan signifikan di periode akhir analisis, mencapai 35 artikel pada tanggal 16 November.

Grafik 3: Kategori framing negatif (kumulatif)
Grafik 3: Kategori framing negatif (kumulatif) (Ist)


 
Peningkatan framing viktimisasi diperiode akhir menunjukkan adanya pergeseran narasi setelah fakta mulai terungkap. Jurnalis dan aktivis mulai menulis artikel yang membela SAD dan mengkritik prasangka yang telah terbentuk. Namun, pergeseran ini terjadi terlambat dan dengan volume yang jauh lebih kecil dibandingkan gelombang artikel negatif sebelumnya.

 Grafik menunjukkan bahwa ketiga kategori negatif utama (keterbelakangan, kecurigaan, eksotisasi) mengalami lonjakan tajam hingga tanggal 8 November dan kemudian melambat, sementara viktimisasi justru terus meningkat hingga akhir periode analisis.

Indeks intensitas sentimen negatif memberikan gambaran yang lebih mendalam tentang seberapa keras dan emosional narasi negatif tersebut dikonstruksi.

 Pada skala 0 hingga 10, di mana 0 menunjukkan tidak ada sentimen negatif dan 10 menunjukkan sentimen negatif yang ekstrem, indeks ini menunjukkan tren yang mengkhawatirkan. Dari angka 4.2 pada tanggal 3 November, intensitas meningkat secara konsisten hingga mencapai puncaknya pada angka 8.5 di tanggal 8 November.

Grafik 4: Indeks intensitas sentimen negatif
Grafik 4: Indeks intensitas sentimen negatif (Ist)


 
Penurunan intensitas setelah tanggal 8 November berlangsung lebih gradual dibandingkan kenaikannya. Pada tanggal 16 November, intensitas turun menjadi 2.4, menunjukkan bahwa meskipun volume pemberitaan negatif menurun drastis, muatan emosional dalam diskusi publik masih memerlukan waktu lebih lama untuk mereda.

 Angka 2.4 ini menandakan bahwa prasangka terhadap SAD belum sepenuhnya hilang, melainkan hanya berkurang intensitasnya. Bahasa yang digunakan dalam diskusi publik masih mengandung elemen kecurigaan dan stereotip, meskipun tidak seekstrem periode sebelumnya.

Perbandingan antara tone media nasional dan media lokal Jambi mengungkapkan disparitas yang signifikan dan konsisten sepanjang periode analisis. 

Media nasional menunjukkan tone negatif yang jauh lebih tinggi, dimulai dari angka 3.8 pada tanggal 3 November dan mencapai puncaknya di 8.7 pada tanggal 8 November. Sebaliknya, media lokal Jambi menunjukkan tone yang relatif lebih moderat, dimulai dari 2.0 dan hanya mencapai 4.2 pada puncaknya.

Grafik 5: Perbandingan tone media nasional vs media Jambi
Grafik 5: Perbandingan tone media nasional vs media Jambi (Ist)


 
Kesenjangan antara kedua kelompok media ini tetap konsisten hingga akhir periode analisis. Pada tanggal 16 November, media nasional masih menunjukkan tone negatif 2.7 sementara media lokal hanya 1.8. 
Perbedaan ini dapat dijelaskan oleh beberapa faktor struktural.

Pertama, jurnalis lokal di Jambi memiliki pemahaman kontekstual yang lebih baik tentang SAD, termasuk dinamika sosial dan geografis mereka. Mereka telah berinteraksi dengan komunitas ini dalam berbagai konteks sebelumnya, sehingga tidak mudah terjebak dalam stereotip. 

Sumber: Tribun Jambi
Halaman 2/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved