Berita Nasional
Bukan Ari Askhara, Ditangan Pria Ini Garuda Bangkit dari Keterpurukan, Minta 6 Jam Sehari Bekerja
Bukan Ari Askhara, Ditangan Pria Ini Garuda Bangkit dari Keterpurukan, Minta 6 Jam Sehari Bekerja
Selain itu, Garuda memiliki karyawan hampir 13.000.
Padahal kebutuhannya hanya sekitar 6.000 orang.
• 2020, DPRD Muarojambi Akan Bangun WC, Punya Anggaran Rp36 Miliar Untuk Ini
Banyak rute yang tidak produktif, sepi penumpang tetapi dibiarkan bertahun-tahun.
Citra pelayanannya buruk, sering delay tanpa pemberitahuan.
Sehingga Garuda diplesetkan sebagai "Garuda Always Reliable Until Delay Announced".
“Singkatnya, Garuda telah salah urus,” tulis Rhenald.
• Suasana Duka di Rumah Siswa SMA di Tanjabtim yang Bunuh Diri, Isi Curhat Terkait Pelajaran Sekolah
Menurut Roby Djohan dalam bukunya, "The Art of Turn Around", manajemen Garuda tidak pernah diurus secara profesional; pengangkatan CEO tidak berdasarkan keahlian manajerial, keputusan-keputusan strategis tidak diambil oleh direksi tapi oleh siapa saja dari Cendana, BPPT, Menteri Perhubungan, atau Menteri Keuangan.
Akibatnya, banyak kontrak aneh.
Misalnya, pesawat Airbus 330 disewa dengan harga 1,2 juta dolar padahal hasilnya paling tinggi 800 ribu dolar.
Belum lagi perilaku para direksi sebelumnya yang mencampuradukkan keperluan bisnis dengan keperluan pribadi.
• Saling Tatap Muka dengan Harimau, Marta Berhasil Tendang Mata Raja Hutan dan Ikut Diserang Lebah
Pada hari-hari pertama kerja, Robby disambut dengan demonstrasi karyawan Garuda.
Kepada mereka yang menamakan diri Tim Reformasi, Robby mengatakan, “Kesulitan utama memang adalah tidak adanya acceptance, karena organisasi seperti ini biasanya sudah dikuasai oleh establishment yang kuat. Sulit bagi mereka menerima seorang stranger yang dianggap belum tentu mampu dan jangan-jangan akan membubarkan establishment yang sudah dibangun. Tapi saya tidak mau mundur. Saya malah menyatakan bahwa Garuda sebenarnya sudah bangkrut dan saya di sini akan berusaha memperbaikinya."
Robby meminta Tim Reformasi atau serikat pekerja tidak ikut campur soal manajemen.
Soal kesejahteraan diselesaikan bersama.
Tim Reformasi akhirnya tak terdengar lagi.