Renungan Kristen

Renungan Harian Kristen 11 Juli 2025 - Memilih untuk Berhikmat

Bacaan ayat: Pengkhotbah 4:13-14 (TB)  Lebih baik seorang muda miskin tetapi berhikmat dari pada seorang raja tua tetapi bodoh, yang tak mau diberi

Editor: Suci Rahayu PK
Instagram @ferinugroho77
Pdt Feri Nugroho 

Renungan Harian Kristen 11 Juli 2025 - Memilih untuk Berhikmat

Bacaan ayat: Pengkhotbah 4:13-14 (TB)  Lebih baik seorang muda miskin tetapi berhikmat dari pada seorang raja tua tetapi bodoh, yang tak mau diberi peringatan lagi. Karena dari penjara orang muda itu keluar untuk menjadi raja, biarpun ia dilahirkan miskin semasa pemerintahan orang yang tua itu.

Oleh Pdt Feri Nugroho

 

Tidak bisa disangkal bahwa masa lalu seringkali menjadi batu sandungan bagi seseorang ketika ingin maju.

Tidak otomatis perubahan yang dilakukan dapat membuat orang-orang percaya bahwa ia telah menjadi baik.

Jika masa lalu baik, seseorang mudah diterima dan dipercaya oleh orang-orang; sementara jika masa lalu yang kelam atau jahat, sikap curiga selalu terlihat pada orang-orang yang berinteraksi dengannya. 

Seorang pencipta lagu Ebiet G. Ade menciptakan syair lagu yang memilukan ketika ia bersyair, 'Kembali dari keterasingan, ke bumi beradab. 

Ternyata lebih menyakitkan, dari derita panjang." Sungguh memilukan, bukan? Dunia yang beradab tercatat berlaku tidak beradab kepada mereka yang pernah terjerumus dalam kejahatan! 

Pengkhotbah menyaksikan fenomena menarik ketika ia menulis, "Lebih baik seorang muda miskin tetapi berhikmat dari pada seorang raja tua tetapi bodoh, yang tak mau diberi peringatan lagi. Karena dari penjara orang muda itu keluar untuk menjadi raja, biarpun ia dilahirkan miskin semasa pemerintahan orang yang tua itu."

 Kala itu menjadi tua adalah simbol kebijaksanaan sementara yang masih muda dianggap belum siap bersikap bijak.

Maka wajar orang muda identik dengan keluar masuk penjara karena kebebalannya. Pengkotbah justru melihat dalam kaca mata yang berbeda. Tua atau muda bukanlah ukuran untuk hidup berhikmat. 

Meskipun telah tua namun bodoh, rasanya tidak akan berguna jika disandingkan dengan orang muda yang mau memperbaiki dan menata diri. Penjara menjadi alat untuk mendidik dan menempanya menjadi berhikmat. 

Dalam hal ini tidak ada halangan bagi seseorang untuk memiliki hikmat. Kemiskinan, penjara dan keadaan lain yang terlihat tidak menguntungkan sekalipun, tidak bisa menghalangi bagi seseorang untuk mengubah diri menjadi semakin baik dan semakin berhikmat.

Masa lalu yang kelam sekalipun, tak ubahnya menjadi cerita yang disyukuri sebab menjadi tempat untuk menempanya menjadi semakin berhikmat. 

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved