Hari Disabilitas Internasional
Kisah Sriyono - Guru PAUD Penyandang Disabilitas dari Blora yang Awalnya Kerap Ditolak
"Ditolak sebagai guru mungkin karena saya seorang cacat," ujar Sriyono yang merupakan seorang penyandang disabilitas yakni tunadaksa.
Ia terus mengajar di PAUD Gembira Ria dengan bantuan semangat dari istrinya.
Sriyono mengaku suka berinteraksi dengan anak-anak.
"Anak-anak selalu menyambut saya. Saya kangen saja kalau gak masuk. 2-3 hari pasti ditanyakan ke mana," ujar Sriyono.
Ia bermimpi untuk mendirikan PAUD inklusi untuk disabilitas.
Menurutnya, orangtua yang memiliki anak usia dini dengan status disabilitas akan malu untuk menyekolahkan anaknya.
"Saya ingin memotivasi orangtua agar anaknya tetap di sekolah PAUD," tambah Sriyono.

• Diresmikan Gubernur Fachrori, RTH Taman Anggrek Sri Soedewi Bisa Dinikmati Gratis
• Reaksi Ketika Mempelai Wanita undang Semua Mantannya ke Pernikahan, Begini yang Terjadi Selanjutnya
Raih penghargaan PAUD
Selama ia mengajar, muridnya tergolong beragam. Ia pernah mendapatkan murid disabilitas seperti tuna rungu, hiperaktif, dan tuna wicara.
Sriyono adalah salah satu potret guru penyandang disabilitas yang terus mengabdi untuk dunia pendidikan di Indonesia selama 10 tahun terakhir.
Terlahir sebagai seorang tuna daksa, ia berprinsip untuk terus berjalan meskipun orang lain berkata apapun.
"Ini pembuktian bagi saya, difabel bisa mengajar walaupun di sekolah PAUD," kata Sriyono.
Sriyono bersama Tutik Isyani dari Boyolali mendapatkan penghargaan Kategori Penyandang Cacat Peduli PAUD pada Rabu (6/11/2019) lalu di Jakarta.
Penghargaan diberikan langsung Direktur Pembinaan PAUD Muhammad Hasbi.
"Saya sangat bangga dan senang bisa memberikan kontribusi kepada Indonesia di dunia pendidikan PAUD terkhusus buat teman-teman disabilitas indonesia untuk tetap berkarya," kata Sriyono.
Ia menyebutkan keterbatasan tidak menghalangi untuk berkarya sesuai kemampuan yang dimiliki walaupun sekecil apapun.