Berita Jambi

Kisah Juliana, Sarjana Perempuan Pertama dari Suku Anak Dalam

Perjalanan pendidikan Juliana bukanlah hal yang mudah. Pendidikan masih tabu bagi Suku Anak Dalam, apalagi bagi perempuan. 

Editor: Nurlailis
Ist
Kisah Juliana, Sarjana Perempuan Pertama dari Suku Anak Dalam 

TRIBUNJAMBI.COM - Juliana baru saja tiba di kampung halamannya, kawasan pemukiman Suku Anak Dalam di Desa Dwi Karya Bakti, Kecamatan Pelepat, Kabupaten Bungo. 

Setelah tiga minggu berlalu sejak keberhasilannya menyelesaikan sidang skripsi, kini dia pulang sebagai seorang sarjana.

Juliana, mahasiswa Jurusan Kehutanan di Universitas Muhammadiyah Jambi, menjalani sidang skripsinya pada 9 September 2024. 

Baca juga: Kisah Mengharukan Juliana, Perempuan Pertama Suku Anak Dalam Jambi yang Bergelar Sarjana

Kepulangannya disambut dengan suka cita oleh sanak saudara yang berkumpul di rumahnya. 

Di atas tikar anyaman pandan, Juliana disambut oleh sanak saudara yang telah berkumpul. 

Mereka datang untuk merayakan pencapaian yang tidak hanya berarti bagi Juliana, tetapi juga bagi komunitasnya. 

Tatapan penuh bangga terpancar dari wajah Bapak Samsu dan Induk Benang saat menyambut putri kesayangan mereka.

Perjalanan pendidikan Juliana bukanlah hal yang mudah. 

Pendidikan masih tabu bagi Suku Anak Dalam, apalagi bagi perempuan. 

Juliana, perempuan dari Suku Anak Dalam yang sebentar lagi wisuda dari Universitas Muhammadiyah Jambi.
Juliana, perempuan dari Suku Anak Dalam yang sebentar lagi wisuda dari Universitas Muhammadiyah Jambi. (TRIBUN JAMBI/ISTIMEWA)

Baca juga: Perjuangan Juliana, Perempuan Orang Rimba Pertama di Jambi yang Bergelar Sarjana Kehutanan

Juliana bercerita, Dulu dia sempat dimarahi karena bersekolah. 

Dia masih bisa diterima bersekolah di SD, SMP, dan SMK karena masih dekat dengan pemukiman. 

Tantangan lebih berat lagi dihadapi saat  Juliana melanjutkan kuliah karena jauh dari orang tua dan keluar dari komunitas. 

Karena anak perempuan suku Anak Dalam tidak diizinkan jauh dari orang tua, keluar dari komunitas dianggap melanggar adat.

“Saya sempat berpikir untuk berhenti kuliah karena orang tua saya terus dihina. Saya terus diberi semangat dan motivasi oleh teman-teman pendamping dari Pundi Sumatra. Mereka mengatakan bahwa jika saya berhenti, saya akan semakin menjadi bahan ejek-ejekan di komunitas. Setelah mendengar hal itu, saya bangkit kembali dan membuktikan kemampuan saya,” kata Juliana.

Pendidikan bagi perempuan suku Anak Dalam masih kurang karena mereka biasanya dinikahkan setelah menyelesaikan pendidikan di tingkat SMP. 

Halaman
12
Sumber: Tribun Jambi
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved