Hari Disabilitas Internasional

Kisah Sriyono - Guru PAUD Penyandang Disabilitas dari Blora yang Awalnya Kerap Ditolak

"Ditolak sebagai guru mungkin karena saya seorang cacat," ujar Sriyono yang merupakan seorang penyandang disabilitas yakni tunadaksa.

Editor: Suci Rahayu PK
Dok. Sriyono Abdul Qohar
Sriyono Abdul Qohar sedang mengajar anak-anak usia dini. Sriyono merupakan guru PAUD disabilitas asal Blora, Jawa Tengah yang mendapatkan penghargaan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dengan kategori penyandang cacat peduli PAUD. Ia mendirikan dan mengajar di PAUD Gembira Ria di Blora. 

Kisah Sriyono - Guru PAUD Penyandang Disabilitas dari Blora yang Awalnya Kerap Ditolak

TRIBUNJAMBI.COM - Sriyono Abdul Qohar (35) sempat merasa putus asa saat melamar menjadi guru di berbagai sekolah di Blora, Jawa Tengah sejak lulus dari D2 STAIM Blora tahun 2005.

Ia telah melamar untuk menjadi guru mulai dari sekolah dasar (SD), madrasah ibtidaiyah (MI), madrasah tsanawiyah (MTs) baik sekolah negeri maupun swasta.

"Ditolak sebagai guru mungkin karena saya seorang cacat," ujar Sriyono yang merupakan seorang penyandang disabilitas yakni tunadaksa.

Sekitar empat tahun lamanya ia melamar ke sekolah-sekolah.

Informasi lowongan guru ia dapatkan dari rekan-rekannya dan penolakan pun selalu ia dapatkan.

Sriyono Abdul Qohar (35) guru PAUD disabilitas asal Blora, Jawa Tengah mendapatkan penghargaan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dengan kategori penyandang cacat peduli PAUD. Ia mendirikan dan mengajar di PAUD Gembira Ria di Blora.(Dok. Sriyono Abdul Qohar)
Sriyono Abdul Qohar (35) guru PAUD disabilitas asal Blora, Jawa Tengah mendapatkan penghargaan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dengan kategori penyandang cacat peduli PAUD. Ia mendirikan dan mengajar di PAUD Gembira Ria di Blora.(Dok. Sriyono Abdul Qohar) ()

"Padahal sekolah waktu itu saya tahu butuh guru," tambahnya.

Pihak sekolah yang ia lamar, menurutnya, menolak dengan alasan posisi guru sudah tak ada. Namun, ia tak patah semangat.

PAUD Gembira Ria

Gagal melamar menjadi guru, ia melanjutkan S1 STAIM Blora lulus tahun 2009.

Di tahun 2008, Sriyono terpikir mendirikan sekolah. Awalnya Sriyono mendapatkan informasi seorang bidan desa pada tahun 2008.

Tahun itu, menurutnya, pemerintah pusat sedang mencanangkan program sekolah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).

Ia kemudian mencari informasi tentang pendirian sekolah PAUD.

Pada tahun ajaran 2008/2009, Sriyono membuat sekolah PAUD dengan mengundang serta mengumpulkan orang tua di sekitar rumahnya yang mempunyai anak usia PAUD.

"Alhamdulillah mereka peduli dan menyekolahkan anaknya pada waktu hanya berjumlah 23 anak kemudian mengajukan proposal ijin sekolah PAUD, tepat tgl 1 November 2009 sudah berijin dari Diknas Kabupaten Blora," ujarnya.

Halaman
1234
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved