Penculikan Anak
Tipu Daya Mery Ana di Jambi
Segala tipu daya Mery Ana ke Suku Anak Dalam di Merangin Jambi membuat mereka marah. Jika sudah lepas hukuman maka akan ada ...
Penulis: Rifani Halim | Editor: asto s
Ringkasan Berita:
- Rupanya, aksi Mery Ana membuat Suku Anak Dalam di Merangin Jambi merasa dirugikan.
- Akhirnya, Temenggung Sikar bilan akan ada sanksi Tebus Bangun terharap Mery.
- Warga Suku Anak Dalam di Merangin menunggu masa hukuman perempuan itu selesai.
TRIBUNJAMBI.COM, BANGKO - Mery Ana (42) yang membawa Bilqis Ramadhany (4), mendatangi warga Suku Anak Dalam (SAD) di Mentawak, Kabupaten Merangin, sembari menunjukkan surat bermaterai Rp10.000.
Isi surat itu, pernyataan orangtua kandung yang menyerahkan anaknya karena tidak bisa merawat.
Menggunakan cara itulah penculik balita asal Makassar tersebut menipu warga SAD.
Temengung Sikar, tokoh SAD di Desa Mentawak, menuturkan bagaimana Bilqis Ramadhany bisa sampai di tangan pasangan suami istri SAD bernama Begendang dan Ngerikai.
Awalnya Diculik di Makassar
Perjalanan Bilqis Ramadhany yang diculik di Makassar hingga ditemukan Jambi, sangat panjang.
Berawal saat Bilqis Ramadhany diculik Sri Yuliana di Makassar, Sulawesi Selatan, lalu dijual via media sosial Facebook.
Bilqis Ramadhany dibeli Nadia Hutri, warga Sukoharjo, Jawa Tengah, yang menjemputnya ke Makassar.
Setelah itu, Bilqis Ramadhany dijual oleh Nadia seharga Rp 15 juta kepada Mery Ana dan Ade Friyanto Syaputra, yang merupakan warga Merangin, Provinsi jambi. Bilqis Ramadhany dibawa Merangin.
Setelah berpindah ke tangan, oleh Mery Ana, Bilqis Ramadhany dibawa ke daerah Mentawak, Merangin.
Di sana, dengan tipu daya dan mulut manis Mery Ana, akhirnya Bilqis Ramadhany dibawa oleh Begendang dan Ngerikai, pasangan suami-istri warga Suku Anak Dalam.
Surat Bermaterai dan Uang Rp85 Juta
Pada Kamis (13/11) lalu, Tribun Jambi mewawancarai Temenggung Sikar, tokoh SAD yang juga ayah dari Begendang, sekaligus mertua Ngerikai.
Sikar menuturkan, persoalan tentang Bilqis Ramadhany bermula saat Mery Ana datang ke rombongan SAD di Mentawak.
Saat itu, Mery membawa seorang anak (Bilqis Ramadhany) yang disebut "akan diadopsi" atau "dititipkan".
Dia mengaku memiliki surat bermaterai Rp 10 ribu yang menyatakan orang tua Bilqis Ramadhany menyerahkan anak tersebut.
"Ada informasi anak mau diadopsi atau mau dititip, kami tidak tahu. Anak aku (Begendang) bilang, dari pada anak ini (Bilqis Ramadhany) dilempar ke mana, lebih baik dia yang ngerawat," ujar Sikar.
Namun, ternyata Mery tidak sekadar titip. Dia meminta uang Rp85 juta sebagai pengganti biaya perawatan Bilqis Ramadhany selama ini.
Karena percaya pada Mery, pasangan Begendang dan Ngerikai menyerahkan uang Rp85 juta.
"Anak aku itu gampang percayo, tidak tahu apa-apa. Jadi diadopsilah anak itu,” ungkap Temenggung Sikar.
Bilqis Ramadhany kemudian hidup bersama keluarga SAD Begendang-Ngerikai
Polisi Datang
Sekira sepekan kemudian, Polres Merangin dan Polrestabes Makassar mendatangi Temengung Sikar.
Mereka datang bersama Temengung Jhon, tokoh SAD kelompok lain.
Temenggung Jhon merupakan orang yang diminai bantuan polisi untuk menjadi "jembatan komunikasi" dengan SAD kelompok Sikar.
Polisi bilang, ada laporan anak hilang bernama Bilqis Ramadhany, yang ciri-cirinya sama seperti anak yang sedang bersama keluarga Begendang.
"Pak, minta tolong. Kami kehilangan anak," kata Temenggung Sikar menirukan ucapan polisi.
Saat rombongan polisi datang, Bilqis Ramadhany telah pergi bersama keluarga Begendang-Ngerikai berpindah-pindah tempat di hutan, sebagaimana umumnya kehidupan Suku Anak Dalam.
Kebiasaan pindah tempat ini, dalam adat SAD dinamakan melangun.
Jejak ke Tanjung Lamin
Akhirnya tim dan warga SAD melakukan penelusuran.
Mereka menemukan petunjuk bahwa keluarga Begendang dan Bilqis Ramadhany pergi ke Tanjung Lamin, Kabupaten Merangin.
Pencarian pertama mengarah ke sana.
Mereka meluncur ke Tanjung Lamin, tapi, sesampainya di lokasi, hanya menemukan tenda kosong.
"Kami ke Tanjung Lamin, mereka tidak ada, cuma ketemu tendanya. Sampai jam tiga subuh, kami pulang, tak tidur malam itu," ujarnya.
Arah Baru, ke Taman Nasional Bukit Duabelas
Keesokan harinya pencarian dilanjutkan. Setelah mencai informasi dari beberapa kelompok SAD, mereka mendapat informasi bahwa Begendang dan Ngerikai melangun (berpindah tempat) menuju Taman Nasional Bukit Duabelas.
Pada hari kedua ini, tidak semua tim berangkat melakukan pencarian.
Hanya tim kecil berisi empat orang, yaitu Temengung Sikar, Temengung Jhon, Temengung Roni (Bungo), dan Nurul Pratiwi dari pekerja sosial Dinas Sosial Kabupaten Merangin.
Tim bergerak masuk ke kawasan Taman Nasional Bukit Duabelas di wilayah Kabupaten Sarolangun.
Sementara itu, polisi menunggu di Desa Mentawak.
"Sampai pening kepala awak dari pagi sampai jam tiga sore. Baru ketemu arah lokasinya," ucapnya.
"Kami sampai ke Pasar Bukit 12, tak datang anak ini. Masuk kami berempat ke dalam, ketemu anak (Bilqis Ramadhany) itu. Nangis-nangis, ndak bisa dibawa," kata Sikar.
Karena Bilqis Ramadhany menolak untuk dibawa pulang, akhirnya tim kecil ini menghubungi polisi Makassar untuk meminta instruksi.
"Kata polisi, tarik pasoh (paksa). Kalau tak ditarik, kami tak tanggung jawab. Jadi kami tarik pasoh, baru bisa dibawa," jelasnya.
Akhirnya, Bilqis Ramadhany dibawa balik dan ke polisi Makassar yang telah menunggu di lokasi awal.
Sebelum penjemputan, dilakukan perundingan antara keluarga, pihak adat, dan kepolisian.
Begendang dan Ngerikai meminta ganti rugi, karena uang Rp85 juta telah mereka diberikan kepada Mery Ana.
SAD Merasa Ditipu, Sanksi Adat
Temengung Sikar menegaskan Begendang dan Ngerikai merasa dirugikan atas tindakan Mery Ana.
Atas dasar itu, SAD berencana menjatuhkan hukuman adat Tebus Bangun setelah proses hukum negara selesai.
"Kalau pelaku ditahan dulu di pengungsian, kami ingin proses hukum adat tetap berjalan. Setelah proses hukum polisi, kalau dia selamat dan sampai ke Bangko, tetap kami cari. Dia sudah menjebak kami," tegasnya.
Tebus Bangun merupakan sanksi berat dengan nilai hukuman membayar lebih dari seribu kain.
"Kalau tidak sengaja saja seribu kain. Kalau seperti ini, disengaja. Jadi hukum adatnya lebih berat," ujarnya.
Dia menambahkan, keluarga SAD turut merasakan duka yang dialami orang tua Bilqis Ramadhany di Makassar.
"Siapa pun kehilangan anak pasti sedih. Tidak ada makan, tidak ada minum, hanya memikirkan cari anak. Begitu juga kami," katanya.
Temengung Jhon Bantah Isu Jual Beli Anak
Saat kasus penculikan Bilqis Ramadhany bergulir, tudingan-tudingan negatif mengalir ke Suku Anak Dalam, di antaranya jual beli anak.
Temenggung Jhon, mediator pencarian Bilqis Ramadhany, membantah isu perdagangan anak dalam kasus Bilqis Ramadhany.
Jhon menuturkan awalnya mendapat informasi dari Dinas Sosial Merangin terkait kedatangan polisi Makassar yang mencari anak hilang.
"Mereka (polisi) menelepon saya, bilang anak yang nama Bilqis Ramadhany ini ada di kelompok Pak Sikar. Mereka tanyo, Pak Temengung bisa tak bantu. Saya jawab bisa," ujarnya.
Jhon juga memastikan bahwa Begendang dan Ngerikai mau menerima Bilqis Ramadhany karena percaya keterangan Mery Ana yang bilang anak itu masih keluarga dan membutuhkan perawatan.
"Mery bilang Bilqis Ramadhany masih keluarga si Mery. Tapi Mery minta dikembalikan uang Rp85 juta," kata Jhon.
Soal Mobil Pajero, Bukan Barter Anak
Temenggung Jhon juga membantah isu yang menyebutkan bahwa mobil Pajero milik Mery Ana ditukar dengan Bilqis Ramadhany.
Jhon bilang, mobil itu dijaminkan untuk mengganti uang Rp85 juta yang sebelumnya dikeluarkan pasangan Begendang dan Ngerikai.
"Saya pun bingung. Ku tanyo ke pemerintah. Satu-satu dipanggil pelaku. Apolah yang bisa dijaminkan? Hanya satu mobil," jelasnya.
Untuk membantu kelancaran pengembalian Bilqis Ramadhany, Jhon bersedia memberikan uang pribadinya kepada Begendang dan Ngerikai, sementara mobil Mery Ana dititipkan kepadanya sebagai jaminan.
"Yang penting Bilqis Ramadhany bisa pulang," tegasnya.
Mobil Pajero itu ditempatkan di Polres Merangin selama proses hukum berlangsung.
Sementara imbal baliknya, Bilqis Ramadhany bisa kembali ke pelukan orangtuanya di Makassar.
Nurul Pantang Menyerah
Di balik penjemputan Bilqis Ramadhany (4), ada peran Pekerja Sosial Dinas Sosial Kabupaten Merangin, Nurul Andri Pratiwi (31).
Nurul satu-satunya perempuan yang ikut dalam tim penjemputan anak Bilqis Ramadhany di Taman Nasional Bukit Duabelas, Kecamatan Air Hitam, Kabupaten Sarolangun, Jambi, bersama Temenggung Jhon, Temenggung Roni, dan Temenggung Sikar.
Perempuan berhijab ini menuturkan perjalanan penjemputan Bilqis Ramadhany di kawasan Taman Nasional Bukit Duabelas.
Dia juga angkat bicara terkait berbagai narasi liar yang berkembang di media sosial.
"Kami tidak akan menanggapi hal-hal seperti itu. Fokus kami hanya pada keselamatan anak," ujarnya kepada Tribun Jambi.
Berempat, mereka menempuh perjalanan sekitar dua jam dengan kondisi jalan gelap dan sempit.
Bilqis Ramadhany pertama kali ditemukan sekitar pukul 19.00 WIB, sebelum kemudian proses penjemputan dilanjutkan.
"Kami hanya mengikuti jalur temenggung. Gelap sekali, jalannya kecil, dan kami juga kejar waktu karena bensin hampir habis," jelasnya.
Saat dijemput, Bilqis Ramadhany sempat merasa takut karena tidak mengenal petugas dan situasi sekitar yang gelap.
"Dia sempat berpikir saya (Nurul) orang jahat. Wajar, karena kondisi memang gelap dan dia belum kenal kami," kata Nurul.
Di dalam mobil, Nurul kemudian memperkenalkan diri dan menjelaskan bahwa tujuan mereka adalah memulangkan Bilqis Ramadhany kepada orang tua kandung.
Setelah mendapat penjelasan bahwa para temenggung yang hadir adalah orang baik, anak tersebut mulai tenang dan akhirnya beristirahat.
Tak Bersedia Komentar Soal Adopsi
Terkait isu adanya uang adopsi Rp 85 juta, Nurul menegaskan hal itu bukan ranah Dinas Sosial.
"Itu kewenangan kepolisian. Kami fokus pada trauma dan keselamatan anak. Soal penyidikan, kami percaya kepada polisi," tegasnya.
Dia mengaku terkejut melihat banyak narasi liar yang berkembang.
"Kami sebenarnya ingin kasus ini tidak terekspose. Kami bekerja ya bekerja saja. Tapi sudah terlanjur tersebar," ujarnya.
Nurul memastikan proses penjemputan dilakukan tanpa paksaan terhadap keluarga angkat tempat Bilqis Ramadhany tinggal bersama Begendang dan Ngerikai.
Menurutnya, keluarga tersebut bahkan bersikap kooperatif.
"Mereka tidak menahan. Mereka menyerahkan. Hanya saja anaknya yang tidak mau lepas. Jadi kami pelan-pelan, tetap minta izin," jelasnya.
Pencarian dilakukan sejak Jumat sore hingga Sabtu malam, 7-8 November, melibatkan kepolisian, Dinas Sosial, dan perwakilan temenggung. Proses berlanjut hingga Bilqis Ramadhany akhirnya dibawa ke kepolisian.
"Semua bekerja keras," tambahnya.
Nurul juga menegaskan pekerja sosial memiliki batasan dalam memberikan keterangan terkait Suku Anak Dalam kepada media massa maupun media sosial.
Dia tidak bisa membeberkan banyak hal karena ada kode etik.
"Kami tegak lurus. Tidak membela siapa pun. Kami hanya memediasi konflik. Ada hal yang tidak bisa kami sampaikan ke publik," tegasnya.
Nurul baru bertugas di Dinas Sosial sejak Juni 2025, namun telah terbiasa dengan dinamika Suku Anak Dalam karena orang tuanya dulu aktif dalam kegiatan sosial terkait komunitas tersebut.
"Jadi tidak asing lagi. Sekarang jalannya membawa saya bertugas di bidang ini," tuturnya. (Tribun Jambi/Rifani Halim)
Perjalanan Bilqis Ramadhany Diculik :
- Bilqis Ramadhany diculik Sri Yuliana di Makassar, Sulawesi Selatan, dijual via media sosial Facebook
- Bilqis Ramadhany dibeli Nadia Hutri, warga Sukoharjo, Jawa Tengah
- Bilqis Ramadhany dijemput Nadia ke Makassar
- Bilqis Ramadhany dijual Nadia Rp 15 juta ke Mery Ana dan Ade Friyanto Syaputra,
- Bilqis Ramadhany dibawa Mery Ana ke Mentawak, Merangin
penculikan anak
Bilqis
Suku Anak Dalam
Merangin
Jambi
Temenggung Jhon
Temenggung Sikar
Multiangle
Eksklusif
| Suku Anak Dalam Jambi, dari Strategi Jokowi hingga Hilangnya Bilqis Ramadhany |
|
|---|
| Nurul: Kami Ikuti Jalur Temenggung SAD Jambi, Kisah Penjemputan Bilqis yang Tak Terungkap |
|
|---|
| Mery dan Ade di Jambi Ternyata Sudah Jual 9 Anak dan 1 Bayi di Medsos, Terlibat Penculikan Bilqis |
|
|---|
| Temenggung Jhon dari SAD Jambi Bantah Mobil Pajero Mery Ana Dibarter Bilqis Ramadhany |
|
|---|
| Tipu Daya Mery Ana Titip Bilqis Anak Penculikan ke Suku Anak Dalam Jambi, Ambil Rp 85 Juta |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jambi/foto/bank/originals/Foto-Temenggug-kiri-dan-Temenggung-Jhon-kanan-dua-tokoh-adat-SAD-Merangin.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.