"Dikirim ke Thailand, Cina dan Bangladesh namun karena pandemi kita stop dulu, banyak kendala khususnya dalam pengiriman. Bahkan selama beberapa bulan hanya melayani pemesanan lokal seperti acara kabupaten, pameran dan Alhamdulillah sekarang sudah mulai jalan lagi dinas-dinas kabupaten, tetangga, juga mulai melirik," selanjutnya.
Namun menurut Ilyas, kendala terbesar ialah alat, dimana alat yang digunakan saat ini sudah usang dan masih manual.
"Kendala terbesar hanya alat, dimana alat kita sudah uang dan masih manual, belum lagi sebelum upih di pres harus kita lapisi aluminium foil alatnya agar tidak ada noda kotor," jelasnya.
Tidak hanya itu saja, akibat alat yang sudah usang, pihaknya menolak pesanan dari Bali karena tidak mampu memenuhi permintaan pasar.
"Kita pernah dapat pesanan dari Bali, diminta menyiapkan 4000 piring upih perbulan, kita tidak snggup karena memang alat kita tidapu, untuk alat saat ini 100-150 bisa kita produksi per hari, tapi untuk rata-ratanya 100 kita produksi per hari," tambahnya.
Ilyas juga menjelaskan jangan khawatir untuk limbah upih pinang karena baru baru ini ada perusahaan dari Bandung yang akan bekerjasama memanfaatkan upih pinang dan kulit pinang menjadi bahan olimpick yang berdaya jual tinggi.
Dalam kesempatan ini tak luput Ilyas juga menyampaikan harapannya, agar ada rekanan ataupun pemerintah terkait untuk membantu alat yang lebih baik.
"Harapan saya hanya alat yang lebih modern, agar desa ini semakin berkembang dan kalau desa ini ada alat yang lebih mendukung warga desa juga lebih sejahtera," tutupnya.
Yuswaji Kepala Desa Telukkulbi, mengatakan saat ini sejumlah upaya tengah dilakukan oleh pihaknya.
Termasuk mencari bantuan mesin cetakan massal yang harganya begitu mahal.
Ia menyebutkan mesin penekan hidrolik tersebut yang mini harganya mencapai Rp 60 jutaan.
Itupun harus sistem pesan terlebih dahulu.
"Ke PT. WKS sudah kita koordinasikan, dan PetroChina Jabung Ltd lagi proses pembuatan proposal. Kebupati proposalnya salah jadi masih proses perbaikan. Yang bisa buat itu hanya IPB (Institut Pertanian Bogor) yang hidrolik. Memang lebih cepat kita sudah survey bagus memang dan itu jika kelompok tani kita bisa punya itu, kita bisa memproduksi dan memenuhi permintaan pasar," tutupnya.
Simak berita terbaru Tribunjambi.com di Google News
Baca juga: Inzaghi Masih Pede Dan Berupaya Mencari Resep Untuk Pecahkan Masalah Inter Milan
Baca juga: Pengrajin di Tanjabbar Tolak Pesanan 4.000 Produksi Piring Upih Per Bulan
Baca juga: Fraksi PKS DPRD Provinsi Jambi Harap Tiga Bulan ke Depan Penyerapan APBD Bisa Dimaksimalkan