Asal-usul Nama Desa Rambutan Masam yang Melegenda Hingga Menjadi Desa Pemajuan Kebudayaan

Desa Rambutan Masam Kecamatan Muara Tembesi Kabupaten Batanghari Provinsi Jambi memiliki cerita sejarah tersendiri.

Penulis: A Musawira | Editor: Teguh Suprayitno
Tribunjambi/Musawira
Wakil Bupati Batanghari, Bakhtiar dan Perwakilan dari Tim Ekspedisi Swarnabhumi mengunjungi Desa Rambutan Masam setelah Desa ini menjadi Desa Pemajuan Kebudayaan dari Kemdikbud Ristek RI. 

TRIBUNJAMBI.COM, MUARABULIAN-Desa Rambutan Masam Kecamatan Muara Tembesi Kabupaten Batanghari Provinsi Jambi memiliki cerita sejarah tersendiri.

Diantaranya tentang awal mula nama Desa Rambutan Masam.

Desa ini, terbilang desa tertua di Kabupaten Batanghari. Lokasinya berada dialiran Sungai Batanghari.

Mengenai penamaan desa, konon ceritanya berawal dari perjalanan Datuk Paduko Berhalo dan Putri Selaras Pinang Masak yang berangkat dari Pagaruyung menuju ke arah hilir Sungai Batanghari.

Menurut cerita, Ketua Lembaga Adat Desa Rambutan Masam, Usman Abu menuturkan sekira abad 14 masehi, perjalanan Datuk Paduko Berhalo dan Putri Selaras Pinang Masak melewati jalur sungai.

Datuk Paduko Berhalo dan Putri Selaras Pinang Masak menggunakan kapal yang dikawal oleh para hulu balangnya dengan membawa sejumlah angsa.

Baca juga: Update Terbaru Pembangunan Turap di Rambutan Masam Batanghari

Singkat cerita, perjalanan kapal Paduko Berhalo terhenti di Dusun Tengah, diduga desa Rambutan Masam sekarang ini.

Dengan menyandarkan kapalnya di tebing dan membawa angsanya naik ke daratan, Datuk Paduko Berhalo dan Putri Selaras Pinang Masak melihat ada sebatang pohon rambutan dengan kondisi buah yang sangat ranum alias merah.

Anehnya kata Ketua Lembaga Adat di bawah pohon itu tidak ada satu pun bekas buah rambutan yang dimakan oleh hewan saat dijumpai Datuk Paduko Berhalo itu.

"Timbul pertanyaan, kenapa rambutan yang sudah ranum ini tidak ada yang memakannya. Dengan Rasa penasaran Datuk Paduko Berhalo mencicipi rambutan itu ternyata rasanya sangat masam,”

"Jadi itu penyebab hewan-hewan tidak ada yang memakan rambutannya. Datuk Paduko Berhalo dan Putri Selaras Pinang Masak memberi nama dusun ini, dengan sebutan Dusun Rambutan Masam," katanya.

Pelaku Seni dan Tradisi Desa Rambutan Masam, Suhaili mengatakan pohon rambutan yang diduga menjadi latar belakang penamaan desa sudah tidak ditemukan lagi keberadaannya. Namun, lokasinya diduga kuat terletak di pinggiran Sungai Batanghari.

"Waktu itu, ada warga sedang membersihkan tebing sungai dan menemukan piring kuno, keris dan tombak di lokasi yang dulunya tempat batang rambutan itu. Saat ini masih tersimpan di desa,” katanya.

Sejauh ini, Desa Rambutan Masam telah menjadi Desa Pemajuan Kebudayaan oleh Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi.

"Potensi kebudayaan di desa inilah membuat Desa Rambutan Masam menjadi desa kebudayaan. Peninggalan di desa ini ada makam keramat, tradisi dan kearifan lokalnya,” ucapnya.

Sumber: Tribun Jambi
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved