Berita Sarolangun

Menari, Bernyanyi di Sawah Sebelum Masa Tanam, Tradisi Masyarakat Marga Batin Pengambang, Sarolangun

Tradisi yang telah ada sejak ratusan tahun silam itu, terus dilakukan masyarakat Marga Batin Pengambangang, sebelum menanam padi atau turun ke sawah.

Penulis: Solehan | Editor: Deni Satria Budi
Tribunjambi/Solehan Syaf
Tarian Mangku Berentak yang dilakukan masyakarat Desa Batin Pengambang saat mengolah tanah sawah sebelum masa tanam padi. 

KENDURI Turun ke Sawah, merupakan satu di antaranya tradisi yang dimiliki masyarakat Marga Batin Pengambang, Kecamatan Batang Asai, Kabupaten Sarolangun, yang terdiri dari tujuh desa. Yaitu Desa Batin Pengambang, Tambak Ratu, Muaro Air Duo, Sungai Keradak, Simpang Narso, Bukit berantai, dan Desa Batu Empang.

Tradisi yang telah ada sejak ratusan tahun silam itu, terus dilakukan masyarakat Marga Batin Pengambangang, sebelum menanam padi atau turun ke sawah.

Dimulainya tradisi Turun ke Sawah ini, ditandai dengan seluruh masyarakat memasak lemang, yang bahan pokoknya terdiri dari ketan hasil tani.

Tokoh Masyarakat Marga Batin Pengambang, Siswandi mengatakan, lemang yang dimasak masyarakat, kemudian diserahkan ke Kepala Dusun (Kadus) dan Kepala Desa (Kades), yang kemudian akan disantap bersama-sama masyarakat tujuh desa Marga Batin Pengambang.

"Ini merupakan tradisi yang telah diturunkan sejak ratusan tahun lalu oleh nenek moyang kami dan dilakukan setiap tahunnya," kata Siswandi, Selasa (18/7) lalu.

"Tradisi ini juga mengatur tata krama antara petani padi dan pemilik hewan ternak, untuk menjaga kerukunan antar masyakarat," bebernya.

Siswandi menjelaskan, tradisi tersebut secara umum mengatur pola pertanian, agar tidak mengalami gagal panen.

"Kenduri turun ke sawah ini mengatur tentang waktu mengatur benih, sehingga hama dipastikan berkurang akibat dilakukan serentak," jelasnya.

"Kenduri turun ke sawah ini dilakukan 15 hari atau satu bulan, sebelum masyakarat menanam padi," ujarnya.

Siswandi berharap, tradisi ini terus dijaga oleh masyarakat Marga Batin Pengambang, sehingga dapat menjadi momentum berkumpulnya masyarakat tujuh desa.

Baca juga: Tarian Mangku Berentak, Tradisi Mencangkul Sawah Warga Margo Batin Pengambang

Baca juga: Masyarakat Margo Batin Pengambang Kecewa, Pj Bupati Sarolangun Jelaskan Begini

Tarian Mangku Berentak

Selain memasak lemang secara bersama-sama sebelum turun ke sawah, masyakarat Desa Batin Pengambang, juga mempertahankan tarian Mangku Berentak, yang dilakukan saat mengolah tanah sawah sebelum masa tanam padi.

Tarian ini, biasa dilakukan masyarakat berjumlah belasan orang, dengan menggunakan cangkul untuk mengitari area sawah sambil bernyanyi.
Satu di antaranya petani padi, Yusnitawati mengatakan, tarian Mangku Berentak dilakukan sembari mencangkul dan menginjak atau membalikkan tanah yang telah dicangkul.

"Ini tradisi lama, ketika melakukan tarian Mangku Berentak, maka rasa lelah saat bekerja di sawah tidak terasa," ungkap Yusnitawati, belum lama ini.

Dikatakan Yusnitawati, hampir seluruh sawah yang berada di Margo Batin Pengambang, menerapkan tarian Mangku Berentak dengan diikuti para pemilik sawah.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jambi
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved