Warga RT 33 Rengas Condong Batanghari Mengeluh Bau Minyak dari Pengolahan BBM Ilegal
TRIBUNJAMBI.COM, MUARABULIAN- Warga sekitaran Kelurahan Rengas Condong, Kecamatan Muarabulian Kabupaten Batanghari, mengeluhkan bau dari tempat pengolahan minyak ilegal yang berada di kawasan pemukiman.
Diketahui, ada dua tempat pengolahan BBM Ilegal hasil pengeboran di Desa Pompa Air, Kecamatan Bajubang, tepat di pinggir Jalan Baru, RT 33 Kelurahan Rengas Condong, Kecamatan Muarabulian.
Pantauan Tribun, lokasi pertama tempat pengolahan minyak itu persis terletak di pinggir Jalan Baru arah Mekarsari Ness. Tempat ini juga dekat dengan permukiman warga. Bahkan, aksesnya menuju jalan lintas juga tak begitu jauh, hanya sekira 1 kilometer.
Sekilas tampak luar, tempat itu terdapat banyak tumpukan barang rongksokan. Dan dipagar seng keliling. Sehingga aktivitas di dalamnya tak terlihat dari luar. Namun, akan tercium aroma minyak.
Sementara, lokasi kedua bersebrangan dengan lokasi pertama. Namun jaraknya cukup dekat. Hanya saja, lokasi kedua ini memasuki lorong sekira beberapa ratus meter dari pinggir jalan.
Baca: Ketua RT Bagi-bagi Uang dari Pengolahan BBM Ilegal di Jambi, Diduga Milik Aparat
Baca: Tak Puas dengan Servisan Istri, Empat Kali Bocah SD di Batanghari Jadi Pelampiasan Nafsu Pamannya
Baca: Sri Rahayu Dibayar Rp 500 Ribu untuk Jadi Istri Palsu, Ternyata Dia Tertipu Janji Palsu
Baca: DLH Batanghari Sebut Tempat Pengolahan BBM Ilegal di Bulian Tak Miliki Izin
Baca: Siapa Saja Mencicipi Uang Bisnis Minyak Ilegal di Jambi? Inilah Oknum yang Dapat Jatah Mingguan
Warga sekitar mengatakan, dari dua tempat itu kerap mengeluarkan bau minyak yang tak sedap singganya mengganggu penciuman warga sekitar.
"Baunya itu bisa tercium sampai ke lapas. Sekarang mungkin belum ada dampaknya untuk kami warga di sini. Tapi beberapa tahun ke depan bisa saja terjadi gangguan saluram pernafasan," ujarnya.
Menurutnya, aktivitas tersebut telah berlangsung sejak tahun lalu. Ada sekira 8 hingga 9 warga sekitar yang bekerja di sana.
"Bisa belasan mobil lah yang keluar masuk tiap hari di situ. Yang jelas aktivitas pengangkutan itu dilakukan di tempat itu. Kami (warga) tidak pernah masuk ke situ," ujarnya.
"Mulai sore mulai menyengat hingga malam hari. Itu jam-jamnya mereka mengolah. Nanti subuh-subuh mobil ramai bawa minyak itu keluar dari tempat itu," jelasnya.