Kisah Militer
Delapan Kopassus Merayap Sarang Kobra, 40 Tahun Kemudian Satu Orang Jadi Profesor Intelijen
Delapan orang pasukan elite TNI merayap sekira 4,5 Km melewati sarang ular kobra. Ternyata 40 tahun kemudian, seorang di antaranya jadi profesor.
Sebelum Peristiwa Talangsari 1989, AM Hendropriyono pernah melakukan aksi heroik bertempur dengan Pasukan Gerilya Rakya Sarawak (PGRS) dan Pasukan Rakyat Kalimantan Utara (Paraku).
Awalnya, pemerintah Soekarno sengaja membentuk pasukan gerilya saat konfrontasi Indonesia-Malaysia, pada 1963-1966.
Kedua pasukan itu dilatih secara khusus oleh TNI di Surabaya, Bandung, dan Bogor.
Namun, ketika kekuasaan Indonesia berpindah tangan pada Soeharto, anak asuh TNI itu justru berbalik menjadi musuh.

Soeharto memutuskan berdamai dengan Malaysia.
Kemudian, pasukan gerilya itu diminta untuk menurunkan senjata.
Namun, PGRS dan Paraku rupanya mengabaikan permintaan itu.
Mau tak mau, pihak TNI pun harus menertibkan aksi para gerilyawan itu.
Akhirnya, AM Hendropiyono bersama timnya bernama Sandi Yudha turun tangan bertempur di hutan rimba kawasan Kalimantan.
Sandi Yudha ini merupakan satuan intelijen tempur milik pasukan elite yang kini bernama Kopassus.
Awalnya, AM Hendropriyono berusaha keras untuk mengambil hati lawan tanpa tindakan keras.
Luna Maya Pakai Berlian untuk Sindir Syahrini, Sahabat Bongkar Fakta Sebenarnya: Aduh astagfirullah
VIDEO! Kunci Gitar dan Lirik Lagu Menunggu Kamu Anji Manji, Mudah untuk Pemula Belajar Gitar
Kisah Sniper Kopassus di Timor Timur, 50 Peluru Disediakan, 49 Untuk Musuh, 1 Untuk Diri Sendiri
Tim Sandi Yudha ini beberapa kali berhasil mencuri simpati mereka.
Satu di antaranya, dengan Wong Kee Chok, komandan PGRS.
Namun, tak semua bisa diselesaikan secara baik-baik.
Pada akhirnya, pilihan terakhir pun dilakukan tim Sandi Yudha, yakni menggunakan tindakan keras.