Keindahannya Begitu Terkenal, Tapi Daerah Ini jadi Salah Satu Tingkat Pembunuhan Tertinggi di Dunia
Jamaika memang indah. Sayangnya di balik keindahan itu juga menjadi tempat yang sangat kejam, dengan salah satu tingkat pembunuhan tertinggi di dunia.
TRIBUNJAMBI.COM - Seorang fotografer Serbia Boogie yang tinggal di Amerika Serikat, menjadikan Negara Jamaika sebagai salah satu tempat favoritnya di dunia.
Jamaika memang indah. Sayangnya di balik keindahan itu juga menjadi tempat yang sangat kejam, dengan salah satu tingkat pembunuhan tertinggi di dunia.
Melansir vice.com, Boogie pergi ke Jamaika sekali untuk mengunjungi seorang teman istrinya dan terpesona oleh pulau itu. Terutama dengan Kingston dan daerah kumuhnya.
• Cemburu Tak Dapat Asimilasi, Ratusan Napi Mengamuk dan Bakar Fasilitas di Lapas Sorong Papua Barat
• Apa Itu Plasma Darah, Terapi yang Digunakan untuk Penyembuhan Pasien Virus Corona
Melalui suami dari teman istrinya, ia bertemu penduduk setempat yang membawanya ke Taman Tivoli, Mountain View, Trenchtown, dan Kota Denham, tempat Boogie mendokumentasikan kemiskinan dan kekerasan di lingkungan itu.
Karyanya dari Kingston diterbitkan dalam bukunya Wah Wah Dem, dari edisi Drago.
Bicara mengenai Jamaika, tempat itu banyak dikunjungi wisatawan untuk liburan.
Namun, di dalamnya juga menyimpan kejahatan yang membuat orang merinding hanya dengan mendengarnya saja.
• Menkes Diminta Mundur Karena Remehkan Covid-19, Jokowi Malah Puji Terawan, Najwa Shihab Setuju?
• Jadwal Imsak dan Sahur Jambi Puasa 1 Ramadhan 2020 (Jadwal Imsakiyah)
Melansir The Guardian, ibukota Jamaika, Kingston, terdapat gerombolan bersenjata, korupsi polisi dan ketidakpedulian politisi telah menciptakan kekacauan dan kekerasan kota.
Bahkan, pembunuhan terjadi di siang hari.
Dengan tingkat pembunuhan tahunan sekitar 1.500 kasus.
Dalam populasi kurang dari 3 juta, Jamaika adalah salah satu negara paling kejam di dunia, setara dengan Afrika Selatan dan Kolombia.
Pusat kota Kingston sendiri, kerap terjadi kekerasan politik dan geng.
Sehingga, untuk hidup di sana dibutuhkan mental yang paling kuat.
Banyak orang menunjukkan sikap berkuasa di Jamaika dengan memperlakukan rakyat yang tak berdaya di setiap kota kumuh dengan penuh kebrutalan.
Sejak kemerdekaan pada tahun 1962, sebuah sistem "clientism" telah berkembang.