Puisi 'Mengancam Allah' Neno Warisman Jadi Sorotan, MUI Jelaskan Beda Perang Badar & Doa yang Benar

Sekretaris Komisi Fatwa MUI, Asrorum Ni'am, dalam wawancara di program siaran berita sore TvOne menilai isi doa tersebut tidak salah.

Editor: Andreas Eko Prasetyo
tribunstyle.com
Neno warisman membaca puisi saat malam munajat 212. di Monas, Kamis (21/2/2019) 

"Di ini ada ulama, di sana juga ada ulama. Di sini ada pengusaha di sana, juga ada pengusaha. Jangan membuat frame seolah-olah perang Badar, satu menang mengambil semua, dan yang kalah kiamat," ujarnya.

Baca Juga:

Ira Mengelola Tiga Usaha dengan Konsep Digital

65 Tahun Keatas Rentan Terkena Demensia, Ada Latihan Khusus untuk Mencegahnya

Banyak Membaca Bisa Cegah Alzheimer 

Tewasnya Bintang Film Dewasa Ames Menyisakan Fakta Mengerikan: Inilah 5 Faktanya

Menurutnya, dalam doa perlu ada niat baik, ketulusan, agar hasilnya menjadi baik.

Doa Rasululah dalam Perang Badar

Belakangan viral doa yang mengancam Allah gara-gara Pilpres 2019.

Neno Warisman dalam acara malam Munajat 212, Kamis lalu, membacakan puisi yang sebagian isinya meminta kemenangan dalam Pilpres 2019.

Sekretaris Komisi Fatwa MUI, Asrorum Ni'am, dalam wawancara di program siaran berita sore TvOne menilai isi doa tersebut tidak salah tapi konteksnya tidak tepat. (capture Tvone)
Sekretaris Komisi Fatwa MUI, Asrorum Ni'am, dalam wawancara di program siaran berita sore TvOne menilai isi doa tersebut tidak salah tapi konteksnya tidak tepat. (capture Tvone) 

Penggalan doa dalam puisi itu;

"...Jangan, jangan Engkau tinggalkan kami dan menangkan kami. Karena jika Engkau tidak menangkan. Kami khawatir ya Allah. Kami khawatir ya Allah tak ada lagi yang menyembah-Mu..."

Dalam Islam, di antara adab berdoa adalah dengan sungguh-sungguh, dan tidak dianjurkan berdoa setengah-setengah atau tidak yakin atas kekuasaan Allah bahwa doa akan dikabulkan.

Berdoa harus sungguh-sungguh itu didasarkan pada hadis Rasulullah Muhammad SAW.

"Janganlah sekali-kali seseorang dari kalian mengatakan; 'Ya Allah, ampunilah aku jika Engkau mau! Ya Allah, kasihanilah aku jika Engkau mau! ' Berdoalah kamu dengan sungguh-sungguh, karena Allah akan berbuat menurut kehendak-Nya tanpa ada yang dapat memaksa-Nya.'"

Tapi apakah doa bernada 'ancaman kepada Allah' seperti dalam doa 'jika tidak dikabulkan, maka kami khawatir tidak ada yang menyembahmu,' adalah seuatu yang wajar.

Ustaz Abdul Wahab Ahmad, peneliti di Aswaja NU Center Jatim, dalam tulisannya di laman nu.or.id, mengatakan, Allah tidak menyukai segala sesuatu yang berlebihan, termasuk dalam doa.

Maka, dalam doa seperti dalam redaksi yang dibacakan Neno Warisman, bermasalah dalam dua sisi, berlebihan dan menganggap hanya kelompok yang berdoa itu saja yang menyembah Allah.

Dia menguti penjelasan Imam Ibnu Abidin yang menyatakan haramberdoa meminta sesuatu yang sevara adat kebiasaan tak mungkin terjadi.

"Termasuk hal yang haram adalah meminta sesuatu yang mustahil secara kebiasaan sedangkan orangnya bukan Nabi atau Waliyullah di saat itu. Misalnya berdoa meminta tak butuh bernafas dengan udara sehingga aman dari kekurangan udara atau berdoa bebas dari sakit seumur hidup sehingga bisa memanfaatkan kekuatan dan indranya selamanya, karena secara adat kebiasaan hal itu tak mungkin terjadi... maka semuanya haram." (Ibnu Abidin, Radd al-Mikhtar, IV, 121)

Halaman
123
Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved