kesehatan
Masih dalam Suasana Lebaran, Memaafkan Memiliki Beragam Manfaat Kesehatan Loh
Memaafkan orang lain dapat melindungi diri dari depresi.Sifat pemaaf juga meningkatkan pemulihan kardiovaskular dari stres.
Hasil penelitian menunjukkan, meskipun sifat pemaaf tidak secara langsung berhubungan dengan reaktivitas kardiovaskular, sifat pemaaf yang lebih tinggi menurunkan tekanan darah diastolik di awal.
Hal ini mendorong pemulihan gangguan kesehatan lebih cepat.
Dengan demikian, para peneliti menyimpulkan bahwa tindakan memaafkan secara signifikan berperan dalam mengurangi tingkat tekanan darah.
Selain itu, sifat pemaaf juga meningkatkan pemulihan kardiovaskular dari stres.
Studi lain yang diterbitkan dalam Journal of American College of Cardiology juga mengungkapkan, menyimpan amarah dan permusuhan akan berisiko lebih tinggi terkena penyakit jantung koroner.
Penyakit jantung ini termasuk kondisi seperti serangan jantung, terutama di antara mereka yang memiliki riwayat penyakit.
Meningkatkan Kesehatan Mental
Sementara itu, sebuah studi dari university of Missouri mengungkapkan, memaafkan orang lain dapat melindungi diri dari depresi.
Studi ini meneliti orang dewasa lanjut usia dan ingin melihat bagaimana tindakan memaafkan mempengaruhi kesehatan mental dan depresi mereka, terutama jika para peserta merasa tidak dimaafkan orang lain.
Tim riset menggunakan data dari Religion, Aging, and Health Survey yang mencakup informasi sekitar 1.000 orang dewasa yang berusia lebih dari 67 tahun.
Para peneliti menemukan, wanita yang lebih tua secara khusus mendapat manfaat dari memaafkan orang lain.
Mereka cenderung depresi jika mereka mereka merasa tidak memaafkan dan dimaafkan orang lain.
Para peneliti menunjukkan, seiring bertambahnya usia, mereka cenderung lebih memaafkan orang lain.
Ternyata, bagi wanita setidaknya, refleksi dan pengampunan ini bermanfaat bagi kesehatan mental.
"Kedengarannya seperti superioritas moral," kata seorang penulis studi dan seorang profesor di Department of Human Development and Family Science University of Missouri, Christine Proulx.