Berita Tanjabbar
Perjalanan ke Gubuk Pak Janggut, Si Legendaris Pembakar Lahan di Tanjabbar yang Mulai Luluh
Ia menaungi setidaknya kurang lebih 20 orang yang semuanya memanfaatkan lahan untuk bercocok tanam. Pak Janggut sudah 64 tahun melakukan pembakaran la
Penulis: Samsul Bahri | Editor: Rian Aidilfi Afriandi
Singkat cerita, setelah dari melakukan aktivitas di kebun sekira pukul 18.30 wib kami kembali ke gubuk. Perjalanan gelap dan hanya mengandalkan lampu penerangan dari sebagian motor kelompok Pak Ali dan HP menjadi cahaya yang memandu kami dengan penerangan seadanya untuk sampai ke Gubuk.
Sesampai di gubuk, kondisi gubug terang dengan lampu yang menyala dari Genset yang telah disiapkan. Sembari melepas lelah, Pak Janggut mengungkapkan kepada kami bahwa adanya lampu terang tersebut ternyata menjadi pengalaman pertama mereka selama tinggal di gubug. Biasanya di katakan oleh Pak Janggut mereka hanya menggunakan lampu yang di cas, dan itu pun di gunakan hanya untuk makan.
"Baru kali ini lah pakai lampu terang ini. Biasanya cuma lampu cas yang kami cas di luar (di daerah luar lahan) untuk waktu makan. Sudah itu di matikan. Kalo ngobrol ya gelap-gelapan, tidak ada kami pakai lampu gini," ungkap Pak Janggut sambil tertawa yang juga di benarkan oleh anggota kelompoknya.
Usia melaksanakan shalat magrib, kini giliran Kapolres menjadi koki untuk menjamu Pak Janggut dan kelompoknya serta personil yang ada. Kesempatan ini mendapat respon baik dari Pak Janggut. Nasi Goreng menjadi menu andalan yang disajikan oleh Kapolres.
Singkat cerita pula usai makan, dan bercerita. Semuanya mulai terlelap. Tanpa alas kasur dan hanya dengan tikar pada lantai kayu di gubuk Pak Janggut, semuanya terlelap. Tidak hanya Pak Janggut, malam itu Kapolres dan personil lainnya melepaskan jabatan dan tidur satu alas dengan Pak Janggut.
Sederhana, tapi penuh makna. Itu lah yang disebutkan oleh Kapolres disela-sela pagi ketika bangun tidur. Kembali Pak Janggut dan Kelompoknya disajikan oleh Kapolres di bantu dengan personil membuat sarapan untuk Pak Janggut dan kelompoknya. Sarapan nasi goreng menjadi asupan tenaga untuk kami kembali melakukan aktivitas menanam dan membuat pupuk kompos. Ini pun kembali di lakukan bersama dengan Pak Janggut dan kelompoknya.
Pagi itu, tribunjambi.com masih melihat adanya semangat Pak Janggut dan kelompoknya untuk memulai kembali proses menanam dan memupuk. Pak Janggut tanpa menggunakan alas kaki, dengan sarung berwarna coklat, bermotif kotak-kotak dan dengan peci putih, berjalan dengan santai sembari membawa parang yang cukup panjang menuju kebun.
Tribunjambi.com mencoba mengikuti Pak Janggut dari belakang sembari menanyakan kepada beliau, apa yang dirasakan berjalan kaki pada kayu ranting yang bertebaran di sepanjang jalan tanpa alas kaki. Pak Janggut dengan santai menjawab tidak merasakan apa-apa, bahkan dikatakannya bahwa Ia tidak pernah memakai sandal atau alas kaki ketika pergi ke ladang.
"Tidak pernah saya pakai sendal, kek gini lah terus. Pagi atau sore kalo ke kebun kek gini lah. Sudah terbiasa jadi tidak sakit. Dari pada saya pakai sandal atau sepatu tapi berat (malas) enakan seperti ini,"jawabnya
Disisi lain, sekitar dua jam melakukan proses tanam dan pembuatan pupuk, kami semuanya kembali ke gubuk. Sembari membersihkan kaki dan tangan yang kotor karena tanah dari proses pembuatan pupuk, Kapolres kembali mengingatkan kepada Pak Janggut untuk tidak membakar lahan. Hal ini juga mendapat respon dan jawaban yang sama ketika tiap kali di sampaikan hal itu.
"Ya saya terima kasih sama pak Kapolres, tapi ya seperti saya bilang, tiga setengah bulan inilah saya kasih waktu sama bapak untuk bagaimana tanaman ini bisa tumbuh tanpa di bakar. Saya nurut saja sekarang, karena saya kan tidak tahu juga,"jawabnya
"Tapi tadi kalo tiga setengah bulan ini tidak tumbuh dan berhasil, saya kembali lagi lah ke pak Kapolres gimana kasih solusi lagi ke saya,"tambah Pak Janggut untuk menjawab.
Hari semakin siang dan pada saat itu hari Jumat, kami semuanya pamit untuk pulang mengejar waktu Salat Jumat. Doa kesehatan dan harapan agar kembali ke gubuk, menjadi penyampaian pada kesempatan ini yang disampaikan oleh Pak Janggut kepada kami.
"Saya doakan semoga semuanya sehat, bisa kembali ke gubuk kami ini. Hati-hati di jalan," ucap Pak Janggut kepada kami.
"Kami juga ucapkan terima kasih, karena sudah di bolehkan untuk nginap di sini. Maaf merepotkan juga. Pesan saya jangan bakar lahan. Semoga nanti saya sama yang lain bisa balik lagi. Sehat-sehat semuanya, Pak Janggut dan yang lain. Saya izin pamit," tutup Kapolres.