Tak Miliki Anggaran, DLH Tanjab Barat Kesulitan Pantau Tingkat Pencemaran Udara Akibat Karhutla
Kabut asap menyelimuti Kota Kuala Tungkal, tetapi kualitas udara akibat kebakaran hutan dan lahan tersebut tidak diketahui.
Penulis: Darwin Sijabat | Editor: Teguh Suprayitno
Tak Miliki Anggaran, DLH Tanjab Barat Kesulitan Pantau Tingkat Pencemaran Udara Akibat Karhutla
TRIBUNJAMBI.COM, KUALA TUNGKAL - Kabut asap menyelimuti Kota Kuala Tungkal, tetapi kualitas udara akibat kebakaran hutan dan lahan tersebut tidak diketahui.
Kabupaten Tanjung Jabung Barat khususnya Kota Kuala Tungkal kembali dikepung asap yang berasal dari kebakaran hutan dan lahan. Namun tingkat polusi apakah masih aman atau berbahaya belum diketahui.
Pantauan Tribunjambi.com di sekitaran Sungai Pengabuan, tepatnya di atas Water Front City (Wfc) Kuala Tungkal kabut asap juga menyelimuti sungai. Jika dipandang, kabut asap tebal dilihat ke arah laut atau Tanjung Jabung Timur.
Namun, kualitas udara akibat dari kabut asap tersebut belum dapat diketahui. Sebab alat pengukur kualitas udara tidak dimiliki oleh Dinas Lingkungan Hidup Tanjab Barat.
Baca: Satlantas Polres Sarolangun Tilang Ratusan Kendaraan, Pengendara Motor Mendominasi
Baca: Bungo Punya Sirkuit Swaranadwipa Nusantara, Digadang-gadang Terbaik se Indonesia
Baca: Kebakaran Lahan, Sakwan Imbau Perusahaan dan Warga Sarolangun Jaga Lahan Masing-masing
Baca: Antisipasi Kemarau, PDAM Tirta Batanghari Keruk Sungai Batanghari di Tiga Lokasi
Baca: Kabut Asap di Sarolangun Belum Membahayakan, DLH akan Uji Kualitas Udara di 2 Lokasi Lagi
Atas kondisi alam yang tidak bersahabat tersebut, Dinas Lingkungan Hidup Tanjab Barat mengakui adanya kabut asap yang menyelimuti langit Kuala Tungkal. Hanya saja pihaknya mengakui tidak memiliki alat pengukur tersebut.
Dikarenakan harga yang sangat mahal itu menyebabkan tidak adanya alat pemantauan seperti di daerah lain. Sehingga pemantauan secara langsung terakhir dilakukan hanya pada bulan Mei lalu.
"Kondisi saat ini kita tidak pantau, dana tidak ada. Pemantauan terakhir pada bulan Mei kemarin. Harga alat itu mencapai Rp 16 miliar," katanya.
Meskipun dilanda kabut asap, Suparjo mengatakan jika kualitas udara di Tanjab Barat masih dalam kategori bagus.
Kendati demikian, pihaknya mengimbau masyarakat untuk dapat mengurangi aktivitas di luar rumah. Imbauan itu hususnya pagi hari, sebab udara saat itu masih melekat diembun.
"Kurangi aktivitas di luar rumah, terutama di pagi hari hingga pukul 09.00 WIB. Karena saat itu kabut asap masih melekelat di embun," ungkapnya.
Selanjutnya, upaya yang dilakukan pihaknya pun dengan segera akan membagikan masker kepada masyarakat secara gratis.
Sementara itu, Sekretaris BPBD Tanjab Barat Suprapto menyebutkan jika kabut asap yang menyelimuti Tanjab Barat akibat kebakaran lahan di Kecamatan Betara dan kabut asap kiriman dari kebakaran yang terjadi di Kabupaten Indragiri Hilir, Riau.
"Saat ini tim kita masih turun ke lapangan untuk melakukan pemadaman di Betara. Semoga pemadaman bisa selesai secepat mungkin agar kondisi kembali normal," katanya singkat.
Adapun luasan lahan yang terbakar di Kabupaten Tanjung Jabung Barat seluas 211,32 hektar dari Januari hingga 31 Agustus 2019.
Baca: BREAKING NEWS, Periksa Tanah Bekas Galian,Warga Mayang, Jambi, Temukan Sesuatu yang Dibungkus Daster
Baca: Gara-gara Selingkuh Dengan Istri Orang, Pemuda Ini Didenda Rp 30 Juta Deadline Seminggu!
Baca: Kapolresta Jambi: Ayo Kanti Kanti Kito Kenalkan Batik Jambi di Kancah Nasional
Baca: Dua Terdakwa Pembunuhan Kades Dusun Sekampil Dikepung Keluarga Korban, Sempat Lontarkan Umpatan