UKM
Wak Ojad, Aktif Perkenalkan Kopi Robusta Muaro Bungo yang Miliki Citarasa Khas
Wak Ojad, Aktif Perkenalkan Kopi Robusta Muaro Bungo yang Miliki citarasa khas
Penulis: Fitri Amalia | Editor: Deni Satria Budi
Wak Ojak, Aktif Perkenalkan Kopi Robusta Muaro Bungo yang Miliki Citarasa Khas
TRIBUNJAMBI.COM, JAMBI - Adalah Wak Ojad, panggilan akrab Ojak Sudrajad, Owner Kopi Kcik di Muara Bungo, satu di antara pecinta kopi yang aktif memperkenalkan kopi Robusta asal Bungo.
Wak Ojak mulai tertarik dan mengkonsumsi kopi single original dari tahun 2012. Mulai dari kopi Gayo Aceh, Kintamani, Wamena, kopi Kerinci, dia membeli secara online dan beragam jenis kopi membuat makin dia tertarik. Dari kecil pria berdarah Kerinci ini terbiasa dengan kopi.
"Saya beli alat seduh kopi sederhana dan kemana mana saya bawa itu Grinder, moca pot, kompor kecil dan biji kopi, seiring waktu tahun 2015 saya ketemu dengan teman teman yang punya passion yang sama, saling sharing dan akhirnya menginisiasi komunitas kopi Bungo Coffee Corner (BCC)," katanya Selasa (29/10/2019).
• Buah Bungur Diracik Jadi Kopi dan Teh, Ternyata Ini Khasiatnya, Produk Unggulan Warga Legok, Jambi
• Lukah Gilo Tarian dari Desa Baru, Muaro Sebo, Antara Cerita Mistis dan Hiburan Anak-anak
• Kopi Arabika Kerinci, Tembus Pasar Eropa, Setahun Bisa Produksi 500 Ton
Bersama lima inisiator BCC, yakni dirinya, Kevin David, Paiman Budi Setiawan, Derry, dan Ardiansyah memperkenalkan kopi Robusta Bungo, member BCC sendiri baru 60 orang.
Setelah BCC diresmikan pada tahun 2016, Wak Ojak dan kawan kawan mulai bergerak menjalankan misi, yakni mengangkat kopi lokal Muara Bungo agar terkenal secara nasional. Karena banyak orang yang hanya mengenal Arabika Kerinci, Robusta Merangin dan Liberika Tungkal.
Bersama dengan Kafeinisme Micro Roastery, dia telah mengeluarkan produk brand pribadi yakni Kopi Wak Ojak berbahan kopi Robusta Muara Bungo.
Wak Ojak mengatakan, Muara Bungo sendiri memiliki potensi kopi yang cukup besar sekitar 2000 hektar yang dimiliki petani. Sayangnya, belum ada pengolahan kopi secara profesional di sana.

Kopi Robusta Muara Bungo memiliki rasa unik khas layaknya Arabika, selain rasa pahit Robusta Muara Bungo memiliki rasa asam, ada rasa seperti coklat, ada manis manisnya bahkan ada satu produk limited dari Kafeinisme yang diberi nama madu lindur yang luar biasa enak.
"Jadi kami melakukan edukasi di hulu ke para petani, baru satu orang petani yang baru bisa kita ajak dan menghasilkan kopi single original berkualitas, kita bisa lihat dari penjualan yang biasanya hanya Rp 14- 18 ribu perkilogram, paling tinggi Rp 20 ribu per kilogram, dengan edukasi dan proses pengolahan kopi yang benar petani dapat meningkatkan harga jual Rp 38-50 ribu perkilogram," jelas Wak Ojak saat ditemui pada kegiatan Seminar Keuangan KPPN Jambi.
Beragam proses pengolahan kopi mulai dari full wash, natural, Honey itu yang kita edukasikan pada petani, tetapi karena petani yang masih mengadopsi pola lama gerak BCC terbatas.
"Keterbatasannya adalah petani di sana masih mengadopsi pola lama, jadi petani menjual ketika berbuah, kopi itu masih di pohon udah di jual ke orang," tutur pria yang juga bekerja sebagai PNS Kementerian Keuangan ini.
Dia mengatakan, kopi telah menjadi gaya hidup masyarakat saat ini terutama milenial, generasi Z hingga profesional bangga nongkrong di kedai kopi. Tetapi Wak Ojak secara pribadi prihatin jika banyak orang lebih memilih kedai kopi branded asal luar, kebanggaan meminum kopi lokal masih kurang.
"Makanya kami udah komunitas terus mencoba memperkenalkan khususnya kopi robusta muara bungo, kami setiap minggu pagi kayak ngelapak gitu di depan rumah Dinas Bupati dan di depan KPPN Bungo, mengedukasi dan memperkenalkan ke masyarakat Kopi Robusta Bungo," ucapnya.
Dia dan juga dua orang temannya juga membuka kedai kopi yang diberi nama Kopi Kcik dan sudah empat bulan kedai kopi tersebut berjalan. Dan dalam proses mendirikan UKM dan mengeluarkan produk lokal bran Kopi Wak Ojak dan satu brand lokal yang saat ini dipersiapkan untuk menjadi kejutan untuk pecinta kopi.