Sejarah Indonesia

Soekarno Pernah Hampir Ciptakan Perang Dunia III Lewat 'Ganyang Malaysia', Tapi Digagalkan Soeharto

Soekarno Pernah Hampir Ciptakan Perang Dunia III Lewat 'Ganyang Malaysia', Tapi Digagalkan Soeharto

Editor: Andreas Eko Prasetyo
Dok. KOMPAS/Istimewa
Soeharto (kiri) dan Soekarno (kanan) 

TRIBUNJAMBI.COM - Sejarah pernah mencatat kisah Soekarno, Presiden Pertama Indonesia yang merasa geram dengan negara tetangga, Malaysia.

Kala itu Tahun 1964/1965, Bung Karno kembali menggelorakan semangat revolusioner bangsa Indonesia ke dalam konfrontasi yang akhirnya mengguncang dunia internasional.

Konfrontasi itu biasa kita kenal dengan operasi Ganyang Malaysia.

Pengaruh konfrontasi yang sudah menimbulkan korban jiwa itu tak hanya antara Indonesia-Malaysia, tapi juga sampai ke kancah politik dan stabilitasi internasional.

Cuma Sosok TNI Ini yang Berani Gebrak Meja Rumah Soeharto, Ternyata Dia Jenderal TNI Idolanya Ahok

Istri Soekarno, Ratna Sari Dewi Diberi Tiga Pilihan Mengejutkan oleh Soeharto Saat Tragedi G30 S PKI

Profesi Soeharto Saat Belum Jadi Jenderal TNI dan Presiden, Ternyata Pegawai Kantoran di Bank Desa

Bung Karno dan Tongkat yang selalu dibawanya
Bung Karno dan Tongkat yang selalu dibawanya (Tribun Jabar)

Infiltrasi militer dan gerilya ke wilayah Malaysia (Serawak) langsung mengaktifkan negara-negara persemakmuran Inggris seperti Australia, Inggris, Selandia Baru, India dan lainnya menurunkan ribuan pasukannya.

AS sendiri yang mempunyai perjanjian keamanan dengan Australia juga turut terlibat serius dan siap memberi bantuan militer.

Bagi AS, Indonesia yang saat itu cenderung berkiblat ke Blok Timur posisi posisi strategisnya jelas  akan mengancam Blok Barat.

Pandemi Covid-19, Odua Weston Jambi Hotel Tetap Buka, Bahkan Sediakan Layanan Delivery

8 Artis Ini Pilih Jadi PNS dan Tinggalkan Popularitas Dunia Hiburan, Ada yang Jadi Pejabat Tinggi

Kantor Dinas Perkim Sungai Penuh Digeledah, Penyidik Kejari Bawa Dokumen hingga 4 Karung

Apalagi saat itu, AS mulai berperang di Vietnam Selatan dan sekaligus berusaha keras membendung komunis Vietnam Utara yang didukung China serta Rusia.

Jika konfrontasi Indonesia-Malaysia yang dimotori Bung Karno  berubah menjadi perang terbuka, perang itu akan memicu Perang Dingin menjadi Perang Dunia Ketiga.

Tapi AS ternyata belum siap untuk itu dan berusaha menyelesaikan konfrontasi itu secara damai dengan melobi Bung Karno serta mengerahkan agen-agen CIA.

Akhirnya berkat peran Letjen Soeharto dan Kolonel LB Moerdani yang diam-diam melancarkan operasi intelijen konflik Malaysia-Indonesia bisa berakhir secara damai.

Keberhasilan Pak Harto itu bisa dikatakan telah mencegah PD III yang dipicu oleh Bung Karno.

Presiden Soerkarno dan Letjen Soeharto
Presiden Soerkarno dan Letjen Soeharto (ist)

Dua Kali Rapid Test Positif, Tiga Warga Sarolangun Dicurigai Terpapar Covid-19

Lawan Covid-19, MUI Tebo Imbau Masjid Sepanjang Jalan Lintas Tak Digunakan Ibadah Selama Ramadan

Luhut Binsar Pandjaitan, Anak dari Sopir Bus AKAP yang Menjelma Jadi Menteri Jokowi yang Serba Bisa

Ketahuan Minta Bayaran Rp 52 Juta untuk Sporadik, Mantan Kades Disidang Kasus Korupsi

Bung Karno saat itu memang sedang digambarkan sebagai pemimpin revolusioner yang ‘demam perang’.

Pasalnya setelah kemenangan tentara RI dalam Operasi Trikora, Bung Karno ingin berperang lagi demi mengganyang Malaysia kendati pasukan RI belum siap.

AS bahkan menggambarkan Bung Karno sebagai pemimpin negara yang sombong dan secara terang-terangan memusuhi AS.

Kekhawatiran atau ketakutan AS terhadap Indonesia makin meningkat ketika Bung Karno yang di dalam negeri makin dekat dengan PKI.

Sebaliknya dalam hubungan internasionalnya Bung Karno juga membangun poros Jakarta-Peking-Moskow, kekuatan komunis yang sangat berpotensi melemahkan pengaruh Barat.

Bobol Toko Mantan Majikan, Pria di Tasikmalaya Raih Ratusan Juta Buat Poya-poya Hingga Sewa PSK

Lihat Perempuan Mainkan Hp di Atas Motor, Ferdinan Nekat Mepet hingga Berakhir Begini

Anggota DPRD Muaro Jambi Jadi Terdakwa Korupsi Dana Bansos, Sidang Digelar Online

Jika Indonesia berhasil dikuasai oleh PKI dipastikan akan meminta jaminan keamanan kepada Moskow dan Peking.

Pasalnya pada tahun itu Indonesia sedang memiliki hubungan dekat dengan Uni Soviet (Rusia) dan jika terjadi peperangan antara Sekutu melawan Indonesia, Rusia pasti membantu.

Rusia mengincar Indonesia karena akan dijadikan sebagai pangkalan kapal selam, penimbunan logistik, dan mungkin saja tempat menaruh senjata nuklir.

Dalam tahap seperti itu hubungan antara Bung Karno dan AS betul-betul memburuk apalagi di dalam negeri demo anti AS makin gencar dan diwarnai perusakan terhadap properti AS di Jakarta.

Melihat kondisi yang makin tak menguntungkan itu pimpinan AS, Presiden Johnson tetap memiliki harapan positif.

VIDEO Satu PDP yang Meninggal di Garut Ternyata Positif Corona, Satu Kampung Akhirnya Diisolasi

Fakta tentang Kakek Susi Pudjiastuti, Haji Ireng dan Generasi Kelima Kaya Raya di Pangandaran

Ia memberikan komentar, "Tujuan utama kita masih tetap mengendarai badai yang panjang dengan pengurangan staf diplomatik di dalam suatu upaya bertaruh untuk jangka panjang pasca Soekarno."

Pada 30 September 1965 PKI melancarkan kudeta yang mengakibatkan gugurnya enam jenderal Angkatan Darat.

Pangkostrad Mayor Jenderal Soeharto kemudian mengambil alih tongkat komando AD mengingat Jenderal Ahmad Yani diyakini telah diculik.

Soeharto segera mengambil tindakan cepat. Dalam sehari situasi telah dipulihkan.

Pada tanggal 2 Oktober Bung Karno menyiarkan ke seluruh negeri bahwa dia sendiri yang memegang komando AD.

Bung Karno juga  telah mengangkat Jenderal Pranoto sebagai kepala administratif AD serta mengangkat Jenderal Soeharto untuk melakukan restorasi keamanan.

Lewat Surat Perintah 11 Maret, ia mengangkat Soeharto sebagai Panglima Kopkamtib yang bertugas mengembalikan keamanan dan ketertiban.

Kena Dampak Covid-19, Polres Muarojambi Buat Program Bantu Ojek Pangkalan

Susi Pudjiastuti Masak Tutut Buat Makan Malam, Yuk Simak Resep Sajian Tutut Bumbu Kuah Kuning!

Sejalan tuntutan rakyat, PKI pun dibubarkan disusul penangkapan anggota-anggotanya yang ternyata berlangsung bertahun-tahun.

Sejarah telah membuktikan ketika tahun 1967 Bung Karno berpidato untuk menyampaikan pertanggungjawaban terhadap peristiwa 30 September di dalam sidang istimewa, pidatonya ditolak oleh MPRS.

Selanjutnya Jenderal Soeharto diangkat sebagai pejabat presiden yang dikukuhkan oleh MRPS bulan Maret 1968.

Selama pemerintahan Orde Baru kiprah Bung Karno makin surut, terkucilkan, dan kemudian jatuh sakit.

Bung Karno akhirnya wafat pada tanggal 21 Juni 1970 di Wisma Yaso, Jakarta. Jenazahnya dikebumikan di Kota Blitar, Jawa Timur.

Wafatnya Bung Karno dan hancurnya komunis (PKI) di Indonesia sebenarnya merupakan kemenangan AS dan sebaliknya merupakan kekalahan bagi Moskow (Rusia) .

Detik-detik Petarung MMA Harvey Park Menang Dalam Kondisi Jari Tangan Putus, Simpson Terjengkang

Tata Cara dan Niat Mengerjakan Mandi Wajib Sebelum Puasa Ramadan 2020. Lengkap Dengan Doa

Apalagi Presiden Soeharto yang kemudian berkuasa ternyata sangat pro AS dan juga anti-Soekarno.

Segala sesuatu yang berbau Rusia pun secara perlahan hilang dari Indonesia karena dianggap identik dengan PKI.

Potensi konflik antara AS dan Rusia yang bisa memicu PD III pun berpindah tempat yakni di kawasan Semenanjung Korea dan Timur Tengah.

SUMBER: Intisari Online

IKUTI KAMI DI INSTAGRAM:

NONTON VIDEO TERBARU KAMI DI YOUTUBE:

IKUTI FANPAGE TRIBUN JAMBI DI FACEBOOK:

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved