Misteri Penjara Kuno di Bawah Bekas Hotel Novita Jambi, Tempat Hukuman Pencuri Perampok Sadis 1930
Ini dimulai 90 tahun lalu, pada 1930, saat Pemerintah Belanda membangun gedung strafgevangenis (penjara dalam bahasa Belanda) untuk menghukum...
Penulis: Teguh Suprayitno | Editor: Duanto AS
Jutaan pohon karet yang disiapkan untuk menggantikan ribuan hektare kebun lada.
• Pencuri Celana Dalam Via Vallen Ketahuan, Ukuran Badan Pedangdut Cantik Ini Pun Terungkap
• Siapa Sebenarnya Anak Didi Kempot? Bapak Patah Hati Beda Usia dengan Yan Vellia 15 Tahun
“Bibit itu dibagikan gratis pada masyarakat. Pokoknya yang mau nanam karet, kasih. Main kasih-kasih gitu bae,” kata penulis buku Jambi Dalam Sejarah itu.
Persaingan Portugis
Saat Jambi semakin berkembang, pada waktu yang sama, Portugis juga mengembangkan perkebunan karet di wilayah Malaka (sekarang Malaysia).
Di sana Portugis mampu memroduksi karet dengan skala besar.
Helfrich ingin menyaingi perkebunan karet di Malaka.
Memang kala itu perdagangan komoditas karet mendapat respon positif dari perdagangan dunia.
Awal abad 20, Inggris pun ikut mendekat dan mencampuri bisnis karet di Malaka.
Singapura yang sebelumnya dikuasai Belanda, beralih tangan ke Inggris.
Dan Belanda diberi Bengkulu sebagai daerah jajahan baru.
Pada 1920-an, masa Residen C.Portman, perdagangan karet di dunia mencapai puncak keemasan.
Belanda menerapkan sistem "kupon" untuk pembelian karet dari masyarakat.
“Jadi orang ditanya Belanda, kamu punya berapa banyak pohon karet? berapa hektare? Misal dijawab saya punya seribu batang, itu dapat berapa kupon. Bayarnya pakai kupon, baru nanti kuponnya ditukar dengan uang,” tutur Junaidi.
Dolar Jambi
Inggris menjadikan Singapura sebagai sentra perdagangan karet dari Malaka dan Jambi.
Dengan sistem dagang yang dimiliki Ingris, bisa dipastikan semua hasil perkebunan di Malaka dan Jambi masuk ke Singapura.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jambi/foto/bank/originals/ilustrasi-strafgevangenis-geheugen-van-nederland.jpg)