Jumlah Penderita ISPA Capai 1 Juta, di Jambi 63 Ribu Penderita Akibat Kabut Asap yang Kian Pekat!

Akibat kebakaran hutan dan lahan (karhutla), jumlah penderita Infeksi Saluran Pernapasan Akut atau ISPA hingga September mencapai 919.516 orang

Editor:
Tribunjambi/Aldino
Jambi dilanda kabut asap, anak-anak sebaikanya mengenakan masker saat berada di luar ruangan. 

 TRIBUNJAMBI.COMAkibat kebakaran hutan dan lahan (karhutla), jumlah penderita Infeksi Saluran Pernapasan Akut atau ISPA hingga September mencapai 919.516 orang.

Jumlah penderita ISPA ini terus meningkat seiring kabut asap yang masih terjadi di sejumlah daerah terdampak karhutla.

Hal ini diungkapkan oleh Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Agus Wibowo di Gedung BNPB, Jakarta.

Baca: Sebenarnya Vape Miliki Dampak Buruk Bagi Kesehatan, Tapi Kenapa Banyak Peminatnya?

Baca: Pembangunan Sirkuit Suwarnadipa Nusantara Masuk 95 Persen, Ini Kata Pemilik Arena Jimmy Syamsudin

Baca: Begini Perubahan Klasemen Liga 1 2019, Usai Persija Jakarta dan Persib Bandung Menang Hari Ini!

"Posisi jumlah penderita ISPA ini angka penjumlahan, kita bisa lihat akumulatif Februari sampai September 919.516 orang," ungkap Agus, dikutip dari Kompas.com, Senin (23/9/2019).

Penderita ISPA tersebar di enam provinsi yakni di Riau, Sumatera Selatan, Jambi, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Selatan.

Dilansir Kompas.com, Sumatera Selatan menjadi provinsi yang penduduknya paling banyak menderita ISPA.

Sebanyak 291.807 orang di Sumatera Selatan menderita ISPA.

Selanjutnya disusul oleh Riau, penderita ISPA sebanyak 275.793 orang.

Kemudian, Jambi dengan jumlah penderita ISPA 63.554 orang.

Sementara itu, jumlah penderita ISPA di Kalimantan Barat mencapai 180.695 orang.

Penderita ISPA di Kalimantan Selatan mencapai 67.293 orang.

Adapun penderita ISPA di Kalimantan Tengah berjumlah 40.374 orang.

Agus Wibowo juga mengatakan terdapat korban meninggal akibat ISPA.

"Korban ISPA meninggal kami baru melihat satu, Asmara, anggota Manggala Agni yang di Jambi meninggal waktu operasi pemadaman itu," kata Agus.

Baca: Kabut Asap tak Kunjung Lenyap, Kantor Pemerintahan & Sekolah di Kota Jambi, Diminta untuk Buat Ini

Baca: SELEKSI ASN 2019 Dibuka Oktober 2019, Yuk Intip Kisi-kisi dan Bocoran Soal Seleksi CPNS 2019!

Baca: Jual Togel dan Minum di Warung Tuak, Andreas Jadi Terdakwa di Pengadilan Negeri Jambi

Selain itu, orangutan juga terkena ISPA akibat kabut asap di Sumatera dan Kalimantan.

Dikutip dari Kompas.com, Senin (23/9/2019), Jamartin Sihite, Ketua Yayasan Borneo Orangutan Survival (BOS) mengatakan hingga saat ini sudah ada 37 orangutan di yayasannya terkena penyakit infkesi saluran pernapasan atas (ISPA).

Dari jumlah tersebut, sebanyak 31 di antaranya adalah orangutan muda berusia di bawah empat tahun.

"Sudah sekitar tiga bulan terpapar kabut asap. Kalau manusia bisa pakai masker, tapi kalau orangutan kan tidak bisa. Jadi tidak heran kalau mereka sakit, DNA-nya hampir sama, penyakitnya juga sama dengan manusia," ujar Jamartin dilansir Deutsche Welle Indonesia.

Dampak kabut asap dari kebakaran hutan dan lahan (karhutla) juga mengancam eksistensi satwa hutan di Indonesia.

Dikutip dari Kompas.com, Senin (23/9/2019), Directur Policy dan Advocacy WWF-Indonesia, Aditya Bayunanda, pendekatan per spesies hewan di suatu daerah bisa dikatakan mengkhawatirkan.

 

"Satwa yang terancam agak sulit datanya, karena mungkin kita lihat dari konteks habitat. Misal gajah di Sumatera terancam karena habitatnya juga sedang terancam," ujar Aditya.

Baca: Korban Kekerasan Terhadap Perempuan & Anak Bakal Punya Rumah Aman, P2TP2A Muarojambi Juga Minta Ini

Baca: Akhirnya, Hujan Deras Mengguyur di Kecamatan Pemayung, Kabupaten Batanghari

Baca: Usai Konflik Dengan Via Vallen, Musisi Jerinx SID Ribut Dengan Nikita Mirzani, Ada Apa Sebenarnya?

Dirinya menjelaskan bahwa ancaman terbesar spesies endemik bukanlah perburuan melainkan habitatnya.

Akibat adanya kebakaran hutan dan lahan, akan menambah ancaman bagi satwa untuk bertahan, jika habitat mereka juga dilahap oleh api dan terbakar.

Sementara itu, dikutip dari Kompas.com, pemerintah Provinsi Riau menetapkan status tanggap darurat terkait kebakaran hutan dan lahan yang melanda wilayah mereka.

"Ada dua (provinsi) ya, Kalteng (Kalimantan Tengah) sama Riau. Riau hari ini, Kalteng udah minggu kemarin ya," ujar Agus Wibowo, seperti dikutip dari Kompas.com.

Agus mengatakan, status tanggap darurat menunjukkan bahwa pemerintah daerah setempat tengah fokus menangani kebakaran hutan dan lahan yang melanda wilayahnya.

Agus menjelaskan bahwa status kebencanaan terbagi menjadi tiga.

Baca: Ridwan Kamil Ubah Nama Bandara Kertajati Jadi Bandara Internasional Bj Habibie, Anji Manji: Gas Kang

Baca: Perjalanan Timnas U-16 Indonesia Menuju Piala Asia U-16 2020, Mampukah Tebus Kegagalan di 2018?

Baca: 9 Bulan TPP Tenaga TU Sekolah di Sarolangun Tidak Cair, Ini Penjelasan BKPSDM

 

Pertama, status siap siaga yang menandakan pemerintah daerah mengantisipasi terjadinya bencana.

Kedua, tanggap darurat yang berarti pemerintah daerah tengah menangani bencana.

Ketiga, transisi dari tanggap darurat ke pemulihan yang artinya pemerintah daerah berfokus upaya rehabilitasi dan rekontruksi.

"Kemarin siap-siap mencegahnya. Kalau ini bukan mencegah lagi, tapi mengatasi yang memang sudah jadi bencana bagi masyarakat di dua provinsi tadi," ujar Agus.

Seperti yang diberitakan, kabut asap yang melanda Riau, Sumatera Selatan, Jambi, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Barat membuat masyarakat terkena dampak.

Mulai dari pusing, sesak napas, iritasi mata, atau muntah-muntah.

(TRIBUNNEWSWIKI/Afitria Cika)

Sumber: TribunnewsWiki
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved