Kisah Militer RI

KISAH Heroik Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto yang Lolos dari Maut Saat Drop Pasukan di Papua

TRIBUNJAMBI.COM - Ada fakta menarik yang barangkali tidak diketahui banyak orang, di balik profil gagahnya Panglima TNI

Editor: ridwan
ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/wsj
Menteri Pertahanan Prabowo Subianto (kanan) membalas hormat Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto (kiri) usai acara serah terima jabatan di gedung Kementerian Pertahanan, Jakarta, Kamis (24/10/2019). Prabowo Subianto menjabat sebagai Menteri Pertahanan dalam kabinet Indonesia Maju periode 2019-2024. 

Ketika pada tahun 1974 militer Spanyol memutuskan untuk mengoperasikan pesawat angkut ringan CASA C-212, pesawat yang diproduksi oleh Aviocar itu ternyata menjadi perhatian dunia. 

Baca Juga: Berani Sewa PA dengan Bayaran Rp 13 Juta, Inilah Pria yang Turut Terciduk Sekamar dengan Mantan Putri Pariwisata Indonesia Tersebut, Ternyata Bukan Orang Sembarangan

Oleh militer Spanyol CASA yang dijagokan untuk mengganti pesawat transport dari era PD II tersebut sukses diterbangkan  untuk operasi penerjunan pasukan, dropping logistik dan ambulan udara serta mampu menjangkau wilayah-wilayah terpencil. 

Pendaratan CASA ke pulau-pulau terpencil yang umumnya memiliki landasan udara yang pendek bisa dilakukan berkat kemampuan Short Take off and Landing (STOL) dan mesin turbopropnya. 

Teknologi STOL yang dimiliki CASA memungkin pesawat transport yang sanggup mengangkut maksimal 28 penumpang itu bisa lepas landas dan mendarat pada landasan sepanjang 500 meter saja. 

Sementara mesin CASA yang digerakkan oleh gas turbin bisa diperkecil energinya  sehingga memungkinkan lepas landas  pada jarak pendek. 

Baca Juga: Kejam, Seorang Wanita di India Tega Siram Pacaranya dengan Air Keras Hingga Matanya Melepuh, Alasannya Sang Pria Menolak Saat Diajak Nikah Setelah Pacaran Selama 6 Bulan

Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto memberikan keterangan kepada wartawan di Dermaga JICT 2 Pelabuh
kompas.com
Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto memberikan keterangan kepada wartawan di Dermaga JICT 2 Pelabuh

Mesin turboprop yang ‘’dijinakkan’’ baling-baling memang  berbeda dibanding mesin turbojet yang memerlukan landasan panjang untuk proses lepas landas dan mendarat. 

Pesawat CASA yang kemudian dikembangkan ke berbagai varian  pun tidak hanya diminati oleh militer Spanyol karena militer dari sejumlah negara lain juga  turut mengoperasikannya. 

Sejumlah negara yang mengoperasikan CASA bahkan merupakan kampiun dalam industri pesawat terbang seperti AS, Perancis, dan Swedia. 

Baca Juga: Srikandi TNI AD di Medan Dianiaya Orang Tak Dikenal, Berani Serang Saat Sang Perwira Selesai Belanja, Diduga Orang Suruhan dengan Motif Balas Dendam

CASA yang dioperasikan oleh militer AS lazim disebut sebagai C-41 dan merupakan varian CASA-400 yang dilengkapi berbagai peralatan dan mesin lebih canggih. 

Pada awal operasional pesawat berbadan kotak dan memiliki sayap tinggi itu oleh militer Spanyol memang bukan dioperasikan sebagai pesawat penyerang melainkan transport untuk jarak pendek. 

Kemampuan terbangnya pun  terbatas dan kabinnya tidak memiliki sistem tekanan udara sehinga CASA hanya bisa terbang pada ketinggian maksimal 3000 m. 

Tapi dalam perkembangan berikutnya seperti CASA-212-300 telah mengalami up grade pada  pergantian mesin, dan blade rotor yang terbuat dari komposit sehingga tahan peluru.

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved