Kisah Militer RI

Bermula dari Pasukan yang Dihina di Thailand, Tercetus Pasukan Ganas Sat 81 Kopassus oleh Sosok Ini

Bermula dari Pasukan yang Dihina di Thailand, Tercetus Pasukan Ganas Sat-81 Kopassus Oleh Sosok Ini

Editor: Andreas Eko Prasetyo
solarconflict.com
Satuan Gultor 81, Pasukan Siluman Milik Kopassus 

Bermula dari Pasukan yang Dihina di Thailand, Tercetus Pasukan Ganas Sat-81 Kopassus Oleh Sosok Ini

TRIBUNJAMBI.COM - Sejarah Indonesia mengenai pasukan khusus sudah sangat banyak dan mencatatkan kisah-kisah heroik dan menggetarkan hati.

Komando Pasukan Khusus (Kopassus) satu diantaranya yang menjadi pasukan yang disegani.

Kemampuan dan keterampilan bertempur satu diantara tentara elite TNI AD ini bikin musuh bergidik mendengarnya.

Namun tahukah Anda pasukan khusus ini ternyata mempunyai unit yang lebih khusus yang diisi para prajurit terbaik Kopassus.

Baca Juga:

Ketika Prabowo Subianto Ucapkan Selamat Ulang Tahun ke Mantan Istri, Lihat Respon Titiek Soeharto

Warga Bungo Jatuh dari Jembatan Gantung, Bupati Bungo Datangi Rumah Duka Kuatkan Keluarga Korban

Adik Ahok Unggah Foto Bareng Prabowo Subianto: Bagi Saya Beliau Adalah Pemimpin Pilihan Terbaik

Kisah Tobat Bos Gangster Jakarta, John Kei, Alami Bisikan Misterius, Kini Rajin Baca Alkitab

Misi yang dijalankan juga tak main-main, penuh risiko dan bertaruh nyawa. 

Sebagai pasukan khusus TNI AD yang sangat terlatih, Komando Pasukan Khusus (Kopassus) memang penuh rahasia.

Baik dari segi latihan dan operasi tempurnya, sepak terjang Kopassus memang sangat dirahasiakan.

Kisah Operasi Kopassus di Papua, Misi Bebaskan 5 Anggota Koramil yang Seminggu Dikepung Pemberontak
Kisah Operasi Kopassus di Papua, Misi Bebaskan 5 Anggota Koramil yang Seminggu Dikepung Pemberontak (IST)

Baca Juga:

Sinopsis Film Ultraviolet Malam ini di GTV, Misi Milla Jovovich Perangi Penyebaran Virus Vampir

Ramalan Zodiak 16 April 2019, Gemini Pergilah ke Pesta, Cancer Ingatlah tidak Ada yang Sempurna

Pria di Kalbar Diduga Cabuli Lima Putri Kandungnya, Diancam Akan Dibuang ke Laut

Kronologi Siswi SMA Disetubuhi oleh Sepupu yang Masih Bocah SD dan Temannya Hingga Lahir Prematur

Sebagai gambaran, seorang wanita yang bersuamikan seorang prajurit Kopassus sudah sangat biasa ditinggal pergi suaminya tanpa memberitahukan jenis apa tugasnya dan juga lokasinya.

Kadang para prajurit Kopassus sendiri baru diberi tahu jenis dan lokasi misi tempurnya saat berada di pesawat terbang atau kapal laut yang mengangkutnya.

Tapi Kopassus masih memiliki pasukan antiteror yang dikenal sebagai Satuan Penanggulan Teror (Gultor) 81 yang baik misi tempur maupun misinya, bahkan para personelnya juga sangat dirahasiakan.

Hanya saja untuk ukuran Indonesia, Sat-81 meski sangat rahasia dan berada di bawah Kopassus TNI AD telah  menjadi kiblat pasukan khusus lokal.

Mulai soal latihan, kemampuan, perlengkapan hingga persejataan, dan teknik operasi-operasi senyapnya.

Dari sejarahnya keputusan mendirikan Gultor tidak terlepas dari peristiwa pembajakan pesawat Garuda DC-9 GA 206 Woyla di Bandara Don Muang, Bangkok, 31 Maret 1981.

Soal pembebasan Woyla ini, sejumlah literatur menyebutkan bahwa kesuksesan operasi melibatkan four-man squad Delta Force, AS.

Baca Juga:

Kronologi Pembantaian Menantu oleh Mertua dan 3 Temannya di Gunung, Gunakan Tombak hingga Parang

Makan Bareng dengan Aisyahrani & Syahrini, Reino Barack Tak Bisa Bayar Tagihan, Kisah Beredar di IG

VIDEO: Detik-detik Wanita Paruh Baya Jatuh dari Jembatan Gantung Sungai Batang Tebo Jambi

SK CPNS 31 Tenaga Kesehatan Muarojambi Akan Diserahkan Juni, Sekda Minta untuk Sabar Tunggu Bupati

Namun seberapa jauh peran Delta atau apakah memang ada pembagian tugas antara Delta dan tim Kopassus, masih  perlu penjelasan dari otoritas terkait.

Dalam buku Benny Moerdani: Profil Prajurit Negarawan (1993), disebutkan bahwa Benny memang mengajukan pinjaman flak jacket kepada CIA.

Hanya saja urung dipakainya karena para personel Kopassus  ternyata sudah ada di pesawat. Di buku yang sama dijelaskan bahwa semua bentuk pinjaman ditolak oleh Benny.

L.B. Moerdani saat itu menjadi sutradara operasi. Sedangkan komandan lapangan diserahkan kepada Letkol Inf Sintong Panjaitan.

Operasi pembebasan  sandera yang diwarnai baku tembak itu sendiri berhasil dengan gemilang.

Unit Operasi Woyla inilah yang dijadikan cikal bakal Detasemen 81 (Den-81) yang dibentuk 30 Juni 1982.

Hanya saja kalau melihat kondisi waktu itu, bisa dibayangkan repotnya menyiapkan satuan dadakan ini.

Pasalnya saat bersamaan tengah berlangsung Latihan Gabungan ABRI di Timor Timur dan Halmahera, Maluku.

Baca Juga:

Ketika Jokowi Beserta Keluarga Masuk Kabah, Penasaran Isi Dalamnya Seperti Apa, Lihat Videonya

17 Ribu Surat Suara Sampai ke Merangin, KPU Merangin Langsung Sortir yang Rusak

Terpaksa Gunakan Kekerasan, Kisah Kopassus Berjuang Lawan Orang Sakti Kebal Peluru dan Senjata Tajam

Menang di PTUN Jambi, Nama Fuzi Yusuf Diminta Kembali Masuk DCT, KPU Merangin Akan Putuskan Besok

Disamping operasi militer yang tengah digelar di Timor Timur sejak 1975.

Seluruh petinggi ABRI, kecuali Wakil Panglima ABRI/Pangkokamtib Laksamana Sudomo, berkumpul di Ambon.

Dengan demikian berarti hampir semua kekuatan TNI (Kopassandha) tidak berada di Jakarta.

Laporan soal pembajakan ini diterima Benny dari Sudomo yang mengirimkan telegram.

Sintong yang karena lagi sakit tidak ikut ke Ambon tengah berada di Markas RPKAD ketika telepon mengabarkan  berita pembajakan itu.

Sore itu juga, Sintong mengumpulkan 70-an prajurit Kopassandha yang masih ada di markas.

Setelah diseleksi, akhirnya terpilih 35 personel.

Keputusan membentuk Den-81 memang datang dari Kepala Badan Intelijen Strategis ABRI saat itu Letjen TNI L.B.Moerdani.

Kopassus dan Benny Moerdani
Kopassus dan Benny Moerdani (Kolase/TribunJambi.com)

Ia memerintahkan dibentuknya kesatuan baru setingkat detasemen di lingkungan Kopassandha.

Terpilih sebagai komandan pertama Mayor Inf. Luhut Panjaitan dan wakil Kapten Inf. Prabowo Subianto.

Sebagai persiapan, kedua perwira jempolan ini sebelumnya telah dikirim ke Jerman Barat untuk menyerap ilmu antiteror di GSG-9 (Grenzschutzgruppe-9).

Satuan ini sebenarnya adalah satuan elit para militer kepolisian Jerman Barat yang dibentuk sebagai buntut malapetaka ‘Black September’ Olimpiade Munich, September 1972. 

Diakui sejumlah perwira Sat-81, hingga saat ini GSG-9 dijadikan barometer dalam penyempurnaan organisasi beserta segala kelengkapannya.

Reputasi yang tinggi dalam misi-misi antiteroris, memang menjadi GSG-9 model di banyak negara.

Kesuksesannya memberangus tiga dan empat pembajak airline Lufthansa di Bandara Mogadishu, merupakan prestasi spekatkuler  yang makin melambungkan nama GSG-9.

Sebenarnya pada tahun 1979 Benny (waktu itu Benny menjabat Kepala Pusat Intelstrat) sudah pernah menyampaikan kerisauannya kepada Sintong soal makin meningkatnya ancaman teror.

Baca Juga:

Ketika Jokowi Beserta Keluarga Masuk Kabah, Penasaran Isi Dalamnya Seperti Apa, Lihat Videonya

17 Ribu Surat Suara Sampai ke Merangin, KPU Merangin Langsung Sortir yang Rusak

Terpaksa Gunakan Kekerasan, Kisah Kopassus Berjuang Lawan Orang Sakti Kebal Peluru dan Senjata Tajam

Sementara saat itu ABRI belum punya pengalaman memadai menghadapi musuh berwujud terorisme.

Hasil dari pertemuan itu, Benny meminta Sintong mempersiapkan pembentukan sebuah pasukan antiteror.

Benny pun lalu memberi kesempatan kepada Sintong melakukan studi banding ke luar negeri, Inggris, Jerman, dan Amerika Serikat adalah tiga negara yang dikunjungi Sintong.

Dalam perkembangan lanjutannya, Den-81 sempat mengalami penyesuaian.

Pada era 1995-2001, Den-81 dimekarkan menjadi Grup 5 Anti-Teror.

Barulah pada tahun 2001, satuan ini mengalami reorganisasi menjadi Satuan 81 Penanggulangan Teror alias Sat-81 Gultor.

Secara organisatoris, Gultor langsung dibawah komando Komandan Jenderal Kopassus. Jabatan komandan Sat-81 (atau Grup) diisi perwira berpangkat kolonel.

Proses rekrutmen Gultor dimulai sejak seorang prajurit selesai mengikuti pendidikan para dan komando di Batujajar. Dari sini, mereka akan ditempatkan di satuan tempur Grup I dan Grup 2.

Baik untuk orientasi atau guna mendapatkan pengalaman operasi.

Sekembalinya ke markas, prajurit tadi ditingkatkan kemampuannya untuk melihat kemungkinan promosi penugasan ke satuan antiteror.

Untuk antiteror, pendidikan dilakukan di Satuan Latihan Sekolah Pertempuran Khusus, Batujajar.

Kualifikasi tambahan diberikan berupa free fall, sniper, pendaki serbu, pertempuran jarak dekat, perang kota, gerilyawan lawan gerilyawan, selain militer dan antiteror. Total pendidikan sekitar enam bulan.

Dalam penugasan, Sat-81 bergerak dalam unit kecil yang disebut Seksi berkekuatan 10 orang atau Unit 4-5 orang.

Untuk penyamaran, Sat-81 tidak mengenakan tanda kepangkatan di lapangan.

Dengan informasi yang serba terbatas, diperkirakan Sat-81 saat ini berkekuatan 1000-an  personel. Masa penugasan juga ketat, maksimal berusia 22-23 tahun.

Satgultor   dilatih untuk bergerak dalam unit kecil, dengan durasi sangat cepat, bukan lagi dalam hitungan jam, tapi menit.

Tapi jika yang dihadapi pasukan gerilya, bukan Satgultor yang dikirimkan.

Namun satuan lainnya seperti Grup 1 dan Grup 2 (kualifikasi para komando), atau Grup 3 (Sandi Yudha, operasi senyap).

Namun dalam perkembangan terkini Sat-81 tidak menggunakan nama 'Gultor' lagi melainkan Sat-81 Kopassus.

IKUTI KAMI DI INSTAGRAM:

NONTON VIDEO TERBARU KAMI DI YOUTUBE:

IKUTI FANSPAGE TRIBUN JAMBI DI FACEBOOK:

Sumber: Tribun Jambi
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved