Kisah Militer RI
Bermodalkan Bawang Putih dan Kain Putih,30 Kopassus Pukul Mundur 3000 Pemberontak Kongo
TRIBUNJAMBI.COM - Pasukan elite TNI-AD alias Komando Pasukan Khusus (Kopassus) memiliki kemampuan
TRIBUNJAMBI.COM - Pasukan elite TNI-AD alias Komando Pasukan Khusus (Kopassus) memiliki kemampuan yang tidak bisa dianggap enteng.
Kopassus menjadi salah satu pasukan elit yang paling berbahaya di dunia.
Salah satu prestasi Kopassus adalah berhasil mengalahkan pemberontak Kongo.
Strategi Kopassus kalahkan ribuan pemberontak Kongo memang kisah yang cukup fenomenal, yang menunjukkan kecerdikan pasukan baret merah andalan TNI.
Baca: Lulus Seleksi Al Azhar Tapi Tak Punya Uang, Niat Anak Jambi Kuliah di Mesir Terancam Pupus
Hal ini lantaran tim Kopassus kala itu hanya menggunakan strategi sederhana yang membuat ribuan pemberontak Kongo menyerah tanpa adanya baku tembak
Kesuksesan misi kopassus kala itu menunjukkan kalau Kopassus tak hanya ahli dalam bertempur, tapi juga ahli dalam mengatur strategi
Dilansir dari Kompas.com dalam artikel 'Dari RPKAD ke Kopassus, Ini Perjalanan Pasukan Baret Merah TNI AD', Kopassus saat itu jadi bagian dari Kontingen Garuda III di Kongo 1962-1963.
Baca: Siaran Langsung SCTV! Live Streaming Liverpool vs Chelsea Piala Super Eropa via Vidio.com & TSB 1
Kala itu, Kongo tengah dilanda konflik mencekam akibat adanya pemberontak.
Suatu ketika markas pasukan Garuda III diserang para pemberontak yang merasa terusik terhadap kehadiran pasukan Garuda III.
Sekitar 2000 pemberontak menyerang secara tiba-tiba markas Garuda III yang hanya dihuni 300 orang.
Baku tembak yang cukup sengit membuat sejumlah pasukan Garuda III mengalami cedera ringan.
Menjelang subuh, para pemberontak pun menghentikan serangannya.
Baca: Inilah 3 Sosok Pengibar Bendera Merah Putih Pertama, saat Proklamasi Kemerdekaan RI 17 Agustus 1945
Namun, pasukan Garuda III justru tak tinggal diam, 30 anggota Kopassus pun diturunkan menjadi tim paling depan.
Pagi hari, 30 anggota Kopassus ini memulai perjalanan menuju lembah mematikan, disebut 'no man's land' atau kawasan tak bertuan di atas kekuasaan pemberontak.
30 anggota Kopassus ini menyamar menjadi warga Kongo dengan membawa bakul sayuran, kambing, dan sapi.
Mereka berjalan menyusuri danau. Setelah matahari terbenam, mereka memantapkan strategi penyerangan sambil beristirahat di tepi danau.
Baca: Sempat 2x Ditolak, Preman Terminal jadi Perwira Kopassus: Letkol Untung Pranoto 17x Naik Pangkat
Strategi cerdik Kopassus pun dilakukan tanpa diawali gempuran bom.
Tepat pukul 12 malam, mereka membungkus diri menggunakan kain putih di atas kapal hitam.
Kain putih itu pun melayang-layang terterpa angin malam.
Semerbak bawang putih tercium dari sosok mereka yang melayang-layang bak hantu gentayangan.
Mereka sengaja menyamar menjadi hantu untuk menundukkan pasukan pemberontak itu.
Baca: Tak Bisa Santai, Bawaslu Kota Jambi Ditagih Laporan Divisi
Pasalnya, pemberontak itu percaya dan sangat takut pada hantu putih.
Hal itulah yang dimanfaatkan anggota Kopassus untuk memberikan serangan ampuh.
Terbukti, saat 'hantu putih' itu mendekat menerobos pintu masuk, para pemberontak gemetar ketakutan.
Dalam waktu 30 menit saja, markas pemberontak pun terkuasai. Sebanyak 3.000 pemberontak menyerah tanpa adanya baku tembak.
Memang terlihat mustahil, Panglima PBB Kongo Letjen Kadebe Ngeso pun seakan tak percaya dengan strategi cerdik prajurit Kopassus itu.
Baca: Kursi Wakil Ketua Dewan Milik Demokrat untuk Burhanuddin Mahir
Kehebatan prajurit Kopassus di kancah internasional juga sempat dikisahkan saat KTT ASEAN ke-13 tahun 1987
Saat itu pemerintah Indonesia mengirimkan pasukan TNI untuk turut mengamankan konferensi tersebut, bahkan Kopassus sampai menyamar sebagai paspampres Filipina
Sepanjang tahun 1980-1987an negara Filipina tengah dirundung konflik hebat.
Saat itu, banyak kudeta dan pemberontak separatis yang mengancam pemerintahan Filipina
Baca: Karena Kabut Asap, Lomba 17 Agustus di Kota Jambi Terancam Ditunda
Masih di tahun yang sama, Filipina malah kena giliran menjadi tuan rumah Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN ke-3
Itu artinya, para pemimpin-pemimpin negara di Asia Tenggara akan bertemu di Manila.
Namun, keadaan keamanan Filipina yang masih rawan tak menentu membuat para pemimpin ASEAN enggan menghadiri pertemuan tersebut dengan alasan keselamatan
Dilansir dari buku 'Jejak Langkah Pak Harto: 16 Maret 1983 - 11 Maret 1988', Indonesia sebagai salah satu 'tetua' ASEAN kemudian mengambil inisiatif.
Baca: Marak Masalah Dana Desa, Wabup Bungo Imbau Kepala OPD Tak Anti Wartawan
Presiden Soeharto yang kala itu masih memimpin, kemudian memerintahkan Jenderal L.B Moerdani untuk mengamankan jalannya KTT ASEAN ke-3 di Filipina.
TNI bersiap melaksanakan arahan Soeharto, mereka kemudian membentuk Gugus Tugas pengamanan KTT ASEAN dengan melibatkan semua matra laut, udara dan darat.
Maka, bertolaklah gugus tugas TNI ke Filipina, dari TNI AL dikerahkan fregat KRI Zakarias Yohannes-332 dan KRI Sorong-911.
Marinir juga tak mau ketinggalan, dua batalyon disiagakan di Teluk Manila dan siap siaga melancarkan operasi pendaratan amfibi memasuki Manila jika diperintahkan.
Baca: Ini 10 Penyakit Paling Banyak Serang Warga Bungo, 20 Ribu Orang Terserang ISPA
Dari TNI AU disiagakan jet tempur A-4 Skyhawk bermuatan bom Mk.82 untuk berjaga-jaga membom para pengacau jika menganggu jalannya KTT.
TNI AU mempersiapkan pula ambulans udara dadakan dalam pesawat angkut C-130 Hercules untuk pertolongan medis sewaktu-waktu.
Dari TNI AD, satu tim dari Kopassus tiba di Filipina dua pekan sebelum KTT berlangsung
Tim Kopassus itu awalnya bertugas melatih para pengawal presiden (Paspampres) Filipina.
Baca: Jembatan Sungai Batang Merao Runtuh, Warga Lubang Kerinci Kaget Dengar Suara Keras Habis Magrib
Setelah menjalani pelatihan singkat, performa dan kemampuan para pengawal presiden Filipina dinilai kurang mumpuni.
Mau tak mau tim Kopassus malah diterjunkan langsung untuk memberikan pengawalan ketat kepada presiden Filipina, Corazon Aquino.
Akhirnya, tim Kopassus ini menyamar menjadi Paspampres Filipina dengan mengenakan pakaian tradisional Barong Tagalog.
Baca: Dua Pelaku Pembakaran Lahan di Tanjab Timur Ditangkap, Warga Sadu Terancam 10 Tahun Penjara
Selain itu tim Kopassus ini ditugaskan pula menjaga para pemimpin ASEAN lainnya di hotel mereka menginap.
Bukan hanya militer Indonesia saja yang mengirim pasukannya untuk suksesnya KTT.
Angkatan perang Singapura dan negara ASEAN lainnya juga mengirimkan kekuatan militernya namun tetap komando teratas dipegang oleh TNI.
Ketatnya pengamanan KTT ASEAN ke-13 Filipina membuat para pemimpin anggota ASEAN lainnya berbuah pikiran, mereka kemudian memastikan bakal hadir dalam KTT.
Baca: Ariel NOAH Akui Tak Mudah Mencari Pengganti Uki
KTT ASEAN ke-13 Filipina kemudian berjalan sukses dan lancar tanpa kendala, berkat pengamanan yang dilakukan TNI beserta angkatan perang negara lainnya.
Hal ini juga menunjukkan dukungan Indonesia kepada Corazon sebagai presiden resmi Filipina dari bayang-bayang ancaman kudeta dan pemberontakan. (Putra Dewangga)
Artikel ini telah tayang di surya.co.id dengan judul Strategi Cerdik Kopassus Bikin Ribuan Pemberontak Kongo Gemetar Takut, Menyerah Tanpa Baku Tembak