Wawancara Eksklusif

Perjalanan Karier H M Syukur: Sopir, Artis, DPD RI, hingga Bupati Merangin

H. M. Syukur mendapat amanah untuk memimpin Kabupaten Merangin pada periode 2025-2030. Berikut nukilan wawancara Tribun Jambi bersama Bupati Merangin.

|
Penulis: FRENGKY WIDARTA | Editor: Mareza Sutan AJ
Tribunjambi.com/Frengky Widarta
WAWANCARA EKSLUSIF - Pemimpin Redaksi Tribun Jambi, Yoso Muliawan (kiri) saat berbincang dengan Bupati Merangin, H M Syukur, beberapa waktu lalu. 

H. M. Syukur mendapat amanah untuk memimpin Kabupaten Merangin pada periode 2025-2030. Pemimpin Redaksi Tribun Jambi, Yoso Muliawan, berkesempatan mewawancarai secara ekslusif anggota DPD RI empat periode sebelum menjabat sebagai Bupati Merangin ini. Berikut nukilannya.

Tribun Jambi: Sebelum menjabat sebagai Bupati Merangin, Bapak pernah berkarier sebagai artis, bagaimana pengalaman saat itu?

H.M Syukur: Jadi begini, sebenarnya dulu saya nggak bercita-cita ingin jadi artis, tapi dulu saya ingin kuliah, tapi saya memahami bahwa orang tua saya tidak mampu untuk membiayai kuliah. Saat itu saya mengikuti lomba di Jambi, kemudian saya diajak ke Jakarta--waktu itu Gubernur Jambi masih Almarhum Abdurahman Sayoeti. Nah, saat lomba itu selesai, ada lagi perlombaan--nama lombanya modeling indonesia--saya ikutlah lomba tersebut dan saya menang. Akhirnya, saya memutuskan untuk mengadu nasib di Jakarta, saat itu tahun 1999.

Saya waktu itu, malam bawa taksi dan siangnya bisa kuliah. Jadi, ya, bismillah aja waktu itu. Dalam perjalanan, saya bertemu dengan seorang produser, kemudian saya diajak main film. Saya dulu pernah ikut model cover boy, model indonesia, foto model di majalah dan sebagainya, jadi bintang iklan.

Kemudian main sinetron, saya masih ingat waktu itu, saya main di sinetron Gerhana. Waktu itu, saya juga bingung, ya karena gak pernah berhadapan dengan kamera, gak pernah baca script gitu ya. Kemudian begitu saya lihat, oke deh cocok ini. Saya melihat skrip, saya kaget, kok saya jadi penjahat? Saya jadi pemeran antagonis dalam sinetron itu.

Itulah perjalanan awal saya menjadi artis, saya pernah menjadi artis sinetron FTV, ada Gerhana, Perawan Desa di SCTV, Cowok Komersil, Film Hidayah, hingga saya selesai menyelesaikan studi kuliah.

Tribun: Sebelum menjadi artis, bagaimana perjalanan hidup Bapak?

Syukur: Ya, saya waktu masih berusia 5 tahun sudah ditinggal oleh ayah saya. Sejak kelas 3 SMA, saya sudah hidup secara mandiri.

Waktu itu, saya kos di belakang SMA 5 Kota Jambi. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, kadang sore saya jadi sopir angkot, kadang ngenek angkot. Kemudian kebetulan karena saya juga merupakan atlet bola voli, sehingga dapat jugalah tambahan hasil dari atlet bola voli itu.

Dulu saya juga sempat juga berpikir ingin menjadi tentara. Dulu jadi tentara itu kan berpikirnya harus begini dan begitu, ya akhirnya nggak jadi. Di situlah akhirnya merantau ke Jakarta.

Tribun: Pernah mencalonkan diri jadi Bupati Merangin juga sebelum ini? Lalu, bagaimana lika-likunya sampai akhirnya terpilih menjadi Bupati Merangin?

Syukur: Begitu selesai kuliah, saya bekerja di Lembaga Bantuan Hukum bersama kawan. Kemudian di tahun 2009, saya kenal DPD, dan menjadi anggota DPD RI di periode pertama. Saya melihat DPD itu adalah lembaga yang independen, gak ada politiknya, gak ada tekanan dari partai politik.

Selanjutnya, di tahun 2013 saya maju mencalonkan diri menjadi Bupati Merangin, alhamdulilah kalah, belum di kasih kesempatan, kemudian maju lagi menjadi anggota DPD RI sampai 4 Periode.

Kemudian di tahun 2024, baru saya memutuskan. Bismillah saya ingin kembali ke Merangin untuk membantu masyarakat dengan mundur sebagai anggota DPD RI terpilih periode ke 4, dan mencalonkan diri sebagai Bupati Merangin.

Tribun: Bapak Bupati Merangin juga pernah berkecimpung di dunia pertransportasian dengan menjadi sopir taksi. Bisa diceritakan pengalamannya, Pak Bupati, kok bisa menjadi sopir taksi?

Syukur: Ya, sebenarnya itu kan merupakan dari lika-liku perjalanan kehidupan saja ya. Itu, jangan ditiru yang kayak begitu. Itulah cara Allah SWT menolong saya.

Waktu itu orang Sungai Manau, kampung saya, itu kan banyak jadi sopir tuh. Waktu itu kan mobil angkot banyak di Kota Jambi.

Jadi setelah saya pulang sekolah, untuk mencari uang tambahan belanja sekolah, saya menjadi kernet taksi, itu gak diketahui oleh kakak saya itu--kalau tahu kakak pasti saya dimarah.

Kemudian saat saya sudah bisa mengemudikan mobil, nah, saat saya di Jakarta itulah saya menjadi sopir taksi, walaupun saat itu saya belum tahu rute jalan di Jakarta. Waktu itu saya juga belum punya SIM.

Dalam perjalanan itulah saya bertemu dengan seorang produser, dan saya diajak untuk main film.

Tribun: Pak Bupati sempat menjadi pengacara juga ya saat selesai kuliah?

Syukur: Sempat, tapi gak terlalu fokus seperti kawan-kawan yang lain. Kemudian saya sempat ikut kursus, ikut organisasi salau satu pengacara, jadi saya ada memegang kartu pengacara.

Tribun: Nah Pak Bupati, di waktu umur 5 Tahun pak Bupati sempat kehilangan sosok ayah, seperti apa pak Bupati mengenang sosok ayah?

Syukur: Ya, jadi kalau saya ini samar-samar ya. Saya ingat itu, saya ini anak yang gak pernah pisah dari ayah. Ke mana saja ayah saya, saya selalu ikut. Ya, kalau ayah ke Jambi, saya ikut.

Waktu itu, saya ingat, saya pernah ikut ke Jambi, tidur di salah satu hotel, hotel yang cukup okelah saat itu. Waktu ayah saya beli deterjen. Ditinggal saya sendiri. Saya nangis teriak manggil-manggil ayah saya, pokoknya ayah saya ke mana saja, saya selalu ikut terus. Ke sungai, ke kebun, pokoknya saya ikut.

Saya anak kelima dari enam bersaudara, jadi kalau minta duit, saya minta sama ayah saya, sama ibu saya selalu gak dapet. Kalau mau ke sungai--dulu kan bapak saya punya mobil hartop--saya selalu minta ikut. Pokoknya saya sangat dekat dengan ayah.

O iya, pasti, saya sayang sama ayah saya, makanya saat saya berkeluarga, saya punya anak, saya selalu dahulukan waktu untuk hal yang penting buat anak saya.

Sewaktu saya menjadi anggota DPD RI dulu, saya selalu sempatkan waktu minimal sekali seminggu untuk anak saya, karena saya sedih saat mengenang waktu ambil rapor dulu, ayah saya sudah tidak ada. Yang pasti saya ingin dalam sisi apa pun, di manapun ayahnya berada, anak saya harus dapat merasakan kasih sayang dari ayahnya.

Tribun: Setelah Bapak menjadi artis, terjun ke dalam dunia politik, berawal dari menjadi anggota DPD RI, tiga periode yang ful dijalani, kemudian periode ke-4 terpilih kembali, namun mengundurkan diri demi mencalonkan diri menjadi Bupati Merangin. Selama menjadi legislator, apa saja legasi yang sangat penting menurut pak Bupati bagi masyarakat di Jambi?

Syukur: Ya, sebenernya perwakilan daerah ini kan merupakan wakil di daerah ya. Memang secara jujur, banyak yang harus dibenahi, makanya saya hampir selama 10 tahun menjadi pimpinan fraksi di kelompok di DPD RI.

Jadi yang kita perjuangkan itu adalah tentang perubahan UUD tentang amandemen, sehingga memang perwakilan daerah ini bisa menyuarakan kepentingan daerahnya, karena kita sebagai wakil daerah ini kan, bukan perwakilan dari partai politik, jadi memang murni perwakilan untuk kebutuhan dari daerah.

Contoh, misalnya transfer dana ke daerah, kemudian DBH (dana bagi hasil), saya masih ingat, dulu belum ada DBH, sekarang sudah ada DBH. Itu disuarakan oleh DPD RI waktu itu, kemudian UU Desa, sangat ingat waktu itu saya menjadi bagian dalam perancangan UU Desa.

Tribun: Pak H.M.Syukur sekarang menjadi Bupati Merangin, apa saja yang menjadi prioritas Pak Bupati untuk 5 tahun ke depan?

Syukur: Ada delapan agenda besar yang akan kami lakukan. Yang paling prioritas bagi saya di Merangin ini, adalah masalah Infrastruktur, kemudian pelayanan kesehatannya.

Saya punya target untuk rumah sakit tiga tahun, sekarang saya turunkan menjadi dua tahun, karena dulu saya melihat dari luar, tapi sekarang saya melihat dari dalam untuk memahami persoalan dari pelayanan kesehatan di rumah sakit ini. Kenapa masyarakat Merangin harus berobat ke luar kalau ada rumah sakit di Merangin? Mudah-mudahan target selama dua tahun ke depan ini bisa kita kejar untuk membenahi fasilitas rumah sakit dan pelayanan kesehatan ini.

Kemudian membenahi SDM di Merangin. Tentu kita akan membenahi pendidikan di Merangin, dan merapikan Kota Bangko  dengan segala upaya. Kita merapikan walaupun dengan kondisi anggaran yang minim akibat efisiensi anggaran.

Alhamdulilah, jalan-jalan di sekitar Kota Bangko sudah mulai bersih dan rapi. Saya berharap Kota Bangko nantinya bisa menjadi pusat ekonomi modern di wilayah barat, sebagai pusat ekonomi baru, dengan menghadirkan pasar ekonomi baru, kita juga mengatur tempat PKL. Kan gak mungkin dong, PKL berdagang di trotoar jalan atau bahu jalan dan ini penertibannya pelan-pelan prosesnya. Saya berharap masyarakat Merangin bisa memahami kondisinya.

Untuk pertanian, kita di Merangin punya lahan sawah seluas kurang lebih enam ribu hektare yang aktif, menjadi potensi ekonomi bagi masyarakat. Ke depan sawah ini kita dorong bukan hanya untuk sebatas kebutuhan sehari-hari, namun juga untuk menjadi pusat penghasilan ekonomi bagi masyarakat Merangin. Tinggal kita membangun pabrik beras yang modern.

Kemudian mengenai Program Ketahanan Pangan, sesuai dengan perintah pusat, saya mengimbau kepada OPD-OPD teknis dalam kegiatan Musrenbang, harus bisa menghasilkan. Contoh: perikanan, produk ikan ini semua dari luar, di dalam kita tidak bisa memenuhi. Ke depan kami menargetkan sebesar 40 persen hasil perikanan wajib dari Merangin.

Inilah yang harus kita benahi, potensi apa saja yang dipunyai daerah, seperti DAM Betuk itu kan bisa dijadikan keramba ikan, membentuk kolam ikan masyarakat.

Kemudian ada juga 20 persen dari dana desa yang bisa kita optimalkan untuk ketahanan pangan di Kabupaten Merangin ini.

Tribun: Terkait kondisi infrastruktur di Merangin, itu seperti apa kondisinya, Pak Bupati?

Syukur: Jadi, kondisi infrastruktur kita di Merangin ini, begitu saya masuk, angka jalan mantap di Merangin ini hanya sebesar 41 persen, artinya ada 59 persen jalan yang kondisinya kurang layak di Kabupaten.

Nah, ini yang kita dorong perbaikannya. Target untuk dua tahun ke depan sebesar 20 persen jalan menjadi layak. Lima  tahun ke depan targetnya 70 persen untuk jalan yang mantap.

Beberapa kali saya ke Jakarta untuk melobi kawan-kawan saya yang ada di komisi V DPR RI, terkait kebutuhan anggaran. Saya juga menghadap Menteri PU, Menteri Ekonomi Pembangunan, saya dorong terus.

Sekarang ada jalan Inpres untuk menunjang program ketahanan pangan. Prinsip kita sekarang adalah infrastruktur di Kabupaten Merangin ini harus lancar dulu buat masyarakat. Maka rencananya, akan kita mantapkan akses jalan itu bisa dilalui oleh masyarakat.

Yang penting aset jalan untuk masyarakat lancar dulu, sebagai akses pendidikan, ekonomi, sosial, dan kesehatan bagi masyarakat, target kita 70 persen jalan mantap di Merangin.

Tribun: Nah, Pak Bupati, ini kan Pak Presiden atau Pemerintah Pusat ada beberapa program yang diturunkan ke daerah, seperti MBG, Koperasi Merah Putih. MBG gimana progresnya di Kabupaten Merangin?

Syukur: Nah, MBG (Makan Bergizi Gratis), saya belum bisa memberikan gambaran yang terlalu besar ya, tapi kita selalu berupaya, supaya paling tidak, di Kabupaten Kota ini ada satu dululah yang bisa jalan.

Kita ada diskusi dengan Pak Dandim, Kapolres, supaya program MBG ini bisa jalan. Kemudian masalah Koperasi Merah Putih, saya cek sudah hampir 92 persen dari 215 desa dan kelurahan, sudah saya tanda tangani beserta camat untuk percepatan pembuatan akta notaris Koperasi Merah Putih. Nanti kita akan diskusi dengan pemerintah pusat, untuk mekanisme ke depannya seperti apa, mungkin persepsi dan pandangan ini harus kita samakan dulu.

Pemerintah pusat minta bangun dulu infrastrukturnya, maka kita bangun dulu infrastruktur koperasinya, Badan, kemudian nanti tinggal skema pembiayaan nanti kita diskusi lagi dengan pemerintah pusat, setiap desa dan kelurahan harus ada Koperasi".

Tribun: Nah, pak Bupati, ini terkait efisiensi anggaran dampaknya ke kita harus kreatif, seperti apa kreativitas dari pak Bupati?

Syukur: Kalau saya pribadi, jujur, saya tidak begitu menganggap efisiensi anggaran itu menjadi masalah, tinggal kita daerah menyesuaikan, yang di potong inikan sebenarnya lemak-lemaknya saja. Contoh, misalnya perjalanan dinas, dari 100 persen menjadi 50 persen, kemudian makan minum, dari 100 persen menjadi 30 persen.

Contoh lain, internet, dulu Pemerintah Merangin bayar internet hampir Rp3 miliar, dikontrak masing-masing, dan sekarang kita ubah. Internet sekarang hanya satu pintu. Nah, biayanya lebih murah, sekitar Rp1 miliar.

Ke depan ada teknologi baru, dengan dana Rp 500 juta sudah beres. Jadi menurut saya, tidak masalah, justru dalam efisiensi anggaran ini banyak hal-hal yang menurut saya bisa kita terobos. Misalnya, dari anggaran yang kita potong-potong itu kemudian kita bisa menganggarkan jamkesmas tambahan untuk 10 ribu untuk warga tidak mampu.

Kemudian kita bisa bantu beasiswa berupa peralatan sekolah buat anak-anak tidak mampu, anak yatim, dan efisiensi anggaran ini bisa mengajarkan kita untuk menempatkan anggaran itu tepat sasaran. Misalkan, ada yang protes kenapa Bupati membeli mobil dinas, dari total anggaran yang sudah dianggarkan untuk membeli mobil dinas kita habiskan semua, sebagai penunjang prioritas untuk kegiatan di lapangan.

Jadi efisiensi anggaran itu bukan dihabiskan semua tiap posnya, tapi dikurangi. Kalau dihabiskan semua, gimana kita bisa jalan. ATK kita kurangi, semua undangan itukan sudah bisa via WA, jadi tidak ada halangan menurut saya untuk efisiensi anggaran.

Tinggal semangat kita aja nih, kita mau sungguh-sungguh tidak membangun daerah ini. Untuk gaji pegawai, TPP, tidak ada yang dikurangi atau dipangkas, hanya yang dikurangi ekstranya saja, jadi aman penghasilan pegawai buat anak istri dan keluarganya.

Tribun: Pesan-pesan buat masyarakat Merangin untuk membersamai Pak Bupati dalam membangun Kabupaten Merangin untuk lima tahun ke depan?

Syukur: Saya berharap dari semua ini, saya mengajak seluruh masyarakat Merangin, kita harus bekerja sama-sama. Daerah kita ini milik kita bersama, harus kita jaga, kita rawat, kita bangun.

Kita ingin membuat perubahan, harus dimulai dari diri kita masing-masing. Dimulai dari hal kecil, yaitu semangat untuk menjaga daerah ini. Maka dari itu, saya mengajak seluruh masyarakat Merangin, mari bersama-sama mewujudkan perubahan yang lebih baik untuk lima tahun ke depan.

(Tribunjambi.com/Frengky Widarta)

 

Baca juga: Wawancara Ekslusif: Perjalanan Hurmin dari Sopir hingga Bupati Sarolangun

Baca juga: Wawancara Ekslusif Bersama Hartman Manap, Saksi Sejarah Pembentukan Provinsi Jambi

Baca juga: Wawancara Eksklusif Kasus Bobol Rekening Bank Jambi Rp7,1 M, Wadir Reskrimum: Cuma Sisa Rp80 Ribu

Sumber: Tribun Jambi
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved