Berita Regional

Pilu Balita Empat Tahun Hilang Nyawa di Tangan Ayah dan Ibu lantaran Bicara Kasar

Malangnya bayi empat tahun menjadi korban penganiyaan kedua orang tuanya hingga meninggal dunia karena mengucapkan kata-kata kasar.

Penulis: Mareza Sutan AJ | Editor: Mareza Sutan AJ
Tribunjambi.com
ILUSTRASI PENGANIAYAAN - Seorang balita berusia empat tahun menjadi korban penganiayaan ayah dan ibunya hingga meninggal lantaran bicara kasar 

TRIBUNJAMBI.COM - Malangnya bayi empat tahun menjadi korban penganiyaan kedua orang tuanya hingga meninggal dunia karena mengucapkan kata-kata kasar.

Peristiwa memilukan ini terjadi di Ciputat, Tangerang Selatan, belum lama ini.

Seorang bocah berusia empat tahun berinisial MA meninggal dunia akibat dianiaya oleh ayah dan ibunya sendiri.

Kasus ini memicu kemarahan publik, apalagi alasan yang diungkap pelaku adalah karena korban diduga mengucapkan kata-kata kasar.

Hal ini memunculkan pertanyaan masyarakat, mengingat kemampuan berbahasa anak berusia empat tahun masih terbatas.

Sulit diterima akal sehat bahwa ucapan seorang balita bisa memicu kemarahan orang tua hingga kehilangan kendali.

Kronologi Kejadian

Kapolres Tangerang Selatan, AKBP Victor Inkiriwang, menjelaskan bahwa peristiwa itu terjadi ketika AAY, ayah korban, tersulut emosi usai mendengar perkataan anaknya.

“Akibat emosi yang tidak terkendali, AAY kemudian melakukan tindak kekerasan fisik terhadap anak tersebut,” ujar Victor.

Korban sempat dilarikan ke rumah sakit, namun nyawanya tidak tertolong.

Luka lebam ditemukan di tubuhnya. Polisi pun menetapkan AAY dan FT, ibu korban, sebagai tersangka.

Meskipun demikian, FT tidak ditahan karena masih memiliki anak berusia 1,5 tahun yang membutuhkan pengasuhan.

“Kami tidak melakukan penahanan terhadap ibu korban karena yang bersangkutan masih memiliki anak berusia 1,5 tahun yang membutuhkan pengasuhan langsung,” ungkap Victor.

Kesaksian Tetangga

Priyanti, tetangga korban, mengaku pasangan tersebut dikenal tertutup dan jarang berinteraksi dengan warga.

"Kami jarang sekali bertemu. Mereka berangkat pagi, pulang malam, kadang-kadang sampai jam 10 atau 11 malam, seringnya kami sudah pulang lebih dulu," ujar Priyanti.

Menurutnya, ibu korban jarang bersosialisasi, sementara sang ayah masih sesekali bertegur sapa.

Warga juga pernah mendengar tangisan anak dari dalam rumah, namun selalu mendapat jawaban singkat yang menenangkan.

“Kalau bocah nangis, paling dijawab, ‘nggak apa-apa, bude, nangis aja’,” kata Priyanti.

Priyanti baru mengetahui kematian korban ketika pelaku menelepon untuk meminta izin membawa pulang jenazah.

Warga sempat mengizinkan tanpa mengetahui penyebab kematian sebenarnya, hingga polisi datang pada dini hari dan mengungkap dugaan pembunuhan.

"Ditunggu-tunggu sampai jam satu, eh, malah tiba-tiba polisi yang datang," lanjutnya.

"Polisi bilang, 'Di sini tadi ada bapak-bapak Batak nggak?' Terus bilang, 'Di sini ada pembunuh.'

"Kaget dong, kami semua langsung tanya, siapa yang dibunuh? Ternyata anaknya sendiri," tutup Priyanti.

Pentingnya Pencegahan Kekerasan pada Anak

Kasus ini menjadi pengingat bahwa perlindungan anak memerlukan perhatian serius dari keluarga dan lingkungan sekitar.

Beberapa langkah pencegahan antara lain:

- Komunikasi Terbuka – Luangkan waktu mendengar cerita anak setiap hari.

- Kenali Tanda Kekerasan – Perubahan perilaku, luka fisik yang mencurigakan, atau penurunan minat pada aktivitas.

- Edukasi Hak Anak – Ajarkan anak untuk berkata “tidak” pada perlakuan yang membuat mereka tidak nyaman.

- Lingkungan Rumah Aman – Hindari kekerasan fisik maupun verbal.

- Peran Sekolah & Komunitas – Pastikan ada kebijakan anti-kekerasan dan jalur pelaporan.

- Pengendalian Emosi – Orang tua dan anak perlu belajar menyelesaikan konflik secara sehat.


Artikel ini telah tayang di TribunPekanbaru.com dengan judul Super Tega, Ayah dan Ibu Habisi Anaknya yang Berusia 4 tahun, Alasannya Ngomong Anaknya Kasar

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved