Berita Jambi

Dialog Cagar Budaya, Iskandar Mulia: Cagar Budaya Adalah Titipan yang Harus Diwariskan ke Anak Cucu

Dialog Cagar Budaya, Iskandar Mulia: Cagar Budaya Adalah Titipan yang Harus Diwariskan ke Anak Cucu

Penulis: Nurlailis | Editor: Andreas Eko Prasetyo
Tribunjambi.com/Nurlailis
Dialog Cagar Budaya di Mal Jamtos, Selasa (29/10/2019) (Tribunjambi.com/Nurlailis) 

Dialog Cagar Budaya, Iskandar Mulia: Cagar Budaya Adalah Titipan yang Harus Diwariskan ke Anak Cucu

TRIBUNJAMBI.COM, JAMBI
Dialog cagar budaya yang membahas pelestarian dan tantangannya berlangsung di Jambi town square (Jamtos), Selasa (29/10).

Kegiatan ini diselenggarakan oleh BPCB dalam rangkaian Pemeran Cagar Budaya Pantai Timur Sumatera yang telah terselenggara sejak 25 Oktober 2019.

Pembicara dalam dialog ini adalah Kepala BPCB Jambi, Iskandar mulia siregar, Budi Wiyana, Kepala badan arkeologi (Kabalar) Sumatera Selatan dan tim ahli cagar budaya (TACB) DKI Jakarta, Gatot Ghautama.

BPCB Jambi Gelar Pameran Cagar Budaya Pantai Timur Sumatera di Jamtos, Lestari Untuk Bersama

Cagar Budaya Pantai Timur, Jadi Tontonan Pengunjung, BPCB Gelar Pameran di Mall Jamtos

VIDEO: Beragam Cagar Budaya Jambi di Pameran Hari Pendidikan, Ditampilkan oleh BPCB

Kepala BPCB Jambi, Iskandar Mulia Siregar menyampaikan beberapa tantangan cagar budaya diantaranya tenaga kerja terbatas, dana terbatas serta daerah yang luas sehingga butuh bantuan dari masyarakat.

Akan lebih bagus menurutnya jika instansi terkait di pemerintahan bekerjasama.

Dibutuhkan juga teknologi baru untuk pemugaran karena semakin lama semakin butuh teknologi yang memadai.

Dialog Cagar Budaya yang terselenggara di Mal Jamtos, Selasa (29/10/2019)
Dialog Cagar Budaya yang terselenggara di Mal Jamtos, Selasa (29/10/2019) (Tribunjambi.com/Nurlailis)

"Semoga makin banyak masyarakat yang tau pentingnya cagar budaya karena itu adalah titipan yang harus diwariskan ke anak cucu kita," ungkapnya.

Budi Wiyana, Kabalar Sumsel menyampaikan di daerah Sumatera Selatan beberapa waktu lalu terjadi penggalian liar akibat kebakaran hutan. Hal ini menjadi tantangan juga bagi badan arkeologi disana.

Masyarakat disana tidak tahu bahayanya penggalian liar. Mereka menyebutnya harta karun.

Wak Ojak, Aktif Perkenalkan Kopi Robusta Muaro Bungo yang Miliki Citarasa Khas

Beragam Alat Tangkap Ikan Tradisional Dipamerkan Museum Siginjei Jambi

Lukah Gilo Tarian dari Desa Baru, Muaro Sebo, Antara Cerita Mistis dan Hiburan Anak-anak

Dialog Cagar Budaya di Mal Jamtos, Selasa (29/10/2019) (Tribunjambi.com/Nurlailis)
Dialog Cagar Budaya di Mal Jamtos, Selasa (29/10/2019) (Tribunjambi.com/Nurlailis) (Tribunjambi.com/Nurlailis)

"Kalau Ada kebakaran hutan akan diikuti dengan penggalian liar karena memunculkan situs-situs. Biasanya ini siklus empat tahunan. Kemarin kami meminta bantuan dari beberapa pihak seperti aparat keamanan agar tidak terjadi penggalian liar lagi," ujarnya.

Ia menyampaikan penggalian liar sudah ada sejak 1985.

2015 setelah kebakaran yang masiv itu juga terjadi. Lahan gambut yang kebakaran membuat temuan-temuan muncul kepermukaan.

Berdasarkan pengalaman pihaknya penggalian liar disebabkan seperti faktor ekonomi.

Masyarakat disana kalau sudah menemukan maka informasi akan menyebar. Itu cukup merepotkan untuk menghalau mereka.

Kondisi Kolam BBI di Dendang, Ini Saran Wabub Tanjab Timur untuk Dinas Perikanan

Pasca Kemarau Panjang, Kondisi 7 Kolam Milik BBI di Dendang, Tanjab Timur Memprihatinkan

Pejabat Vatikan dari NTT Beri Pesan, Mewujudkan Perdamaian Bak Melempar Kerikil ke Telaga

Menimbang Wilayah dan Jumlah Penduduk, Pemkot Jambi Godok Naskah Akademis, Bakal Ada Kelurahan Baru

Hari Oeang RI Ke-73, Perwakilan Kementerian Keuangan Provinsi Jambi Gelar Seminar

"Yang kami lakukan sosialisasi ke masyarakat karena faktor ekonomi mereka mengira itu harta karun padahal itu ada sanksi hukumnya. Sengaja mencari itu dilarang kecuali tidak sengaja menemukan. Itu harus segera dilaporkan," paparnya.

Ia juga mengatakan pentingnya sinergisitas antara BPCB, Balai dan museum karena saling keterkaitan.

TACB DKI Jakarta, Gatot Ghautama menyampaikan nilai sejarah dan arsitektur memiliki nilai budaya memperkuat kepribadian bangsa.

Tarian Lukah Gilo, yang dimainkan anak-anak
Tarian Lukah Gilo, yang dimainkan anak-anak dalam acara Pemeran Cagar Budaya Pantai Timur Sumatera (Tribunjambi/Nurlailis)

BPCB Jambi pernah jadi pionir konservasi kayu di lahan basah tahun 1995-1997 yang hasilnya ada di museum Siginjai.

Mengenai etika pelestarian ia mengatakan sedang dibuat di Jakarta, kemungkinan tahun depan sudah bisa terbit.

"Kalau etika publikasi untuk cagar budaya tertentu kita tidak bisa menyebutkan siapa pemiliknya untuk masalah keamanan. Cukup jelaskan bendanya saja. Untuk mempublikasikan sesuatu tentunya tidak boleh hoax dan tidak boleh mencontek," pungkasnya. (Lai)

IKUTI KAMI DI INSTAGRAM:

NONTON VIDEO TEBARU KAMI DI YOUTUBE:

IKUTI FANPAGE TRIBUN JAMBI DI FACEBOOK:

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved