Buzzer Istana Beraksi? Blak-blakan Trik Manipulasi Trending Twitter dan Facebook (2)
Pengamat media sosial Enda Nasution menjelaskan buzzer adalah akun-akun di media sosial yang tidak mempunyai reputasi untuk dipertaruhkan.
Buzzer dan influencer berperan dalam memengaruhi opini publik dalam bersikap terhadap topik tertentu.
Di bidang komersial, ujung pembentukan opini adalah keputusan konsumen untuk membeli produk tertentu.
Di bidang politik, pembentukan opini berujung pada pilihan juga dukungan atas calon atau isu tertentu.
Mencari influencer dan buzzer
Di era kampanye digital, jasa influencer dan buzzer dijalankan secara profesional.
Awkarin misalnya, punya A Team yang mengurus kerja sama dan bisnisnya.
Begitu pula Atta Halilintar dengan AHHA Management-nya.
Para influencer ini biasanya ada di database agensi komunikasi atau periklanan.
Tinggal dipilih dan dikontak mana yang sesuai untuk kampanye brand klien mereka.
Sama seperti influencer, buzzer yang biasanya tak membuka identitas mereka, juga bisa dikontak untuk mempromosikan produk atau opini tertentu.
Bahkan, ada platform seperti sociabuzz.com dan buzzohero.com yang bisa menghubungkan brand langsung dengan para buzzer atau influencer.
Di sana, tersedia rate card atau tarif jasa mereka serta statistik akun sosial media mereka.
Mulai dari jumlah follower hingga engagement rate.
Di luar jalur-jalur terbuka ini, kampanye juga bisa dijalankan dengan memanfaatkan pasar gelap media sosial.
Jasa jual beli follower misalnya, menawarkan harga mulai dari Rp. 20.000 untuk 100 follower yang diklaim aktif.