Kisah Militer RI
KISAH Heroik Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto yang Lolos dari Maut Saat Drop Pasukan di Papua
TRIBUNJAMBI.COM - Ada fakta menarik yang barangkali tidak diketahui banyak orang, di balik profil gagahnya Panglima TNI
Ketika pada tahun 1974 militer Spanyol memutuskan untuk mengoperasikan pesawat angkut ringan CASA C-212, pesawat yang diproduksi oleh Aviocar itu ternyata menjadi perhatian dunia.
Oleh militer Spanyol CASA yang dijagokan untuk mengganti pesawat transport dari era PD II tersebut sukses diterbangkan untuk operasi penerjunan pasukan, dropping logistik dan ambulan udara serta mampu menjangkau wilayah-wilayah terpencil.
Pendaratan CASA ke pulau-pulau terpencil yang umumnya memiliki landasan udara yang pendek bisa dilakukan berkat kemampuan Short Take off and Landing (STOL) dan mesin turbopropnya.
Teknologi STOL yang dimiliki CASA memungkin pesawat transport yang sanggup mengangkut maksimal 28 penumpang itu bisa lepas landas dan mendarat pada landasan sepanjang 500 meter saja.
Sementara mesin CASA yang digerakkan oleh gas turbin bisa diperkecil energinya sehingga memungkinkan lepas landas pada jarak pendek.

Mesin turboprop yang ‘’dijinakkan’’ baling-baling memang berbeda dibanding mesin turbojet yang memerlukan landasan panjang untuk proses lepas landas dan mendarat.
Pesawat CASA yang kemudian dikembangkan ke berbagai varian pun tidak hanya diminati oleh militer Spanyol karena militer dari sejumlah negara lain juga turut mengoperasikannya.
Sejumlah negara yang mengoperasikan CASA bahkan merupakan kampiun dalam industri pesawat terbang seperti AS, Perancis, dan Swedia.
CASA yang dioperasikan oleh militer AS lazim disebut sebagai C-41 dan merupakan varian CASA-400 yang dilengkapi berbagai peralatan dan mesin lebih canggih.
Pada awal operasional pesawat berbadan kotak dan memiliki sayap tinggi itu oleh militer Spanyol memang bukan dioperasikan sebagai pesawat penyerang melainkan transport untuk jarak pendek.
Kemampuan terbangnya pun terbatas dan kabinnya tidak memiliki sistem tekanan udara sehinga CASA hanya bisa terbang pada ketinggian maksimal 3000 m.
Tapi dalam perkembangan berikutnya seperti CASA-212-300 telah mengalami up grade pada pergantian mesin, dan blade rotor yang terbuat dari komposit sehingga tahan peluru.