Virus Corona
Petugas Medis di Italia Dihantui Rasa Trauma, Sudah 80 Dokter Meninggal Tangani Pasien COVID-19
Petugas Medis di Italia Dihantui Rasa Trauma, Sudah 80 Dokter Meninggal Tangani Pasien COVID-19
"Tentu saja secara psikologis kami terkena dampak, karena selain rekan kerja, kami adalah teman," katanya.
Di atas tekanan yang belum pernah terjadi sebelumnya di tempat kerja, staf sangat takut menularkan Virus ke keluarga mereka sehingga mereka merasa terisolasi di rumah.
"Kita semua memiliki kekhawatiran jika membawa penularan ke rumah kita," kata profesor itu.
"Kami hidup selama satu bulan terisolasi di rumah."
"Karena kami juga takut untuk mentransfer penularan kepada orang yang kita cintai," jelasnya.
"Jika menyatukan semua itu, beban kerja, kelelahan, kelelahan ... itu cukup menuntut secara psikologis," ungkapnya.
Ketika dokter dan perawat berjuang untuk menjaga pasien tetap hidup, mereka membawa rasa takut akan paparan Virus kepada mereka sendiri.
• Berkah di Tengah Pandemi Covid-19, Mainan Produksi Sunindo Ini Laris di Amerika Serikat
• Akhirnya PSBB Jakarta Disetujui Menkes Terawan, Anies Baswedan Pegang Kendali Penuh Tangani COVID-19
• Ajang MotoGP Seri Catalunya dan Italia 2020 Resmi Dibatalkan, Berikut Jadwal Perubahan Barunya

Dalam kunjungan ke satu dari enam rumah sakit khusus COVID-19 baru di Roma.
Terlihat rumah sakit belum pada puncak kapasitasnya, tetapi staf di Rumah Sakit sudah terlalu banyak bekerja.
Direktur kesehatan Antonino Marchese menunjukkan unit perawatan intensif dan mengatakan situasinya berat.
Tetapi ketika ia menggambarkan hari-hari tanpa henti dari 14 jam shift dan rasa takut tertular, jelas itu adalah deskripsi yang sederhana.
Mr Marchese mengatakan pekerjaannya saat ini seperti militer dalam memerang wabah Corona.
"Ini adalah pekerjaan yang kami lakukan dengan sangat sukarela, kami berusaha memberikan yang terbaik."
"Tentu dengan sangat hati-hati dan berusaha untuk tidak mencemari Virus ke diri sendiri."
"Terlepas dari semua tindakan pencegahan, pada awalnya tidak semua dari kita merasa kita harus berperilaku dengan cara yang ketat, seperti militer," tuturnya.
