Sejarah Indonesia

Usai Tragedi G30S PKI Pecah, Soeharto Nyaris Diracuni Sosok Wanita yang Mengaku Sebagai Anaknya

Sejarah pernah mencatat kejadian yang nyaris merenggut nyawa Soeharto sebelum dirinya menjadi seorang Presiden kedua Indonesia.

Editor: Andreas Eko Prasetyo
Tribun Timur
Tommy Mandala Putra, anak kelima Soeharto (Kiri) bersama Soeharto dan Ibu Tien 

TRIBUNJAMBI.COM - Sejarah pernah mencatat kejadian yang nyaris merenggut nyawa Soeharto sebelum dirinya menjadi seorang Presiden kedua Indonesia.

Kala itu kejadian terjadi saat tragedi G30S PKI yang menyeret nama Soeharto.

Cerita ini muncul saat tragedi G30S PKI terjadi.

Berawal dari munculnya sosok wanita yang mengaku sebagai anak dari Soeharto.

Rumah Cendana setelah kepergian Presiden Soeharto
Rumah Cendana setelah kepergian Presiden Soeharto (Intisari-online.com/ Ade Sulaeman)

Selain sebagai seorang Presiden Republik Indonesia ke-2, Soeharto juga dikenal masyarakat Indonesia sebagai seorang kepala keluarga.

Bahkan, keluarga Soeharto ini sering disebut masyarakat sebagai Keluarga Cendana, karena rumahnya terletak di Jalan Cendana.

Menikah dengan Siti Hartinah atau Tien, Soeharto pun akhirnya dikaruniai enam orang anak.

Keenam anaknya itu adalah Siti Hardijanti Rukmana atau Tutut, lalu Sigit Harjojudanto, Bambang Trihatmodjo, Siti Hediati Hariyadi atau Titik, Hutomo Mandala Putra atau Tommy, dan Siti Hutami Endang Adiningsih atau Mamiek.

Meski demikian, ternyata pernah ada seseorang wanita yang juga mengaku-ngaku sebagai anak Soeharto.

Peristiwa itu terjadi kala pertengahan dekade 60-an, atau sekitar meletusnya peristiwa G30S/PKI.

Cerita itu diceritakan oleh Bu Tien dalam buku "Siti Hartinah Soeharto Ibu Utama Indonesia", karangan Abdul Gafur, tahun 1992 lalu.

Dalam buku itu, Tien Soeharto juga mengungkapkan pada saat itu dia sedang mengungsi di Kebayoran Baru, karena adanya peristiwa G30S/PKI.

Saat berada di Kebayoran Baru itulah, Tien juga mendapatkan informasi adanya seorang anak perempuan yang sedang mencari ayahnya.

Ayah gadis muda itu bernama Soeharto.

Baca juga: Jenderal TNI Ini Gebrak Meja Rumah Presiden Soeharto di Cendana, Ternyata Bukan Sosok Sembarangan

Baca juga: Kala Soeharto Temui Istri Cantik Soekarno dan Beri 3 Pilihan Ini saat Tragedi G30S PKI Pecah

Baca juga: Apa Beda Jenderal Besar dan Jenderal Saja? Di Indonesia Soeharto dan 2 Sosok Ini Pemilik Pangkat Itu

"Ia sedang menunggu di rumah Chaerul Saleh. Maka saya memutuskan untuk datang sendiri ke tempatnya," ungkap Tien dalam buku itu.

Saat mendatangi anak itu, Tien mengenakan jaket tentara, dan dikawal oleh ajudannya.

Rumah Chaerul Saleh sendiri berada di Jalan Teuku Umar.

Berada di rumah Chaerul Saleh, anak perempuan tersebut ditemani oleh seorang anggota AURI.

Begitu bertemu anak tersebut, Tien membawanya dan memeriksanya.

"Saya lalu membawanya pergi. Tiba di rumah saya interview dia," ucap Tien.

Tien kemudian menemukan sejumlah kejanggalan dari pengakuannya.

"Dari jawaban-jawabannya sama sekali tidak cocok. Raut wajahnya saja tidak mirip sedikitpun dengan Pak Harto. Saya jadi yakin anak ini bukan anak Pak Harto," kenang Tien.

Tidak hanya itu, Tien juga menemukan sesuatu di dalam koper anak perempuan tersebut.

"Koper yang dibawanya saya buka. Isinya hanyalah sebuah gitar dan sebungkus bubuk yang kelihatannya seperti bubuk pembasmi tikus," ungkap Tien.

Mendapati hal itu, Tien kemudian menyuruhnya istirahat.

Saat itu kondisi memang sudah larut malam, dan anak tersebut terlihat penat.

Tien kemudian mengunci kamar tempat anak itu istirahat.

Selain itu, Tien juga menghubungi Soeharto, dan berusaha menanyakan hal itu.

Soeharto lalu meminta agar anak itu dibawa ke Markas Kostrad menemui dirinya.

Keesokan harinya, saat kamar anak itu beristirahat dibuka Tien, ternyata kamar tersebut sudah kosong.

Anak itu melarikan diri melalui jendela menggunakan stagen.

Baca juga: Pemkab Kerinci Gelar Deklarasi Percepatan Penanganan Covid-19

Baca juga: Info Terbaru Soal Penerimaan CPNS 2021 dan PPPK, Ingat Siapkan Beberapa Dokumen Penting Ini

Baca juga: Info Terbaru Soal Penerimaan CPNS 2021 dan PPPK, Ingat Siapkan Beberapa Dokumen Penting Ini

"Saya tidak menyadari bahwa kamar itu, jendelanya dapat digunakan untuk turun dan lari," jelas Tien.

Tien pun menjadi bingung atas peristiwa itu, dan menebak-nebak tujuan pengakuan anak perempuan itu.

Namun, menurutnya anak perempuan tersebut jelas memiliki tujuan jahat.

"Mungkin direncanakan oleh unsur "Gerakan 30 September" untuk melenyapkan Panglima Kostrad dengan racun tikus yang dibawanya," tandas Tien.

Beragam kisah semasa hidup Presiden Soeharto tengah banyak dicari.

Pasalnya, tepat pada Sabtu (8/6/2019), almarhum Soeharto berulang tahun.

Ya, Soeharto lahir di Bantul pada 8 Juni 1921.

Soeharto wafat di Jakarta pada 27 Januari 2008.

Satu kisah tentang Soeharto yang selalu diingat, di antaranya berkaitan dengan peristiwa G30S/PKI.

Nama Soeharto dan peristiwa G30S/PKI menjadi dua hal yang cukup sering dibicarakan dalam sejarah perjalanan bangsa.

Satu di antaranya adalah kisah yang disampaikan oleh mantan ajudan Soeharto, Wahyudi.

Kisah soal Soeharto itu disampaikan Wahyudi dalam buku berjudul "Pak Harto The Untold Stories", terbitan Kompas tahun 2012 lalu.

Dalam buku itu, Wahyudi mengungkapkan adanya sebuah peristiwa di rumah Soeharto menjelang terjadinya peristiwa G30S/PKI.

Saat itu, dia sedang bertugas di pos jaga.

Tiba-tiba saja ada seseorang yang mengantarkan sebuah bingkisan.

Wahyudi mengungkapkan, pengantar bingkisan itu adalah seorang pria paruh baya.

"Saya tanda tangani resi tanda terima kemudian membawanya ke ruang belakang," kenang Wahyudi.

Saat dibuka, ternyata isi bingkisan itu adalah patung Batara Guru.

Batara Guru merupakan satu tokoh dalam cerita pewayangan.

"Saya meletakkannya di meja dekat Pak Harto biasa membaca koran pagi," jelas Wahyudi.

Tak berselang lama, Soeharto mengetahui adanya patung itu.

Soeharto pun memanggil Wahyudi, dan menanyakan asal mula patung tersebut.

Mendapatkan pertanyaan itu, Wahyudi pun segera menjawabnya.

"Saya kira itu pesanan Bapak," jawab Wahyudi.

Letjen TNI Soeharto didampingi Kolonel Sarwo Edhie Wibowo, komandan RPKAD, pada peringatan HUT ke-14 RPKAD di Parkir Timur Senayan, Jakarta. Kisah Sarwo Edhi yang Basmi G30S, Kecewa sama Soeharto: Kalau Mau Bunuh Aku, Bunuh Saja, Apa Salahku.
Letjen TNI Soeharto didampingi Kolonel Sarwo Edhie Wibowo, komandan RPKAD, pada peringatan HUT ke-14 RPKAD di Parkir Timur Senayan, Jakarta. Kisah Sarwo Edhi yang Basmi G30S, Kecewa sama Soeharto: Kalau Mau Bunuh Aku, Bunuh Saja, Apa Salahku. (FOTO: HISTORIA.ID/repro)

Selanjutnya, Wahyudi mengakui dirinya memang tidak menanyakan identitas pengirimnya.

"Pak Harto juga bertanya kepada Ibu Tien Soeharto yang juga mengatakan tidak memesannya. Demikian juga keluarga yang lain, ditanya namun tak ada yang merasa memesan atau mengenal pengirim patung itu," ungkap Wahyudi.

Wahyudi pun merasa ada yang ganjil terkait hal itu.

"Buat saya, itu kiriman yang ganjil, mengingat Pak Harto bukanlah penggemar apalagi pengumpul barang-barang seni semacam itu. Namun sempat terbersit di benak saya, apakah itu sebuah pertanda baik bagi Pak Harto?" kata Wahyudi.

Meski demikian, Wahyudi tetap berharap yang terbaik untuk Soeharto.

"Dalam hati tentu saja saya mengharapkan yang terbaik terjadi pada Pak Harto, mengingat isyarat alam semesta bisa saja datang melalui berbagai cara," harap Wahyudi.

Wahyudi melanjutkan, tak lama dari dikirimnya bingkisan itu, dirinya tiba-tiba menjadi sibuk.

Baca juga: Sebelum Ngamuk di Masjid Pakai Parang Sambil Tanpa Busana, Pria di Kaltim Ini Bunuh Istri dan Anak

Baca juga: Kabar Terbaru Anji yang Ditangkap Polisi Kasus Narkoba, 3 Hari Ditahan, Sang Istri Belum Jenguk

Sebab, saat itu memang terjadi peristiwa G30S/PKI.

"Di hari-hari pertama terjadinya kudeta itu, Pak Harto menyuruh saya mengungsikan Ibu Tien dan putra-putri beliau ke suatu tempat yang dirahasiakan," kata Wahyudi.

Wahyudi kemudian membawa Bu Tien dan keluarganya ke rumah sederhana milik Kostrad di Jalan Iskandarsyah, Kebayoran Baru selama tiga hari.

(Tribunjambi.com)

Berita lainnya seputar Soeharto

Sumber: Tribun Jambi
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved