Berita Nasional
Anggota KKB Mulai Banyak yang Menyerah, Aksi TNI Pernah Bikin Kelompok Separatis Papua Itu Keok
Anggota KKB Mulai Banyak yang Menyerah, Aksi TNI Pernah Bikin Kelompok Separatis Papua Itu Keok
“Tim Gabungan langsung melakukan penindakan dengan cara penghadangan mobil tersangka.
Selanjutnya, Tim Gabungan memberikan tembakan peringatan sebanyak 2 kali,” ungkap Kapolres Nabire.
Kapolres mengatakan setelah mendengar tembakan peringatan sebanyak 2 kali tersangka tidak menghiraukannya.
Dua orang rekan NM melarikan diri ke arah bukit.
Sedangkan NM melarikan diri ke arah semak-semak.
Tersangka NM dilumpuhkan Tim Gabungan dengan luka tembak bagian pinggang.
“NM meninggal dunia, karena luka tembak,” terang Kapolres Nabire.
Tim Gabungan berhasil menyita barang bukti dari tersangka berupa senjata laras panjang rakitan 1 pucuk, handphone 1 unit, amunisi 5.56 sebanyak 2 butir, KTP An. NM, Buku Tabungan Bank Papua AN. NM 2 buah, buku catatan 1 buah, Uang sebesar 500 ribu.
Sonny menjelaskan NM merupakan anggota KKB Papua dengan jabatan sebagai Komandan Operasi Umum di Wilayah MEPAGOO Kodap 29.
NM juga berperan sebagai penyuplai bahan makanan, senjata dan amunisi untuk KKB di Wilayah Intan Jaya.
“Untuk barang bukti telah diamankan di Polres Nabire guna dilakukan penyelidikan lebih lanjut.
Jenazah NM telah dimakamkan siang tadi oleh pihak keluarga,” kata Sonny.
• Tiga Desa dan Dusun di Muarojambi Masuk Area Black Spot, Daerah Tanpa Sinyal Provider
• Ini Penyebab Ratusan Peserta CPNS Batanghari Tak Lulus Tes SKD
• HEBOH! Foto Mesum Kades dan Bu Sekdes di NTT Tersebar Luas di WhatsApp
• Tangis Kapolresta Balikpapan Pecah, 6 Anak Jadi Yatim Piatu Dalam Sekejap
Artikel ini telah tayang di surya.co.id dengan judul Banyak Anggota KKB Papua Kembali ke NKRI, Memilih Menyerah dan Lihat Nasib Mereka Sekarang
Indonesia di Teror KKB Papua Sudah Sejak Presiden Soeharto, Namun Takluk Ditangan Sarwo Edhie Wibowo
TRIBUNJAMBI.COM - Indonesia yang diusik oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) Papua, ternyata bukan hanya di era Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Aksi teror kelompok kriminal bersenjata atau KKB Papua ternyata sudah ada semenjak pemerintahan presiden Soeharto.
Sekitar tahun 1964-1967, pimpinan KKB Papua yang terkenal saat itu adalah Lodewijk Mandatjan.
Lodewijk Mandatjan berhasil menghimpun kekuatan hingga 14.000 orang untuk melakukan teror.
Dilansir dari buku 'Sintong Panjaitan Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando' karya Hendro Subroto, KKB Papua Lodewijk Mandatjan melancarkan pemberontakan bermodal senapan-senapan tua peninggalan perang dunia 2.
Pada 28 Juli 1965, terjadi serangan ke asrama Yonif 641/ Cenderawasih Manokwari sehingga mengakibatkan tiga anggota TNI gugur dan empat lainnya luka-luka.
• Dipinang Amir Sakib, Faisal Alwi : Kita Tunggu Hasil Survei dan Keputusan DPP Golkar
• Jadwal Acara TV Lengkap Besok Kamis 27 Februari 2020, SCTV, Indosiar, TransTV, Trans7, GTV
• VIDEO : Ditanya Soal Solusi Banjir DKI Jakarta, Anies Baswedan: Masyarakat Waspada Saja
Pertempuran makin sengit saat RPKAD (sekarang Kopassus) ditugaskan untuk meredam pemberontakan KKB Papua saat itu.
Kurang lebih 50 prajurit RPKAD yang baru mendarat di Papua langsung ditugaskan untuk menggempur KKB Papua
50 prajurit RPKAD pimpinan Sintong Panjaitan itu langsung ditugaskan menyerbu KKB Papua tanpa sempat istirahat.

Aksi 50 prajurit RPKAD ini berawal saat salah satu pos koramil di Warmare diserbu oleh KKB Papua
Pos koramil itu hanya dipertahankan oleh enam orang anggota TNI, yang kemudian salah satunya gugur saat KKB Papua mengepung
Pasukan kopassus pimpinan Sintong Panjaitan tiba di Manokwari pada 6 Januari 1967, dan langsung diperintahkan untuk menggempur KKB Papua yang tengah mengepung pos koramil itu
50 prajurit RPKAD langsung berangkat dari Manokwari menuju Warmare menggunakan dua truk tanpa sempat istirahat
Dalam menghadapi KKB Papua di Warmare, pasukan kopassus bertempur secara frontal
KKB Papua pun berhasil dipukul mundur dari Warmare dan lima orang anggota TNI yang terkepung berhasil dibebaskan.
Meski berhasil dipukul mundur, teror KKB Papua masih berlanjut di hari-hari berikutnya.
• Cerita Mas Pur Tukang Ojek Pengkolan (TOP), Kisah Aslinya si Furry Setya Hampir Jadi Penjual Beras
• Kaget Lihat Razia, Pengunjung Tempat Hiburan Malam di Kota Jambi Ini Lari dan Malah Tabrak Petugas
• Butuh Biaya Sewa Pengacara Buat Bela Suami di Pengadilan, Seorang Ibu Muda Jadi Pengedar Sabu
Aksi teror KKB Papua pimpinan Lodewijk Mandatjan baru mereda setelah Sarwo Edhie Wibowo turun tangan.
Hal ini berawal saat Sarwo Edhie Wibowo menjabat sebagai panglima Kodam XVII/Tjendrawasih (1968-1970).
Sarwo Edhie Wibowo saat itu mau tak mau harus menghadapi sepak terjang KKB Papua pimpinan Lodewijk Mandatjan.
Dalam menghadapi aksi teror KKB Papua saat itu, Sarwo Edhie Wibowo memadukan operasi tempur dengan operasi non tempur.

Menurutnya, strategi non tempur digunakan lantaran ia menganggap para KKB Papua masih merupakan saudaranya sebangsa dan setanah air.
"Kalau pemberontak kita pukul terus menerus, mereka pasti hancur. Tetapi mereka adalah saudara-saudara kita. Baiklah mereka kita pukul, kemudian kita panggil agar mereka kembali ke pangkuan Ibu Pertiwi" kata Sarwo Edhie Wibowo dalam buku karya Hendro Subroto.
Untuk menghindari terjadi pertumpahan darah yang lebih banyak, Sarwo Edhie Wibowo memerintahkan melakukan penyebaran puluhan ribu pamflet yang berisi seruan agar KKB Papua kembali ke NKRI.
• Banyak Anggota KKB Menyerahkan Diri dan Kembali ke NKRI, Lihat Nasib Mereka Sekarang
• Hujan Datang, Warga Was-was Kebanjiran, Sungai Tembuku Dipenuhi Sampah dan Semak Belukar
• Video Vanessa Angel Pakai Daster Beri Kue Mewah untuk Bibi Ardiansyah, Banyak Uang Pecahan Rp50 Ribu
Sarwo Edhie Wibowo kemudian memberi tugas kepada perwira Kopassus Mayor Heru Sisnodo dan Sersan Mayor Udara John Saleky untuk menemui pimpinan KKB Papua yang bernama Lodewijk Mandatjan.
Tujuannya adalah membujuk agar Mandatjan beserta anak buahnya mau kembali lagi ke pangkuan NKRI.
Tanpa membawa senjata, Mayor Heru Sisnodo dan Sersan Mayor Udara John Saleky berjalan kaki memasuki hutan untuk menemui pimpinan KKB Papua itu.

Saat bertemu dengan Mandatjan, Mayor Heru Sisnodo berkata: "Bapak tidak usah takut. Saya anggota RPKAD (sekarang Kopassus). Komandan RPKAD yang ada di sini anak buah saya. Dia takut sama saya. Kalau bapak turun dari hutan, nanti RPKAD yang akan melindungi bapak."
Akhirnya, Mayor Heru Sisnodo dan Sersan Mayor Udara John Saleky berhasil meyakinkan Lodewijk Mandatjan dan anak buahnya.
Mandatjan beserta keluarga dan anak buahnya pun diantar turun ke Manokwari.
Saat bertemu dengan Mandatjan, Sintong Panjaitan berkata: "Bapak saya jamin, saya akan melindungi bapak dengan keluarga"
Pemberontakan KKB Papua pimpinan Lodewijk Mandatjan pun sebagian besar telah terselesaikan, Kopassus tinggal melakukan penyisiran untuk memburu sisa-sisa anggota KKB Papua lainnya
Dengan begitu, Sarwo Edhie Wibowo berhasil menerapkan strategi non tempurnya sehingga tak terjadi pertumpahan darah lebih banyak
• Ini Penyebab Ratusan Peserta CPNS Batanghari Tak Lulus Tes SKD
• HEBOH! Foto Mesum Kades dan Bu Sekdes di NTT Tersebar Luas di WhatsApp
• Tangis Kapolresta Balikpapan Pecah, 6 Anak Jadi Yatim Piatu Dalam Sekejap
Artikel ini telah tayang di surya.co.id dengan judul Teror KKB Papua di Era Soeharto, Berkekuatan 14 Ribu Orang Tapi Takluk Berkat Sarwo Edhie Wibowo
IKUTI KAMI DI INSTAGRAM:
NONTON VIDEO TERBARU KAMI DI YOUTUBE:
IKUTI FANPAGE TRIBUN JAMBI DI FACEBOOK: