Berita Muarojambi
Penampakan Dampak Stopel Batubara, Kesehatan Warga Desa Muara Jambi, Mulai Terancam
Penampakan Dampak Stopel Batubara, Kesehatan Warga Desa Muara Jambi, Mulai Terancam
Penulis: Samsul Bahri | Editor: Deni Satria Budi
Penampakan Dampak Stopel Batubara, Kesehatan Warga Desa Muara Jambi, Mulai Terancam
TRIBUNJAMBI.COM, SENGETI - Kesehatan masyarakat di Desa Muara Jambi, perlahan mulai terancam. Bahkan, kekhawatiran itu telah di rasakan sejak 2017 silam.
Hal ini merupakan dampak dari debu batubara dari stopel di seberang Desa Muara Jambi, yang beterbangan mengarah ke desa setempat.
Terlebih saat-saat musim kemarau dengan angin yang cukup kencang, membuat debu-debu dari batu bara sampai ke rumah masyarakat sekitar.
Baca: GEMPA 7,4 SR GUNCANG JAKARTA, Warga Berhamburan ke Luar Rumah, BMKG Ingatkan Potensi Tsunami
Baca: ESDM Jambi Sebut Reklamasi Tambang Batubara di Jambi Masih Minim
Baca: 18 Wilayah Ini Berpotensi Terkena Tsunami dari Gempa Banten 7,2 SR Malam Ini, Ini Kata BMKG
Bujang, yang memiliki rumah tepat berada di belakang stopel batubara tersebut betul-betul merasakan dampaknya.
"Ini sudah lamo sebenarnyo, lah dari 2017 an lah. Kalau bangun pagi tu, debu nempel di lantai rumah kito ni. Rato pokoknyo lantai ini dengan debu tu, itam warnonyo," jelas Bujang, kepada Tribunjambi.com, Jumat (2/8/2019).
Menurut Bujang, setiap jam, istrinya selalu menyapu lantai yang terkena debu batubara. Kegiatan stopel batubara yang berada di seberang sungai dikatakan Bujang, beraktifitas mulai dari sekitar pukul 08.00 WIB sampai dengan 22.00 WIB.

"Paling berhentinyo jam-jam istirahat makan. Kalau hari jam-jam 10 pagi kan angin kencang, itu debunyo terbang nampak di kito, rumah-rumah sini pokoknyo rato-rato bedebu," ungkap Bujang.
Dengan kondisi seperti itu, Bujang mengaku mengkhawatirkan kondisi anaknya yang masih kecil.
Apalagi saat ini bilang Bujang, sudah banyak masyarakat yang merasakan batuk, sesak nafas dan mata perih, akibat dari debu batubara.
Baca: Gempa Banten Hari Ini, Peringatan Dini Tsunami Dari BMKG Belum Dicabut Untuk Wilayah Ini
Baca: Jadwal Seleksi CPNS 2019 Dimulai Oktober Ini, Pemprov Jambi Belum Siap dengan e-Formasi
Baca: GEMPA 7,4 SR Guncang Banten, Bengkulu, Jabar Hingga Lampung, Bepotensi Tsunami
"Kalau sekarang tu, batuk, nafas dak tahan kalau ngirup udara ni. Samo mato yang perih. Anak-anak yang kito kasiannyo, apolagi anak-anak SD yang dekat sini. Yang pakai masker enak, yang dak pakek masker itu kito kasiannyo. Apolagi kalau ado anak kecil kayak sayo ni," beber Bujang.
Bujang menyebutkan bahwa bersama dengan masyarakat lainnya telah berbicara dengan masyarakat setempat yang bekerja di stopel batubara tersebut.
"Ado tetanggo dekat sini kan kerjo di situ. Kito minta sampaikan keluhan kito ke pengawasnyo. Kalau biso tu siang jangan beroperasi, apolagi musim kemarau kek gini. Angin kencang debu tu terbang," sebut Bujang.

Hanya saja kata Bujang, setelah disampaikan ke pengawas stopel, aktivitas di siang hari masih terus berjalan.
Hal senada juga disampaikan Mastur, warga setempat yang juga merasakan dampak dari debu batubara.