Laporan Wartawan Tribun Jambi, Herupitra
TRIBUNJAMBI.COM, BANGKO – Sebagai seorang pengajar atau guru tidaklah semudah yang dibayangkan, apa lagi yang diajarkan adalah Anak Suku Dalam (SAD). Selain harus keluar masuk hutan, pengajar juga harus bisa adaptasi agar bisa diterima anak rimba.
Hal ini diakui oleh Mbak Suwanti yang mengajari anak rimba di wilayah Tabir Selatan, Kabupaten Merangin saat ditemui wartawan beberapa waktu lalu.
Suwanti mengatakan, niat ingin mengajar anak SAD sudah ada sejak tahun 2001 lalu. Namun niatnya itu baru terkabulkan pada 2015. Statusnya adalah honor kontrak dengan gaji Rp 700 ribu/bulan.
Baca: Masih Ingat Mantan PM Cantik Thailand Yingluck Shinawatra yang Buron? Ini Kabar Terbarunya
Meski gaji yang sangat minin, Suwanti mengaku rela mengabdikan diri karena ingin SAD menjadi cerdas.
“Saya ingin melihat mereka juga cerdas, sedikit ilmu kita akan berguna bagi mereka,” kata Suwanti
Dikisahkannya, awalnya mengajar Ia harus berkenal terlebih dahulu dan setiap mengajar harus didampingi kepala kelompok. Sebab SAD susah menarima orang yang datang ke tempat mereka.
Baca: Kalau Pas Saya Lewat Langsung Ketimpa, Mungkin Mati Saya
“Karena kalau orang baru mereka susah menerima, maka saya harus kenal dulu dengan ketua kelompok dan mengajar juga harus didampingi. Tapi setelah beberapa pertemuan tidak lagi,” sebutnya.
Selain harus bisa berbaur, mbak Suwanti juga harus mencari siswa kelompok anak rimba di tengah hutan. Dan jaraknya tidaklah dekat, meski menggunakan kendaraan roda dua dia harus masuk hutan hingga tiga jam.
"Itu masuk hutan semua mencari siswa. Kelompok yang paling dekat itu satu jam dan yang jauh saya harus pake motor hingga tiga jam ke hutan. Itu medannya berat, karena jalannya di tengah hutan,” kisahnya.
Setiap mengajar dikatakan mbak Suwanti dia harus membawa makanan untuk siswa yang diajarnya. Itulah cara paling ampuh agar anak rimba mudah berkumpul dan mengikuti pelajaran yang diajarkannya.
“Saya mengajar di lima kelompok berbeda dan selama lima hari. Jadi setiap ngajar ya harus bawa makanan untuk anak tersebut,” sebutnya.
“Kalau kita ikhlas dan banyak membantu, bantuan akan banyak pula datang ke kita,” kata mbak Suwanti saat ditanya terkait biaya untuk membeli jajanan untuk anak rimba di setiap Ia mengajar.
Baca: Sebelum Makan Siang Sudah Merasa Lapar? Begini Caranya Ganjal Perut yang Sehat
Baca: Karena Kristal Es, Tiga Matahari Muncul di Langit. Penasaran? Begini Penjelasan Sains
Mbak Suwanti berkisah, kalau dirinya bukanlah orang dengan ekonomi yang serba ada. Dia hanya guru kontrak daerah dengan gaji Rp 700/bulan dan itupun diterima setiap tiga bulan sekali.
Begitu juga dengan suaminya yang hanya pekerja biasa. Namun dengan kesederhanaan Ia mampu membesarkan dan menyekolahkan dua anaknya.
"Kalau dihitung-hitung tidak sebanding lah. Tapi Alhamdulillah rezeki itu selalu ada. Anak saya yang sulung sudah selesai kuliah dan sekarang sudah bekerja. Anak saya yang kedua juga sekolah di Jawa, sekarang kelas dua SMA," tuturnya.
Meski dengan gaji Rp 700 ribu/bulan, ternyata mbak Suwanti tidak pernah kesulitan membeli jajanan disetiap kali mengajar anak rimba.
“Untuk membeli semua itu saya hanya menggunakan uang pribadi, sejak 2015 hingga 2017 cuma sekali dibantu Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Bungo Tanjung,” tambahnya lagi.
Baca: VIRAL - Pertaruhkan Nyawa Anak dengan Lewati Jembatan Maut, Pria Ini Akhirnya Minta Maaf
Baca: Fakultas Hukum Unja Targetkan Akreditasi A Internasional Tahun Ini
Baca: Berita Hoax Merajalela - Ini Lima Langkah Membedakan Berita Asli dan Palsu, Selamatkan Generasi Muda