Konflik Buaya dan Warga di Jambi Cukup Tinggi, Ini Penyebabnya
Sejak Januari hingga Agustus 2019, Balai Konservasi Sumber Daya Alam Jambi mencatat delapan kasus konflik melibatkan manusia dengan buaya.
Penulis: Dedy Nurdin | Editor: Teguh Suprayitno
Konflik Buaya dan Warga di Jambi Cukup Tinggi, Ini Penyebabnya
TRIBUNJAMBI.COM, JAMBI - Konflik antara manusia dengan Buaya di wilayah Provinsi Jambi ditahun 2019 ini cukup tinggi hal ini disampaikan Hefa Edison Tim Penanggulangan Konflik Satwa Liar Balai KSDA Jambi.
Sejak Januari hingga Agustus 2019, Balai Konservasi Sumber Daya Alam Jambi mencatat delapan kasus konflik melibatkan manusia dengan buaya.
Bahkan yang terakhir di hari Sabtu (9/8/2019) konflik antara manusia dengan buaya berujung dengan ditembak buaya senyulong di Desa Teluk Kuali, Kecamantan Tebo Ulu, Kabupaten Tebo.
"Ada delapan kasus sepanjang tahun 2019, ini termasuk tinggi," kata Hefa Edison dikonfirmasi via telpon seluler pada Selasa (13/9/2019) malam kemarin.
Namun ia menyebut tak semua kasus itu berujung pada kematian warga maupun buaya. Namun, kemunculan buaya di sepanjang aliran anak Sungai Batanghari belakangan cukup intens terjadi.
Baca: Miris, Tak Hanya Tulang, Warga Tebo Temukan Ini di Dalam Perut Buaya Senyulong Berusia 30 Tahun
Baca: Rahma Tewas Bersimbah Darah di Kebun, Polisi Menduga Pelaku Adalah Suaminya
Baca: Satu Orang Meninggal Dua Terluka, Begini Kronologi Babi Hutan Serang Warga Pedung Semurup di Kerinci
Baca: Setengah Paket Sabu Diganti Garam, Arisman Tertawa di Persidangan
Baca: Marak Masalah Dana Desa, Wabup Bungo Imbau Kepala OPD Tak Anti Wartawan
Hal ini dikarenakan Sungai Batanghari memang selama ini menjadi habitat buaya, terutama jenis senyulong yang masuk kategori terancam punah oleh IUCN.
Selain itu, Hefa menilai ada perubahan pola prilaku pada satwa jenis buaya tak terlepas dari pengaruh lingkungan dan aktifitas manusia.
Seperti penangkapan ikan dengan strum maupun penggunaan racun dalam proses pencarian ikan oleh nelayan.
"Setrum, putas memang tidak secara langsung membunuh buaya tapi ini mempengaruhi pola prilaku buaya di sungai," ujarnya.
Aktifitas pencarian ikan dengan cara strum dan penggunaan putas membuat buaya yang terpapar menjadi stres. "Ini lah yang kemudian membuat buaya lebih agresif," katanya.
"Kita berharap agar jangan lagi ada kasus pembunuhan buaya. Bila memang resah laporkan ke kami. Harus di ingat juga bahwa Sungai Batanghari merupakan habitat buaya senyulong, bahkan yang tidak disangka di hulu Sungai Batanghari ditemukan buaya muara," pungkasnya.