Berita Tanjabbar
Perjalanan ke Gubuk Pak Janggut, Si Legendaris Pembakar Lahan di Tanjabbar yang Mulai Luluh
Ia menaungi setidaknya kurang lebih 20 orang yang semuanya memanfaatkan lahan untuk bercocok tanam. Pak Janggut sudah 64 tahun melakukan pembakaran la
Penulis: Samsul Bahri | Editor: Rian Aidilfi Afriandi
Hampir 15 menit perjalanan itu, yang terlihat kebanyakan adalah luasan lahan yang telah terbakar. Tampak sejumlah pohon kecil maupun besar yang tumbang dan berbekas hitam sebagai pertanda lahan tersebut telah di lalap api.
Seiring dengan pemandangan tersebut, tampak sejumlah tanaman jagung tumbuh di hamparan lahan dengan sela-sela tanaman laos dengan tanah yang menghitam dan yang berabukan tanah bakar.
Sesampai di lokasi, semua berbaur mengumpulkan rerumputan sekitar lahan. Gotong Royong, sepertinya tepat disebutkan untuk aktivitas yang kami lakukan. Hal yang sama juga di lakukan oleh Pak Janggut dan kelompoknya.
Setidaknya hampir 1,5 jam mengumpulkan tanaman bekas tebas dan membuat pupuk kompos. Kemudian juga di lakukan penanaman bibit kacang panjang dan jagung.
Disisi lain, meskipun Pak Janggut telah luluh dengan solusi Kapolres dengan meminta kelompok Pak Janggut tidak membakar lahan dan di ajarkan untuk membuka dengan cara berladang atau menebang. Kemudian mengajarkan kepada Pak Janggut dan kelompok untuk memanfaatkan sisa tebang untuk di jadikan pupuk kompos.
Pak Janggut ternyata masih tetap memberikan waktu selama lebih kurang 3,5 bulan kedepan kepada Kapolres dan Pak Ali untuk menunjukkan hasil manfaat dari menaman tanaman pada tanah yang tidak dibakar dan dengan pupuk.
Hal ini karena Pak Janggut masih meyakini bahwa hanya dengan membakar lahan lah, tanaman yang di tanam di tanah bakar bisa subur dan tumbuh, apalagi dengan kondisi lahan gambut.
"Ya saya kasih waktu lah kan 3,5 bulan ke Pak Kapolres sama yang lain untuk buktikan lah bahwa bisa tanam di lahan gambut dengan pupuk kompos ini. Kalo ya nanti tidak bisa juga ya kita minta lagi lah sama pak Kapolres solusinya gimana," ungkapnya saat di tanya tribunjambi.com disela-sela istirahat ketika itu.
Bermalam dengan Pak Janggut dan kelompoknya adalah tujuan awal dari tujuan Kapolres untuk berkunjung ke gubuk Pak Janggut bersama dengan personil dan saya. Upaya ini juga sebagai bagian dari preventif dan pendekatan kepada Pak Janggut dan kelompoknya, bahwa hadirnya Kapolres dan personil lainnya bukan sekedar ucapan.
"Artinya ini lho, kita peduli. Kita datang membawa solusi, supaya ada pemahaman dan semata-mata bagaimana tanaman dari yang di tanam selama ini menghasilkan lebih dari apa yang dihasilkan sekarang. Karena mindset dari pak Janggut kan lahan bakar ini yang subur terus menerus," ungkap Kapolres
Bermalam dengan Pak Janggut dan kelompoknya ternyata menghasilkan hubungan yang erat. Kehadiran Kapolres dan personil lainnya, termasuk tribunjambi.com ternyata memberikan kebahagiaan bagi mereka. Karena menurut Pak Janggut baru kali ini ada orang luar yang mau mampir dan bahkan tidur di gubuknya.
Disela-sela itu pula Kapolres bercerita kepada tribunjambi.com , bahwa ternyata selama satu bulan terakhir, dirinya turun untuk melakukan dialog bersama dengan Pak Janggut dan kelompoknya. Awalnya di akui oleh Kapolres bahwa untuk masuk pada lingkungan Pak Janggut dan kelompoknya cukup sulit.
Ia memaklumi apa yang menjadi penolakan dari Pak Janggut oleh kelompoknya. Terlebih Pak Janggut yang telah di tetua di kelompok ini, sudah barang tentu kelompoknya akan mengikuti arahan Pak Janggut.
Bahkan pada kunjungan kedua, diceritakan Kapolres, Pak Janggut masih melakukan rutinitas untuk membakar lahan. Beruntung pada saat ingin mulai membakar, Kapolres bersama anggota lainnya turun dan berhasil untuk di cegah. Pada titik ini, di akui oleh Kapolres ada sedikit kekesalan.
"Tapi balik lagi, bahwa kita menyadari bahwa Pak Janggut sudah cukup lama dan sudah menjadi budaya membuka lahan dengan cara di bakar. Sampai akhirnya kita memutuskan untuk membuat posko yang di isi personil tepat di samping gubuk yang di tempati Pak Janggut dan kelompoknya,"ungkap Kapolres