Human Interest Story

Siapakah Juliana Sarjana Pertama dari Suku Anak Dalam Jambi, Menangis Saat Pindah ke Kota 

Penampilan Juliana saat ini tidak berbeda dengan kaum perempuan pada umumnya. Dia sudah cukup lama tinggal di Kota Jambi, dan baru saja lulus dari

Penulis: Nurlailis | Editor: Duanto AS
Istimewa
Juliana (20) perempuan Suku Anak Dalam dai Kecamatan Pelepat, Bungo, Jambi. Dia merupakan sarjana pertama dari Suku Anak Dalam. 

Dia tetap merasa beruntung, karena orang tuanya tidak ikut memintanya setop melanjutkan pendidikan, namun juga tidak mendukung penuh upayanya mencapai cita-cita.

“Sampai sekarang orang tua tidak melarang saya untuk kuliah. Teman sebaya saya sudah hampir semuanya menikah,” ungkapnya kala itu dengan nada suara tenang.

Belum ada yang tercatat perempuan dari komunitasnya sampai ke tahap pencapaian ini. 

Untuk laki-laki sudah beberapa orang yang kuliah, atau pernah kuliah. 

Orang Rimba pertama yang mengenyam bangku kuliah adalah laki-laki yang bernama Besudut, menempuh pendidikan di Universitas Jambi.

10 Tahun Hidup Menetap

Sebuah gapura bercat biru yang warnanya sudah tidak cerah lagi, menyambut setiap orang yang masuk kompleks permukiman yang dibangun pemerintah, di Dusun Kelukup, Desa Dwi Karya Bakti, Kecamatan Pelepat, Kabupaten Bungo, Jambi. Jaraknya sekitar 260 kilometer dari Kota Jambi.

Untuk bisa sampai ke tempat ini, harus melewati jalan tanah dari desa sebelumnya. Di sisi kanan dan kiri jalan terbentang perkebunan kelapa sawit. 

Juliana, Sarjana Perempuan Pertama dari Suku Anak Dalam
Juliana, Sarjana Perempuan Pertama dari Suku Anak Dalam (Istimewa)

Setelah melewati gapura itu, langsung terhampar 60 rumah ukuran tipe 36. Rumah di sana dibangun berjajar mengikuti jalan.

Konstruksi bangunan itu pada awalnya menggunakan dinding dari bahan glass reinforced concrete (GRC). Belakangan banyak yang sudah mengganti GRC dengan papan, agar tidak kepanasan. 

Di permukiman itulah dua rombongan Orang Rimba dimukimkan satu dekade lalu, yakni dari kelompok Tumenggung Badai dan Tumenggung Hari. 

Orangtua Juliana juga tinggal di permukiman itu. Sebelumnya, mereka tinggal di dalam kawasan hutan yang tidak jauh dari dusun itu. 

Mereka mencari nafkah dengan cara berburu dan meramu hasil hutan. 

Tempat tinggalnya berupa pondok yang tidak berdinding, atapnya dari jerami, yang mereka sebut dengan istilah Sudung. 

Bila ada yang meninggal dunia di kelompok itu, semuanya akan pindah sementara ke tempat lain, disebut dengan melangun.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Jambi
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved