Sejarah Indonesia
Wanita Semua, Inilah Prajurit Elite Kerajaan Mataram yang Sangar dan Ditakuti Kolonial Belanda
Wanita Semua, Inilah Prajurit Elite Kerajaan Mataram yang Sangar dan Ditakuti Kolonial Belanda
TRIBUNJAMBI.COM - Hingga kini mungkin bisa dikatakan Indonesia tidak memiliki prajurit militer yang berisikan kelompok wanita.
Namun, tahukah Anda pada zaman kolonial banyak wanita-wanita perkasa yang mengabdikan dirinya sebagai pasukan militer.
Hal itu tercatat dalam buku Babad Dipanagara, An Account of te Break of Java War, yang menceritakan tentang prajurit elit wanita dari Mataram.
Seorang veteran perang Napoleon dibuat terkejut ketika melihat aksi para wanita perkasa ini, dalam kunjungannya ke Yogyakarta tahun 1809.
• Ramalan Zodiak Besok Rabu (29/7) - Pisces Kejutan Menyenangkan, Libra Selesaikan Urusan Lama
• Simak 3 Larangan yang Harus Dipatuhi Sesuai Ajaran Rasulullah SAW, Sebelum Merayakan Idul Adha
• Aturan dan Perbedaan 2 Macam Takbir di 10 Hari Pertama Dzulhijah, Penjelasan Ustaz Khalid Basalamah
• Komisi II DPRD Sarolangun Panggil Pihak PT APTP yang PHK 25 Security Tanpa Kejelasan
Veteran itu bernama Herman William Daendels, yang menjabat sebagai Gubernur Jenderal Hindia-Belanda.
Ia menyaksikan pertunjukkan turnamen perang-perangan yang diadakan di sana, dilakukan oleh 40 orang perempuan.
Perempuan perkasa itu beraksi sebagai sosok prajurit bukan hal biasa kala itu, terlebih mereka memiliki kemampuan luar biasa.
Pasalnya, pada saat itu, kemampuan bertarung luar biasa didominasi oleh kelompok pria saja.
• Coklit Pilkada di Kabupaten Tanjabbar Hampir 60 Persen, Petugas Datangi Warga Door to Door
• Inul Daratista Kaget Namanya Dicatut, Pelaku Modus Ngutang Sampai Rp 7 Jutaan
• Lowingan Kerja PT Chevron Lengkap Persyaratan, Kalau Diterima Gaji Rp 15 Jutaan
• Daftar Makanan yang Sebaiknya Dikonsumsi untuk Meningkatkan Sistem Daya Tahan Tubuh
Sementara itu, menurut beberapa catatan, ternyata beberapa kerajaan di nusantara juga memiliki prajurit yang diisi oleh sekelompok perempuan.
Mereka melakukan tugas, mulai dari menjaga kemanan keraton dan kerajaan dari ancaman musuh.
Peter Carey, profesor tamu Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia, dan Vincent Houben, guru besar sejarah modern Asia Tenggara di Humboldt Universitu Berlin.
Menceritakannya dalam bukunya berjudul Perempuan-Perempuan perkasa di Jawa Abad XVII-XIX.
Menulis tentang keraton mataram yang memiliki sejumlah pasukan tangguh berisikan wanita di lingkungan istana.
• Bagaimana Agar Bayi Tak Tertular Hepatitis dari Ibu Hamil Penderita Hepatitis?
• Menjadi Aktor yang Sukses, Ji Chang Wook Masih Berbelaja di Toserba Dua Hari Sekali
• Daftar Makanan yang Sebaiknya Dikonsumsi untuk Meningkatkan Sistem Daya Tahan Tubuh
• Mimi Maijal Wakili Unja di Pilmapres Nasional
Selain itu, laporan Francois Valentijn (1666-1727) seorang misionaris yang menyebutkan bahwa area keraton memiliki 10.000 perempuan bermukim.
Dari 10.000 perempuan ini, 3.000 di antaranya kebanyakan lanjut usia, mereka memiliki kewajiban mengurus gerbang masuk dan keluarnya istana.