Berita Tanjabbar

Perjalanan ke Gubuk Pak Janggut, Si Legendaris Pembakar Lahan di Tanjabbar yang Mulai Luluh

Ia menaungi setidaknya kurang lebih 20 orang yang semuanya memanfaatkan lahan untuk bercocok tanam. Pak Janggut sudah 64 tahun melakukan pembakaran la

Penulis: Samsul Bahri | Editor: Rian Aidilfi Afriandi
Tribunjambi/Samsul Bahri
Lokasi lahan Pak Janggut di Desa Baung, Kabupaten Tanjabbar. 

TRIBUNJAMBI.COM, KUALATUNGKAL - Sebuah gubuk sederhana berdiri di antara lahan yang sebagian ditanami jagung dan sebagian lahan ditumbuhi rumput pada lahan yang masih tampak bekas terbakar.

Menjadi pertanda akhir dari perjalanan kami dari Kota Kuala Tungkal dengan menggunakan mobil menuju Parit 9 Desa Baung, Kecamatan Pengabuan, Kabupaten Tanjabbar, Kamis (11/3/2021).

Kami, terdiri dari Kapolres Tanjabbar, AKBP Guntur Saputro, Kapolsek Pengabuan,AKP Edi Bernawan bersama dengan personil lainnya dan bersama dengan Tribunjambi.com, dan sejumlah penyuluh dari Desa Baung.

Baca juga: Emosinya Adik Ayus Lihat Postingan Baru Nissa Sabyan, Fadhila Nova: Dimana Hati Nurani Kalian?

Baca juga: Link Nonton Vincenzo Sub Indo Episode 1-8, Mampukah Myung Hee Menjatuhkan Vincenzo dan Cha Young?

Baca juga: KRONOLOGI Pembunuhan Pasutri di BSD Serpong Terungkap, Pelaku Bacok Dagu hingga Leher Korbannya

Berangkat pada pukul 14.00 wib dan sampai pada saat itu menunjukkan waktu sekira pukul 16.00 wib, dan ternyata kedatangan ini sudah di nanti oleh Pak Janggut dan kelompoknya.

Tampak dari kejauhan, sekelompok orang berdiri dan melihat-lihat dari sela-sela gubuk kayu yang beratapkan daun nipah untuk menyambut kedatangan kami.

Yang paling menonjol adalah tampak seorang pria yang sudah berumur dan berpeci putih, menggunakan baju kemeja panjang dengan sebagian kancing atas terbuka dan bersarung. Kemudian terlihat janggut putih yang tampak lebat pada wajahnya.

Meski demikian, wajah tegasnya masih terlihat dan tubuhnya tampak masih kokoh. Ini terlihat dari dirinya yang berdiri tegas dengan tangan menyambut untuk menyalami kami, Kapolres dan personil serta tribunjambi.com yang perlahan masuk ke gubuk tanpa pintu tersebut. Palile (78) atau di kenal dengan panggilan Pak Janggut adalah nama beliau. Pak Janggut diketahui adalah legendaris pembakar lahan di Kabupaten Tanjabbar.

Ia menaungi setidaknya kurang lebih 20 orang yang semuanya memanfaatkan lahan untuk bercocok tanam. Pak Janggut sudah 64 tahun melakukan pembakaran lahan ketika hendak membuka lahan.

Kedatangan Kapolres bersama personil lainnya kecuali tribunjambi.com ternyata bukan pertama kalinya, bahkan ternyata sambut hangat ketika kami datang pada Kamis (11/3) merupakan kedatangan Kapolres keempat kalinya.

"Ini sudah empat kali saya ke sini pak ya, alhamdulillah semua masih sehat, pak janggut masih sehat, saya dan personil alhamdulillah juga masih sehat," ucap Kapolres dalam membuka perbincangan dengan Pak Janggut.

Satu teko teh hangat telah disiapkan untuk di minum oleh kami. Pembahasan yang memunculkan canda tawa sesekali menjadi pengeras di dalam gubuk sederhana ini. Wajar saja, di gubuk ini tidak ada radio ataupun TV.

Di sini tidak ada aliran listrik yang masuk hingga ke wilayah lahan ini. Sementara suara radio baru muncul setelah beberapa waktu kemudian ketika anggota kepolisian mengeluarkan dan menghidupkan radio, yang ternyata sebagai pemberian dari Kapolres kepada Pak Janggut.

Tidak begitu lama, Pak Janggut bersama dengan Kapolres dan ahli pertanian, Ali Sadikin melaksanakan ibadah shalat ashar. Pertemuan keempat ini ternyata semakin memperat hubungan sesama, dan kesan ini di ungkapkan oleh Kapolres kepada tribunjambi.com yang ternyata kesannya cukup berbeda dari pertemuan awal.

"Agak sulit, karena yang dipikir mereka kita datang untuk marah-marah. Jadi di awal mereka tidak terima kehadiran kita. Alhamdulillah ini yang keempat dan respon mereka cukup akrab dengan kita,"ceritanya kepada saya.

Usai melaksanakan shalat, setidaknya pada pukul 17.00 wib kami bergegas mempersiapkan sejumlah alat untuk pergi ke kebun. Setidaknya butuh waktu sekitar 15 menit dengan perjalanan kaki untuk kami sampai pada lahan yang akan di gunakan sebagai tempat percobaan untuk penanaman pada lahan yang belum di bakar.

Hampir 15 menit perjalanan itu, yang terlihat kebanyakan adalah luasan lahan yang telah terbakar. Tampak sejumlah pohon kecil maupun besar yang tumbang dan berbekas hitam sebagai pertanda lahan tersebut telah di lalap api.

Seiring dengan pemandangan tersebut, tampak sejumlah tanaman jagung tumbuh di hamparan lahan dengan sela-sela tanaman laos dengan tanah yang menghitam dan yang berabukan tanah bakar.

Sesampai di lokasi, semua berbaur mengumpulkan rerumputan sekitar lahan. Gotong Royong, sepertinya tepat disebutkan untuk aktivitas yang kami lakukan. Hal yang sama juga di lakukan oleh Pak Janggut dan kelompoknya.

Setidaknya hampir 1,5 jam mengumpulkan tanaman bekas tebas dan membuat pupuk kompos. Kemudian juga di lakukan penanaman bibit kacang panjang dan jagung.

Disisi lain, meskipun Pak Janggut telah luluh dengan solusi Kapolres dengan meminta kelompok Pak Janggut tidak membakar lahan dan di ajarkan untuk membuka dengan cara berladang atau menebang. Kemudian mengajarkan kepada Pak Janggut dan kelompok untuk memanfaatkan sisa tebang untuk di jadikan pupuk kompos.

Pak Janggut ternyata masih tetap memberikan waktu selama lebih kurang 3,5 bulan kedepan kepada Kapolres dan Pak Ali untuk menunjukkan hasil manfaat dari menaman tanaman pada tanah yang tidak dibakar dan dengan pupuk.

Hal ini karena Pak Janggut masih meyakini bahwa hanya dengan membakar lahan lah, tanaman yang di tanam di tanah bakar bisa subur dan tumbuh, apalagi dengan kondisi lahan gambut.

"Ya saya kasih waktu lah kan 3,5 bulan ke Pak Kapolres sama yang lain untuk buktikan lah bahwa bisa tanam di lahan gambut dengan pupuk kompos ini. Kalo ya nanti tidak bisa juga ya kita minta lagi lah sama pak Kapolres solusinya gimana," ungkapnya saat di tanya tribunjambi.com disela-sela istirahat ketika itu.

Bermalam dengan Pak Janggut dan kelompoknya adalah tujuan awal dari tujuan Kapolres untuk berkunjung ke gubuk Pak Janggut bersama dengan personil dan saya. Upaya ini juga sebagai bagian dari preventif dan pendekatan kepada Pak Janggut dan kelompoknya, bahwa hadirnya Kapolres dan personil lainnya bukan sekedar ucapan.

"Artinya ini lho, kita peduli. Kita datang membawa solusi, supaya ada pemahaman dan semata-mata bagaimana tanaman dari yang di tanam selama ini menghasilkan lebih dari apa yang dihasilkan sekarang. Karena mindset dari pak Janggut kan lahan bakar ini yang subur terus menerus," ungkap Kapolres

Bermalam dengan Pak Janggut dan kelompoknya ternyata menghasilkan hubungan yang erat. Kehadiran Kapolres dan personil lainnya, termasuk tribunjambi.com ternyata memberikan kebahagiaan bagi mereka. Karena menurut Pak Janggut baru kali ini ada orang luar yang mau mampir dan bahkan tidur di gubuknya.

Disela-sela itu pula Kapolres bercerita kepada tribunjambi.com , bahwa ternyata selama satu bulan terakhir, dirinya turun untuk melakukan dialog bersama dengan Pak Janggut dan kelompoknya. Awalnya di akui oleh Kapolres bahwa untuk masuk pada lingkungan Pak Janggut dan kelompoknya cukup sulit.

Ia memaklumi apa yang menjadi penolakan dari Pak Janggut oleh kelompoknya. Terlebih Pak Janggut yang telah di tetua di kelompok ini, sudah barang tentu kelompoknya akan mengikuti arahan Pak Janggut.

Bahkan pada kunjungan kedua, diceritakan Kapolres, Pak Janggut masih melakukan rutinitas untuk membakar lahan. Beruntung pada saat ingin mulai membakar, Kapolres bersama anggota lainnya turun dan berhasil untuk di cegah. Pada titik ini, di akui oleh Kapolres ada sedikit kekesalan.

"Tapi balik lagi, bahwa kita menyadari bahwa Pak Janggut sudah cukup lama dan sudah menjadi budaya membuka lahan dengan cara di bakar. Sampai akhirnya kita memutuskan untuk membuat posko yang di isi personil tepat di samping gubuk yang di tempati Pak Janggut dan kelompoknya,"ungkap Kapolres

Singkat cerita, setelah dari melakukan aktivitas di kebun sekira pukul 18.30 wib kami kembali ke gubuk. Perjalanan gelap dan hanya mengandalkan lampu penerangan dari sebagian motor kelompok Pak Ali dan HP menjadi cahaya yang memandu kami dengan penerangan seadanya untuk sampai ke Gubuk.

Sesampai di gubuk, kondisi gubug terang dengan lampu yang menyala dari Genset yang telah disiapkan. Sembari melepas lelah, Pak Janggut mengungkapkan kepada kami bahwa adanya lampu terang tersebut ternyata menjadi pengalaman pertama mereka selama tinggal di gubug. Biasanya di katakan oleh Pak Janggut mereka hanya menggunakan lampu yang di cas, dan itu pun di gunakan hanya untuk makan.

"Baru kali ini lah pakai lampu terang ini. Biasanya cuma lampu cas yang kami cas di luar (di daerah luar lahan) untuk waktu makan. Sudah itu di matikan. Kalo ngobrol ya gelap-gelapan, tidak ada kami pakai lampu gini," ungkap Pak Janggut sambil tertawa yang juga di benarkan oleh anggota kelompoknya.

Usia melaksanakan shalat magrib, kini giliran Kapolres menjadi koki untuk menjamu Pak Janggut dan kelompoknya serta personil yang ada. Kesempatan ini mendapat respon baik dari Pak Janggut. Nasi Goreng menjadi menu andalan yang disajikan oleh Kapolres.

Singkat cerita pula usai makan, dan bercerita. Semuanya mulai terlelap. Tanpa alas kasur dan hanya dengan tikar pada lantai kayu di gubuk Pak Janggut, semuanya terlelap. Tidak hanya Pak Janggut, malam itu Kapolres dan personil lainnya melepaskan jabatan dan tidur satu alas dengan Pak Janggut.

Sederhana, tapi penuh makna. Itu lah yang disebutkan oleh Kapolres disela-sela pagi ketika bangun tidur. Kembali Pak Janggut dan Kelompoknya disajikan oleh Kapolres di bantu dengan personil membuat sarapan untuk Pak Janggut dan kelompoknya. Sarapan nasi goreng menjadi asupan tenaga untuk kami kembali melakukan aktivitas menanam dan membuat pupuk kompos. Ini pun kembali di lakukan bersama dengan Pak Janggut dan kelompoknya.

Pagi itu, tribunjambi.com masih melihat adanya semangat Pak Janggut dan kelompoknya untuk memulai kembali proses menanam dan memupuk. Pak Janggut tanpa menggunakan alas kaki, dengan sarung berwarna coklat, bermotif kotak-kotak dan dengan peci putih, berjalan dengan santai sembari membawa parang yang cukup panjang menuju kebun.

Tribunjambi.com mencoba mengikuti Pak Janggut dari belakang sembari menanyakan kepada beliau, apa yang dirasakan berjalan kaki pada kayu ranting yang bertebaran di sepanjang jalan tanpa alas kaki. Pak Janggut dengan santai menjawab tidak merasakan apa-apa, bahkan dikatakannya bahwa Ia tidak pernah memakai sandal atau alas kaki ketika pergi ke ladang.

"Tidak pernah saya pakai sendal, kek gini lah terus. Pagi atau sore kalo ke kebun kek gini lah. Sudah terbiasa jadi tidak sakit. Dari pada saya pakai sandal atau sepatu tapi berat (malas) enakan seperti ini,"jawabnya

Disisi lain, sekitar dua jam melakukan proses tanam dan pembuatan pupuk, kami semuanya kembali ke gubuk. Sembari membersihkan kaki dan tangan yang kotor karena tanah dari proses pembuatan pupuk, Kapolres kembali mengingatkan kepada Pak Janggut untuk tidak membakar lahan. Hal ini juga mendapat respon dan jawaban yang sama ketika tiap kali di sampaikan hal itu.

"Ya saya terima kasih sama pak Kapolres, tapi ya seperti saya bilang, tiga setengah bulan inilah saya kasih waktu sama bapak untuk bagaimana tanaman ini bisa tumbuh tanpa di bakar. Saya nurut saja sekarang, karena saya kan tidak tahu juga,"jawabnya

"Tapi tadi kalo tiga setengah bulan ini tidak tumbuh dan berhasil, saya kembali lagi lah ke pak Kapolres gimana kasih solusi lagi ke saya,"tambah Pak Janggut untuk menjawab.

Hari semakin siang dan pada saat itu hari Jumat, kami semuanya pamit untuk pulang mengejar waktu Salat Jumat. Doa kesehatan dan harapan agar kembali ke gubuk, menjadi penyampaian pada kesempatan ini yang disampaikan oleh Pak Janggut kepada kami.

"Saya doakan semoga semuanya sehat, bisa kembali ke gubuk kami ini. Hati-hati di jalan," ucap Pak Janggut kepada kami.

"Kami juga ucapkan terima kasih, karena sudah di bolehkan untuk nginap di sini. Maaf merepotkan juga. Pesan saya jangan bakar lahan. Semoga nanti saya sama yang lain bisa balik lagi. Sehat-sehat semuanya, Pak Janggut dan yang lain. Saya izin pamit," tutup Kapolres.

Sumber: Tribun Jambi
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved