Berita Viral
JANGANKAN Prabowo, Dunia Harus Tahu: Jeritan Ayah Prada Lucky Jenazah Anaknya Ditelantarkan
Serma Christian Namo, seorang prajurit TNI, tak kuasa menahan amarahnya menyaksikan jenazah anaknya, Prada Lucky Namo ditelantarkan.
Penulis: Darwin Sijabat | Editor: Darwin Sijabat
TRIBUNJAMBI.COM - Serma Christian Namo, seorang prajurit TNI, tak kuasa menahan amarahnya menyaksikan jenazah anaknya, Prada Lucky Namo ditelantarkan di Rumah Sakit Tentara.
Jeritannya yang memilukan bukan hanya ditujukan pada para petinggi militer, melainkan pada seluruh dunia.
Dia merasa putranya, Prada Lucky Namo, diperlakukan tidak manusiawi bahkan setelah gugur akibat penganiayaan brutal oleh seniornya sendiri.
Tragedi ini tidak hanya menyisakan duka mendalam bagi keluarga, tetapi juga mengungkap buruknya koordinasi dan empati institusi terhadap para prajuritnya.
Kemarahan Serma Christian memuncak saat berada di Rumah Sakit Tentara.
Pria yang seharusnya mendapatkan dukungan penuh justru harus berjuang sendiri.
Rasa sakit kehilangan sang putra, yang masih berada di awal masa pengabdian, bercampur aduk dengan rasa frustrasi melihat jenazah anaknya seolah ditelantarkan.
"Keadilan harus ditegakkan. Ingat baik ya. Merah putih. Keadilan juga harus merah putih," tegasnya, menuntut agar prinsip keadilan dijunjung tinggi dalam penanganan kasus putranya.
Baca juga: KISAH Prada Lucky Pulang dalam Peti, Janji Ayah Tuntut Keadilan
Baca juga: SAKSI KATA Pasien Somasi RSUD Kota Jambi, Pengacara: Anak 4 Tahun Meninggal
Baca juga: RIDWAN KAMIL Terima Hasil Tes DNA dan Bakal Tanggungjawab, Lisa Mariana Harap Tanpa Rekayasa
Dengan suara yang bergetar menahan amarah dan kesedihan, Serma Christian memimpin sendiri evakuasi jenazah putranya.
Evakuasi itu dilakukan usai tak mendapat kepastian di Rumah Sakit Terakhir untuk melakukan otopsi.
Sehingga dia mengerahkan para anggota TNI yang ada di sana untk memindahkan jasad anaknya ke rumah sakit sipil.
Bahkan dengan tegas mengatakan seluruh biaa yang dibutuhkan akan ditanggungnya.
"Woi pikul. Saya yang komando sekarang. Ini mayat anak saya. Pikul, Keluarkan." teriaknya kepada anggota yang akan menggotong jenazah anaknya.
Dia menegaskan bahwa dalam situasi pilu itu, hanya dia yang berhak memberikan komando.
"Hei komando saya. Ini mayat anak saya. Saya yang komando. Saya yang perintah. Enggak ada selain saya. Berangkat," ujarnya.
Saat jenazah putranya dikeluarkan, Serma Christian menyampaikan pesan yang lebih dalam.
Dia berharap tidak ada lagi prajurit lain yang menjadi korban dan mengalami nasib serupa.
Baca juga: TERIAK Ayah Prada Lucky Lihat Anaknya Tewas Dibantai Senior, Baru 2 Bulan Jadi TNI: Nyawa Taruhannya
Baca juga: Rezan Gendong Anak Dalam Badan Bersimbah Darah Setelah Bunuh Istri di Merangin
"Anak tentara dibunuh kok. Bagaimana mau yang lain? Saya tidak punya kekuatan. Tapi keadilan pasti Tuhan akan dukung," ujarnya penuh keyakinan.
Tragedi ini telah menyulut emosi publik, memicu pertanyaan besar tentang sejauh mana pengawasan dan perlindungan terhadap para prajurit.
Serma Christian dengan lantang menyatakan bahwa bukan hanya Presiden Prabowo Subianto, tetapi seluruh dunia harus tahu jeritan dan penderitaan yang dirasakannya.
"Jangankan Prabowo, dunia harus tahu," tegasnya.
Kasus Prada Lucky Namo bukan sekadar kasus penganiayaan, melainkan cerminan dari sistem yang perlu dibenahi, di mana nyawa prajurit dihargai bukan hanya saat bertugas, tetapi juga setelah mereka gugur.
Kilas Balik Kasus Prada Lucky Namo
Kasus ini bermula dari laporan penganiayaan yang menimpa seorang prajurit muda, Prada Lucky Namo, oleh sejumlah seniornya.
Insiden tragis tersebut berujung pada gugurnya Prada Lucky Namo.
Alih-alih mendapatkan simpati dan penanganan cepat, keluarga korban justru menghadapi drama birokrasi dan minimnya koordinasi.
Kecewa dengan penanganan institusi militer, Serma Christian Namo, ayah korban, berjuang keras untuk memastikan jenazah putranya mendapatkan hak dan kehormatan yang layak.
Kasus ini kini sedang dalam proses hukum dan menjadi sorotan publik.
Baca juga: Dulunya Abdul Azis Polisi Pangkat Aipda, Keluar Jadi Bupati Koltim, Kini Kena OTT KPK
Banyak pihak mendesak agar kasus ini ditangani secara transparan dan para pelaku mendapatkan hukuman setimpal.
Tragedi ini juga menjadi momentum penting untuk mengevaluasi kembali tata kelola dan sistem perlindungan di lingkungan militer agar kejadian serupa tidak terulang kembali.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.