Berita Internasional

USAI Xi Jinping Ancam Benturkan Kepala Musuh ke Baja Bila Ganggu China, Australia Justru Menantang

Diketahui, Presiden China Xi Jinping keluarkan ancamannya kala berpidato di depan 70.000 orang di Lapangan Tiananmen pada saat memulai perayaan

Editor: Andreas Eko Prasetyo
US Navy via Reuters
ILUSTRASI. Kapal perang rudal berpemandu Angkatan Laut Australia HMAS Parramatta (FFH 154) (kiri) berlayar dengan kapal serbu amfibi Angkatan Laut AS USS America (LHA 6), kapal penjelajah peluru kendali kelas Ticonderoga USS Bunker Hill (CG 52) dan Penghancur rudal 

Tetapi Australia nampaknya menilai China sendiri sibuk melenturkan ototnya di Kepulauan Spratly dan di sekitar Taiwan.

Sementara itu Profesor Dean mengatakan Canberra juga tidak terlalu tertarik dengan gonggongan prajurit serigala.

"Mereka akan menyebut kita antek atau apalah," ujarnya.

“Akan ada banyak retorika berlebihan seperti yang biasa kita dengar. Yang benar-benar penting adalah bagaimana PLAN (Angkatan Laut Tentara Pembebasan Rakyat) memahami gerakan ini dan meresponsnya.”

Tapi Laut China Selatan pun dengan cepat berubah menjadi kuali.

Di mana kapal perang Australia berada di tengah-tengahnya.

Baca juga: Polda Jambi Catat 57 Kasus Kebakaran Hutan dan Lahan hingga Awal Juli 2021 & Data Daerah Rawan

Baca juga: Unja Mendapat Bantuan Satu Unit Ambulance

Baca juga: Perjuangan Pebalap Indonesia Mario di CEV Algarve Terhenti di Lap Empat

Beijing diketahui telah memilih kapal perang Australia dalam ancaman agresif terhadap negaranya.

Pada bulan Desember, kantor berita pemerintah China Global Times telah mengungkapkan kemarahan atas campur tangan Australia yang “jahat”.

China juga menyebut Australia sebagai anjing pemburu Amerika.

“Sebagai anjing pemburu AS, Australia harus menahan arogansinya. Khususnya, kapal perangnya tidak boleh datang ke wilayah pesisir China untuk melenturkan otot, atau (mereka) akan menelan pil pahit,” seperti dalam editorial Global Times memperingatkan.

Dr Straton mengatakan Australia sejauh ini berhati-hati dalam menyeimbangkan persamaan risiko versus imbalan. Tetapi ancaman berulang-ulang dari China bisa jadi menipis.

“Beijing sangat bersedia menggunakan taktik pemaksaan ekonomi terhadap Australia, dan itu belum secara signifikan merusak ekonomi Australia – setidaknya belum. Jadi mungkin perhitungannya telah bergeser. Tapi tentu saja, ketakutan lainnya adalah membahayakan personel dan kapal."

“Ada risiko signifikan yang terlibat dalam melakukan sesuatu yang baru dan melakukan sesuatu yang provokatif,” tambahnya.

Risiko-risiko itu pun tampaknya terus meningkat.

“Anda mendapatkan lebih banyak kapal perang, lebih banyak pesawat di sana,” Profesor Dean menjelaskan.

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved