Opini

Analisis Sentimen dan Framing Media terhadap Suku Anak Dalam atau SAD dalam Kasus Penculikan Bilqis

Pada tanggal 3 November, sentimen negatif terhadap SAD berada pada angka 25 persen, dengan mayoritas publik (65 persen) masih bersikap netral. 

Editor: Suci Rahayu PK
Istimewa
Ade Novia Maulana, M.Sc, Dosen pada Prodi Jurnalistik Islam dan Prodi Sistem Informasi di UIN STS Jambi 

Analisis Sentimen dan Framing Media terhadap Suku Anak Dalam atau SAD dalam Kasus Penculikan Bilqis

Penulis: Ade Novia Maulana, M.Sc

Penulis adalah Dosen pada Prodi Jurnalistik Islam dan Prodi Sistem Informasi di UIN STS Jambi
 

*Periode analisis: 3-16 November 2025

Pada tanggal 2 November 2025, berita penculikan Bilqis, balita asal Makassar, mengguncang publik Indonesia. Enam hari kemudian, pada 8 November 2025, Balqis ditemukan di tengah komunitas Suku Anak Dalam (SAD) di Merangin, Jambi, sebelum akhirnya tiba kembali di Makassar pada 9 November 2025. 

Namun, dibalik kisah penemuan yang seharusnya menjadi kabar gembira ini, muncul fenomena yang jauh lebih mengkhawatirkan: bagaimana media massa dan platform digital secara sistematis membingkai SAD sebagai pihak yang mencurigakan, terbelakang, dan bahkan eksotis dalam narasi pemberitaan mereka.

Analisis sentimen terhadap lebih dari 650 artikel berita, postingan media sosial, dan diskusi publik dari tanggal 3 hingga 16 November menunjukkan dinamika yang mengkhawatirkan. Sejak hari ketiga kasus ini mencuat, sentimen negatif terhadap SAD mengalami eskalasi yang drastis. 

Pada tanggal 3 November, sentimen negatif terhadap SAD berada pada angka 25 persen, dengan mayoritas publik (65 persen) masih bersikap netral. 

Namun, seiring berjalannya waktu dan semakin intensifnya pemberitaan, sentimen negatif melonjak tajam mencapai 88 persen pada tanggal 8 November ketika Balqis ditemukan di lokasi SAD, sementara sentimen netral merosot drastis menjadi hanya 9 persen.

Grafik 1: Dinamika sentimen publik terhadap SAD
Grafik 1: Dinamika sentimen publik terhadap SAD (Ist)

 

Bagian yang menarik adalah bagaimana sentimen publik mulai berubah setelah tanggal 9 November. Ketika Balqis kembali ke Makassar dan investigasi lebih lanjut mengungkapkan bahwa tidak ada keterlibatan langsung SAD dalam penculikan, sentimen negatif mulai menurun. 

Pada tanggal 11 November, terjadi titik balik di mana sentimen negatif dan positif berada pada posisi yang sama yaitu 38 persen. Setelah itu, sentimen positif terus meningkat hingga mencapai 55 persen pada tanggal 16 November, sementara sentimen negatif turun menjadi 18 persen. 

Transformasi ini menunjukkan bahwa publik Indonesia sebenarnya responsif terhadap klarifikasi dan fakta, namun kerusakan terhadap citra komunitas SAD telah terjadi selama periode puncak prasangka tersebut.

Volume pemberitaan dengan framing negatif mengikuti tren serupa. Dari 22 artikel pada tanggal 3 November, jumlah publikasi yang membingkai SAD secara negatif melonjak menjadi 110 artikel pada tanggal 8 November, bertepatan dengan penemuan Balqis.

 Angka ini menunjukkan bahwa media tidak hanya memberitakan fakta penemuan, tetapi secara aktif membangun narasi yang menempatkan SAD sebagai objek yang mencurigakan.

Grafik 2: Volume pemberitaan dengan framing negatif
Grafik 2: Volume pemberitaan dengan framing negatif (Ist)
Sumber: Tribun Jambi
Halaman 1/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved