Kisah Militer RI

Reaksi LB Moerdani ke Sintong saat Kopassus Nyaris Gagal Selamatkan Sandera di Thailand Gegara Ini

Reaksi LB Moerdani ke Sintong saat Kopassus Nyaris Gagal Selamatkan Sandera di Thailand Gegara Ini

Editor: Andreas Eko Prasetyo
histroria.id
Panglima ABRI Jenderal LB Moerdani bersama Komandan Kopasandha Brigjen Sintong Panjaitan. 

TRIBUNJAMBI.COM - Menjadi sosok penting dalam pembebasan sandera di tragedi Woyla yang terjadi di Thailand. Sintong Panjaitan menjadi pencetus keberhasilan Kopassus saat mengalahkan teroris.

Bahkan Sintong pula yang membuat nama Komando Pasukan Khusus (Kopassus) sampai buat dunia geger karena aksinya.

Namun siapa sangka, kala itu Sintong pun sempat mendapat kritikan tajam dari Leonardus Benny (LB) Moerdani.

Profil Satuan Elitnya Kopassus, Sat 81 Kopassus, Dulu Pernah Diisukan Sebagai Pemburu KKB Papua

Tak Pilih Jadi Terkenal Seperti Orangtuanya, Anak-anak Artis Ini Pilih Jadi Abdi Negara dan Kopassus

Kisah Rahasia Pisau Komando Kopassus

Komando Pasukan Khusus (Kopassus) pernah berjaya membebaskan sandera dari tangan 5 teroris di Pesawat DC 9 Woyla. Tapi, operasi pembebasan nyaris saja gagal gegara ada pergantian senjata.

Pesawat DC-9 Woyla milik maskapai penerbangan Garuda Indonesia dengan 48 penumpang ketika dalam penerbangan dari Bandara Kemayoran ke Bandara Polonia Medan dibajak oleh 5 teroris, pada 28 Maret 1981, .

Oleh kelima teroris pesawat sebenarnya akan diterbangkan menuju Lybia, negara yang pada tahun 1980-an berada di bawah pimpinan Presiden Moamar Kadhafi.

Download MP3 Lagu How You Like That - BLACKPINK, Tersedia Lengkap Sama Lirik Lagu dan Video Klipnya

Kanwil Kemenag Provinsi Jambi Toreh Prestasi dari Dua Karya Inovasi Ini

Sinergi KPK, OJK, Bank Jambi dan Pemda se-Provinsi Jambi Mencegah Gratifikasi Lewat Collection Fee

Sejarah Menara Air Benteng Dibangun Pada Jaman Penjajahan Belanda, Saksi Perjuangan Pejuang Jambi

Selain itu, jika sudah mendarat di Lybia, para teroris merasa lebih aman karena upaya militer Indonesia (ABRI) untuk melaksanakan operasi pembebasan sandera jadi makin sulit.

Mujur akhirnya pesawat mendarat di Bandara Don Muang, Bangkok, Thailand sehingga militer Indonesia bisa lebih leluasa melaksanakan operasi pembebasan sandera dengan cara mengirimkan pasukan khusus.

Tanggung jawab untuk mengirimkan pasukan khusus diberikan kepada Letkol Sintong Panjaitan yang menjabat sebagai Asisten 2/Operasi Komando Pasukan Sandi Yudha (Kopassanda/Kopassus).

Singkat cerita 30 personel pasukan antiteror dari Grup 4/Sandiyudha yang telah menyiapkan diri untuk melakukan operasi pembebasan sandera dikirim ke Thailand menggunakan pesawat DC-9 Garuda pada 30 Maret 1980.

Pohon Tua di Sekernan Tiba-tiba Tumbang, Pengendara Sempat Tertimpa Hingga Luka-luka

New Normal, Ace Berikan Solusi Aman dan Nyaman untuk Kebiasaan Baru

Komandan Tim Antiteror dipimpin oleh Letkol Sintong Panjaitan, dan disertai oleh tiga orang perwira menengah yang nantinya memimpin operasi di lapangan yakni, Mayor Sunarto, Mayor Isnoor, dan Mayor Subagyo HS.

Mengingat kasus pembajakan DC-9 Woyla sudah diberitakan secara internasional di seputar Bandara Dong Muang ternyata sudah penuh dengan aparat keamanan Thailand dan wartawan dari berbagai media massa.

Televisi nasional Thailand bahkan menyiarkan perkembangan penyanderaan secara langsung dan kamera televisi terus mengarah ke pesawat DC-9 Woyla yang dijaga ketat tentara Thailand dengan formasi melingkar.

Bukannya Sedih Karena Tak Sengaja Pecahkan Guci di Rumah, IRT Ini Malah Kegirangan Karena Hal Ini

Bacaan Niat Puasa Arafah & Tarwiyah, Puasa Sunah Sebelum Idul Adha, Amalan Penghapus Dosa Dua Tahun

Untuk menghindari tembakan nyasar jika terjadi tembak menembak dengan para pembajak yang bersenjata pistol dan granat tentara Thailand membentuk penjagaan pagar betis sehingga para awak media massa terbatasi gerakannya.

Pasukan antiteror Kopassus tiba di Don Muang pada 30 Maret 1981 dan pesawatnya langsung parkir dalam posisi tidak jauh dar DC-9 Woyla yang dibajak.

 Pendaftaran CPNS 2019 Dimulai 11 November Hari ini, Kabupaten Sarolangun Buka 193 Formasi

Semua pasukan antiteror segera melakukan konsolidasi dan persiapan operasi di bawah kendali Letkol Sintong.

Tapi Sintong ternyata tak mau semua anak buahnya stres dan kelelahan.

Oleh karena itu, ia keluar dari ruangan tempat anak buahnya istirahat dengan alasan ada yang memanggil.

Sintong juga bilang bahwa operasi pembebasan sandera dibatalkan dan semua pasukan sebaiknya tidur saja.

Mendadak Cut Syifa Minta Haico VDV Tak Salah Paham, Kesal Sama Peran Intan di Samudra Cinta

Padahal semua itu dilakukan oleh Sintong hanya berpura-pura agar semua anak buahnya yang sudah lelah dalam latihan bisa istirahat total dan besok dapat melakukan operasi pembebasan sandera secara optimal.

Semua pasukan antiteror yang `dikibuli' oleh komandannya sendiri itu pun tertidur lelap.

Pukul 02.00 dini hari (31 Maret 1980) semua pasukan antiteror tiba-tiba dibangunkan dan harus bersiap untuk melaksanakan operasi pembebasan sandera.

Intip Peruntungan 12 Zodiak Hari Ini, Capricorn Dapat Kejutan yang Menyenangkan, Bagaimana Zodiakmu?

Dalam kondisi segar karena cukup tidur semua pasukan bergerak menuju sasaran tapi dalam pergerakan santai tidak seperti pasukan komando agar tidak menarik perhatian.

Semua senjata pun tampak disembunyikan ketika para pasukan antiteror yang sedang membawa tangga untuk memasuki pintu pesawat malah berjalan lebih santai lagi.

Televisi nasional Thailand yang terus menerus memantau perkembangan di seputar pesawat yang dibajak malah berkomentar bahwa pergerakan semua pasukan antiteror seperti orang piknik (Sunday picnic).

Ini Data Sembilan Pasien Covid-19 Provinsi Jambi yang Dinyatakan Sembuh

Namun, ketika pasukan antiteror sudah berhasil mendobrak pintu dan masuk ke pesawat mereka pun berubah jadi pasukan yang ganas dan akhirnya sukses melumpuhkan penyandera serta membebaskan para sandera dalam hitungan menit.

Atas prestasi yang luar biasa itu, semua pasukan antiteror Kopassus mendapat penghargaan tertinggi dari negara, yakni medali Bintang Sakti.

Kronologi Pembebasan Sandera

TNI mengerahkan pasukan antiteror Kopassus di bawah komando tokoh Intelijen RI Mayjen TNI Benny Moerdani untuk melaksanakan operasi pembebasan sandera.

 Karena Ucapkan Kata-kata Rasis, Pria Ini Dibakar Hidup-hidup oleh Para Pendemo, Korban Sampai Kritis

Pesawat Garuda PK-BNJ Woyla yang dibajak.(Dok. Kompas)
Pesawat Garuda PK-BNJ Woyla yang dibajak.(Dok. Kompas) (kompas.com)

Tim pasukan antiteror yang dikomandani Kolonel Sintong Panjaitan kemudian melakukan berbagai latihan agar operasi pembebasan sandera berhasil dalam hitungan menit.

Pasalnya jika operasi pembebasan sandera berlangsung lama, misalnya lebih dari lima menit, para penyandera bisa memiliki waktu untuk melakukan perlawanan sehingga berakibat pada korban jiwa yang lebih besar.

Ketika sekitar 30 personel pasukan antiteror sedang latihan mereka menggunakan senapan serbu M16A1 buatan Amerika yang sudah sangat populer dalam Perang Vietnam.

Tapi senapan M16A1 sebenarnya kurang cocok untuk digunakan dalam pertempuran jarak dekat dan efek dari tembakan pelurunya pun bisa merusakkan pesawat.

Pasalnya tujuan operasi pembebasan sandera di pesawat DC-9 selain bertujuan menyelamatkan penumpangnya juga menyelamatkan pesawat agar bisa dioperasikan lagi.

 Kantor Imigrasi Kelas 1 TPI Jambi Gelar Immigration On Stage

Oleh karena itu Mayjen LB Moerdani kemudian menggantikan senapan M16A1 dengan senapan serbu H&K MP5 SD-2 buatan Jerman.

Senapan baru itu sangat cocok untuk pertempuran jarak dekat dan pelurunya yang dibuat secara khusus tidak akan merusak pesawat.

Tapi yang menjadi masalah pembagian MP5 dan pelurunya dilakukan mendadak ketika pasukan berada di dalam pesawat dan sudah bersiap di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta untuk bertolak ke Bangkok.

Merasa ragu ada yang tidak beres dengan MP5, apalagi semua pasukan antiteror belum pernah menggunakannya, Kolonel Sintong pun memberanikan diri minta ijin kepada Mayjen Benny untuk mencoba senjata.

Karena Pakai Jam Ini, Jessica Iskandar Akhirnya Tahu Bila sedang Mengidap Penyakit Serius

Mayjen Benny langsung sangat marah atas permintaan Kolonel Sintong karena merasa diremehkan.

Tapi ternyata uji coba penembakan MP5 diijinkan oleh Mayjen Benny meski pesawat sudah nyala mesinnya dan nyaris berangkat.

Mesin pesawat pun kemudian dimatikan dan sejumlah pasukan antiteror kemudian menembakkan MP5 ke arah tanggul yang menjadi penahan panas yang keluar dari knalpot (exhaust) pesawat.

Semua senapan MP5 yang masih terbilang baru itu ternyata macet ketika ditembakkan . Mayjen Benny pun terkejut bukan kepalang.

Pemerintah Indonesia Putuskan Hapus New Normal Usai Ramai Salah Diartikan, Ini Istilah Penggantinya

Mayjen Benny lalu memerintahkan ajudannya untuk mengambil peluru baru di kantornya yang berlokasi di Tebet, Jakarta dan hanya berjarak beberapa menit dari Lanud Halim.

Ketika peluru yang masih baru dicoba ternyata bisa meletus sempurna. Jadi penyebab kemacetan ternyata peluru yang semula dibagikan sudah kadaluwarsa.

Setelah semua pasukan antiteror mencoba semua senjatanya dan sukses , pesawat pun bertolak ke Bangkok dan tiba pada 30 Maret 1981.

Pada 31 Maret 1981 dini hari pasukan antiteror pun menyerbu pesawat DC-9 Woyla yang dibajak dan sukses membebaskan sandera sekaligus melumpuhkan 5 teroris dalam waktu tiga menit.

Namun yang pasti, jika Kolonel Sintong tidak memberanikan diri untuk mencoba menembakkan MP5, operasi pembebasan sandera bisa dipastikan gagal.

Panglima ABRI Jenderal LB Moerdani bersama Komandan Kopasandha Brigjen Sintong Panjaitan.
Panglima ABRI Jenderal LB Moerdani bersama Komandan Kopasandha Brigjen Sintong Panjaitan. (histroria.id)

Bakal Calon Bupati Tanjabbar Anwar Sadat Percaya akan Diusung PAN dan PKS

Pasalnya kelima pembajak bersenjata pistol dan granat tangan serta merupakan orang-orang terlatih dalam penggunaan senjata api.

(Sumber : Sintong Panjaitan Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando, Hendro Subroto, Penerbit Buku Kompas, 2009)

IKUTI KAMI DI INSTAGRAM:

Sumber: Tribun Jambi
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved