WAWANCARA EKSKLUSIF

Selain Jokowi, Paus Fransiskus akan Bertemu Prabowo? Romo Thomas Ulun Ismoyo, Pr, Seri II

Sementara itu, pendanaan kunjungan pemimpin umat Katolik dunia, Paus Fransiskus, ke Indonesia pada September 2024 mendatang merupakan hasil gotong

Editor: Duanto AS
TRIBUNNEWS/JEPRIMA
Juru Bicara Panitia Kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia, Romo Thomas Ulun Ismoyo, Pr, berpose seusai diwawancarai Tribun Network di Gereja Katedral Jakarta, Selasa (2/7). 

Tapi kepanitian penyelenggaran Paus kan sekali seumur hidup.

Jadi dibedakan antara relawan untuk peribadatan dan non-peribadatan?

Betul. Termasuk koor, misdinar, dan seterusnya.

Romo, kalau boleh cerita sedikit mengenai ini. Kan ini, tadi Romo bilang ini kepanitiaan sekali seumur hidup. Sebagai juru bicara, Romo, untuk persiapan ini kurang tidur enggak? Kurang tidur, kurang makan, atau gimana? Kan beda ini kan? Bisa cerita sedikit Romo?

Yang penting, saya tiap malam itu minum vitamin C yang seribu miligram.

Lalu, pagi-pagi saya minum teh, campur madu, campur yang namanya sereh, sudah sekali.

Karena kan ini kan energinya kan tentu beda, ya, Romo?

Dan aneka pertanyaan juga, saya enggak mau menyebutnya kepentingan, ya, tapi pertanyaan dan juga animo yang terwujud dalam berbagai macam hal itu diserahkan pertanyaannya begitu banyak kepada kami. Dan kami juga dibantu oleh relawan inti.

Relawan inti itu relawan yang bukan di GBK, tapi relawan yang menemani masing-masing seksi. Jadi saya bersyukur untuk orang-orang yang juga saya bagikan masalahnya. Jadi kalau saya enggak bisa tidur, saya ajak orang lain juga enggak bisa tidur.

Jangan saya doang yang enggak bisa tidur. Jadi ada relawan keuskupan masing-masing, PIC, ada relawan bidang surat-menyurat, kalau di tempat saya, saya saja bisa di tempat saya.

Ada relawan penanganan anak sekolah, ada relawan khusus yang namanya pendataan. Itu memang situasinya, ya, kita berbagi susah, tapi ini kepanitiaan setahun sekali lah. Kepanitiaan sekali seumur hidup.

Jadi itu pasti akan membawa sejarah tak tersendiri ya, Romo?

Betul

Romo, boleh saya tahu, dari seluruh persiapan ini, yang paling berat di sisi apa? Paling berat menurut Romo. Apakah dari sisi peribadatan nanti di GBK yang paling rumit atau yang lain?

Kalau saya yakin, semuanya itu punya taraf berbeda-beda. Taraf kerumitan berbeda-beda. Kalau pun ada yang namanya hubungan dengan lembaga-lembaga lain, itu kan butuh bukan hanya surat-menyurat, tapi diplomasi.

Ada yang namanya hubungan dengan umat yang juga butuh semangat pastoral, bukan hanya semangat sebagai pemberi perintah, tapi semangat kebersamaan.

Tapi kalau saya pribadi, ini pengalaman saya pribadi, ada banyak permintaan untuk berjumpa dengan Paus, ataupun banyak permintaan untuk datang ke GBK dan lain sebagainya.

Saya, itu pribadi, saya akan mengatakan kalau saya bisa, iyakan, saya ya kan semua. Tapi saya nggak bisa. Saya gak bisa.

Ada yang mau ketemu Paus, mau memberi dan lain sebagainya. Dan itu bukan hanya saya, kalau saya pribadi, kalau saya bisa, saya mau. Kalau saya bisa mengiyakan, saya mau.

Tapi sayangnya, saya nggak bisa. Jadi saya hanya bisa mengatakan nanti akan dikomunikasikan ke pihak-pihak terkait dan saya komunikasikan.

Jadi intinya banyak pihak yang ingin bertemu langsung dengan Paus. Kira-kira gitu, ya?

Banyak yang mau ketemu, entah memberi barang dan saya nggak punya kuasa untuk itu. Jadi kalau saya mendengarkan cerita seorang ibu yang datang kepada saya, "Romo anak saya sakit keras, lalu kemudian ingin banget ikut datang misa bersama dengan Paus ataupun cium tangan Paus.

Saya jawab dalam hati. Kalau saya bisa iyakan, saya iyakan. Tapi saya mengatakan, silakan kontak ke romo paroki, ceritakan situasinya, mudah-mudahan dari paroki. Paroki itu bawahannya keuskupan, bukan bawahnya, (tetapi) gereja-gereja dalam domain keuskupan yang mungkin bisa mengikutsertakan ini.

Saya tentu saja, kalau itu kan kadang-kadang juga bisa menambah susah tidur. Tapi yang pasti itu, saya yakin beberapa pihak di kepanitiaan juga dihubungi hal yang sama. Jadi secara emosional ini kalau saya bisa mengiyakan, saya akan iyakan semuanya.

Tapi saya nggak bisa mengiyakan semuanya. Saya mengatakan, saya akan hubungi dengan, silakan jalurnya seperti ini. Ini yang bisa saya lakukan.

Saya lupa satu pertanyaan tadi Romo, ini baru ingat. Apakah dalam pertemuan dengan tokoh republik ini, termasuk dengan Pak Prabowo dan Gibran Rakabuming sebagai presiden dan wakil presiden yang baru, di jadwal ada enggak, Romo?

Sejauh ini belum ada, belum ada jadwal. Tapi kita belum tahu, ya, apakah ada di twist. Jadi saya gak mau mengatakan pasti tidak ada, saya gak mengatakan pasti tidak ada. Saya mengatakan di jadwal yang saya ketahui belum ada.

Apakah itu akan ketemu bersama-sama, mungkin saja kita enggak tahu. Jadi itu kalau memang itu perjumpaannya nanti dengan kepala negara, itu adalah domain kepresidenan itu, ya, atau hal yang lain. Tapi saat ini di jadwal belum ada, begitu.

Romo, silakan kalau Romo ingin memberikan closing statement, terutama kepada umat Katolik di Republik Indonesia dan orang lain terkait dengan kunjungan bersejarah dari Paus Fransiskus. Silakan, Romo?

Baik. Terima kasih sudah mendengarkan dan terlibat dalam wawancara ini. Saya mau mengatakan begini. Seperti diungkapkan Uskup Agung Jakarta, Kardinal Ignasius Suharyo, marilah kita menyambut Paus, memang pertama-tama sebagai pribadi, tapi juga gagasan-gagasannya.

Kita mempelajari gagasan Paus dan semoga kita bisa mengimplementasikan gagasan-gagasan Paus yang kebanyakan berkaitan dengan isu-isu sosial, isu-isu lingkungan hidup, isu-isu manusia. Semoga ini menjadi spirit gerakan kepada kita semua, kepada umat Katolik untuk menggelorakan semangat tersebut sehingga banyak orang merasakan kebaikan Tuhan.

Banyak orang, bukan hanya umat Katolik, tetapi seluruh orang itu merasakan yang namanya kebaikan Tuhan karena kita berpartisipasi untuk membuat gereja dan dunia menjadi tempat yang lebih baik lagi, gereja yang lebih terlibat dalam masyarakat dan sehingga dunia menjadi lebih baik lagi.

Lalu untuk pihak-pihak yang non-Katolik, Paus Fransiskus itu kan baru satu atau dua tahun sebagai Paus kan langsung terpilih sebagai tokoh yang paling berpengaruh di dunia, karena Paus Fransiscus memang punya hubungan yang namanya sifat intern, Gereja Katolik, tapi banyak untuk urusan ekstern dan urusan ekstern itu adalah urusan-urusan kemanusiaan, pengungsi.

Lalu kemudian Piagam Abu Dhabi. Lalu kemudian berbagi macam isu-isu sosial yang dia senantiasa addres ingatkan kepada para pemimpin dunia mengenai perdamaian, keadilan, mengenai kesejahteraan sosial, kemanusiaan, dan ini bukan hanya mimpi orang Katolik saja, ini adalah mimpi kita bersama. Maka, kunjungan Paus Fransiskus juga mudah-mudahan memberikan inspirasi untuk para pemimpin agama lain, setidaknya paling yang enggak datang ke Istiqlal nanti untuk menggerakkan umatnya bahwa kita sama-sama walupun berbeda, tapi kita punya concern yang sama, kita punya value yang sama, kita punya mimpi yang sama.

Seperti itu kurang lebih. Tapi lebih daripada itu juga, Paus Fransiskus mengunjungi ke Indonesia kan menandakan adanya kedekatan hubungan diplomatik antara Indonesia dengan Vatikan. Dan kedekatan diplomatik, yang namanya hubungan diplomatik kan pasti berubah yang kebaikan gitu, bukan yang tidak baik. Semoga ini menunjukkan Indonesia yang semakin bersaudara, yang membuka dirinya untuk berbagi pihak, pihak lain dan keterbukaan tersebut membawa semangat persaudaraan yang akhirnya berubah pada kebaikan.

Saya yakin, semua agama dengan berbagai macam latar belakang perbedaan kitab suci, ajaran, tata tertib, ini kita disatukan dengan tanah yang sama, mimpi yang sama, udara yg sama, dan semuanya ingin dunia menjadi lebih baik lagi. (tribun network/yuda)

Baca juga: Stadion GBK,Katedral s/d Masjid Istiqlal, Romo Thomas Ulun dan Paus Fransiskus ke Indonesia, Seri I

Baca juga: Kisah Toleransi di Vatikan, Dewi Praswida Tunggu Paus Fransiskus 3 Jam Lalu Salaman, Seri I

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved