Berita Sarolangun
Masyarakat Batang Asai Jambi Pertahankan Budaya Mantai Kerbau Menyambut Puasa Ramadan
Setiap memasuki bulan puasa Ramadan, masyarakat di Batang Asai, Sarolangun Jambi selalu pertahankan tradisi mantai kerbau jelang Ramadan.
Penulis: Hasbi Sabirin | Editor: Darwin Sijabat
TRIBUNJAMBI.COM, SAROLANGUN - Setiap memasuki bulan puasa Ramadan, masyarakat di Kecamatan Batang Asai, Kabupaten Sarolangun, Provinsi Jambi selalu mempertahankan adat dan tradisi budaya mantai kerbau.
Tradisi yang dilakukan sejak puluhan tahun silam ini masih dipertahankan oleh masyarakat setiap menyambut puasa bulan suci ramadan.
Mantai kerbau artinya bantai atau potong kerbau dagingnya untuk lauk pauk masyarakat selama menjalankan puasa ramadhan.
Mantai kerbau dilakukan dua hari menjelang bulan puasa dimulai, sekitar pukul 3:00 dinihari dilakukan secara bersamaan masing-masing desa dalam wilayah Kecamatan Batang Asai.
Tempatnya di pinggiran sungai yang ada lapangan berumput.
Biasanya, kerbau yang dipotong mulai dari 10 ekor hingga lebih untuk satu desa yang berpenduduk lebih kurang 900 jiwa atau 380 kepala keluarga tersebut.
Tokoh adat Desa Padang Jering, Kecamatan Batang Asai Harpan mengatakan, adat tradisi dan budaya potong kerbau untuk persiapan lauk pauk selama melaksanakan puasa ramadan, jantung kerbau di belah, rumput layu dibangun tanah lembam di pampeh, jantung dibelah diberikan kepala kampung.
Baca juga: Tradisi Warga Pinggiran Sungai Batanghari, Berburu Ikan Rawa saat Air Pasang
Baca juga: Kapolres Sarolangun Jambi Sidak ke Pasar Tradisional Guna Antisipasi Kenaikan Harga Jelang Ramadan
"Tradisi memantai ini dilakukan turun temurun sejak zaman dahulu hingga sekarang masih dibudayakan menjadi tradisi dan budaya masyarakat Batang Asai, sebelum menyambut bulan puasa ramadhan," kata Harpan, Sabtu (10/3/24).
Dia juga menyambut, Kecamatan Batang Asai, Kabupaten Sarolangun masih memakai adat lama pesko usang, tradisi mantai kerbau dilakukan oleh semua masyarakat Kecamatan Batang Asai.
"Tradisi ini semua nya, sebab Batang Asai terdiri beberapa margo, seperti Batang Asai, Batin Pengambang dan Margo Sungai Pinang," ujarnya.
Dia juga menyebut, bahwa mantai dilakukan sebagai bentuk rasa syukur dan menumbuhkan perasaan riang gembira bagi seluruh masyarakat dalam menyambut bulan puasa ramadan.
"Tradisi ini sudah ada di desa kami sejak zaman dahulu , bahkan sejak saya kecil hingga saat ini masih dipertahankan, tak perlu bagaimana kondisi ekonomi masyarakat , mantai tetap akan dilaksanakan," ungkapnya kepada Tribun Jambi.com.
Kerbau dibantai disediakan oleh toke, sebelum kerbau dibantai, beberapa bulan sebelumnya warga terlebih dahulu mengumpulkan uang atau iuran seperti arisan yang dikumpulkan masing-masing kelompok di setiap (RT).
Biasanya dalam bentuk kelompok keluarga.
Baca juga: Tradisi Bapintoah Saat Banjir di Pulau Tengah Kerinci
"Dalam satu ekor kerbau setiap kelompok biasanya sampai 40 kepala keluarga, ada istilah andel/andil setiap orang atau KK sebesar Rp650 ribu untuk biaya beli kerbau, per andil sampai empat kilo daging yang didapatkan," jelasnya.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.