Fakta-fakta Kisruh dalam Partai Demokrat, Dari SBY Mohon Ampun ke Tuhan hingga AHY Sentil Moeldoko

Dalam Kisruh partai Demokrat, Keempat mantan prajurit, SBY, AHY, Moeldoko memiliki peran masing-masing di kisruh Partai Demokrat, kecuali Gatot Nurman

Editor: Muuhammad Ferry Fadly
TribunJateng/istimewa
Lambang Partai Demokrat 

TRIBUNJAMBI.COM - Dalam Kisruh partai Demokrat, Keempat mantan prajurit, SBY, AHY, Moeldoko memiliki peran masing-masing di kisruh Partai Demokrat, kecuali Gatot Nurmantyo yang mengaku menolak tawaran kudeta AHY.

Berikut 3 Faktanya:

Baca juga: Ke Kabupaten Merangin, Pinto Jayanegara Jemput Aspirasi Masyarakat

Baca juga: VIDEO Posyandu Saat Pandemi, Warga Diharapkan Bawa Sarung Sendiri untuk Timbangan Balita

Baca juga: NIA RAMADHANI Drop Lagi! Napasnya Tersengal-sengal Naiki Tangga, Padahal Baru Pulang Berobat dari AS

1. SBY Mohon Ampun ke Tuhan

Presiden Keenam Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengingat memori beberapa tahun lalu saat dirinya melantik Moeldoko menjadi KSAD dan Panglima TNI.

Hal ini disampaiklan Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat itu setelah Moeldoko terpilih sebagai Ketum Partai Demokrat hasil KLB Deliserdang.

Moeldoko mengkudeta anak SBY, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).

Ia lantas menyampaikan mohon ampun kepada Tuhan di hadapan foto almarhum Sang Ibunda dan Istrinya.

"Rasa malu dan rasa bersalah saya, yang dulu beberapa kali memberikan kepercayaan dan jabatan kepadanya. Saya memohon ampun ke hadirat Allah, Tuhan Yang Maha Kuasa atas kesalahan saya itu," ujar SBY dalam konfrensi pers yang digelar di kediaman pribadinya, Puri Cikeas, Bogor, Jumat (5/3/2021).

Menurut SBY, banyak pihak merasa tidak percaya bahwa Moeldoko bersekongkol dengan orang dalam Partai Demokrat dan tega melakukan kudeta.

"Sebuah perebutan kepemimpinan yang tidak terpuji jauh dari sikap kesatria dan nilai-nilai moral. Dan hanya mendatangkan rasa malu, bagi perwira dan prajurit yang pernah bertugas di jajaran TNI," ujar SBY.

Sebelumnya Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) mengatakan, motif Moeldoko dalam merebut kepemimpinan partai tidak berubah.

"Memang sejak awal motif dan keterlibatan KSP Moeldoko tidak berubah," ucap AHY di kantor DPP Partai Demokrat, Jalan Proklamasi 41, Jakarta Pusat.

"Yaitu ingin mengambil alih kepemimpinan Partai Demokrat yang sah, menggunakan cara-cara inkonstitusional, serta jauh dari moral dan etika politik," imbuhnya.

Adapun keputusan Moeldoko sebagai Ketua Umum Demokrat periode 2021-2026 dibacakan oleh Jhoni Allen Marbun.

Pernyataan tersebut diiringi riuh para peserta KLB. Terlihat para peserta menyetujui dan meneriakkan kata setuju dengan hasil putusan tersebut.

Halaman
123
Sumber: Tribun Medan
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved